Purna Warta – Media Washington menelisik kegagalan politik ekstrim supresi Donald Trump atas Iran dan menuliskan bahwa Arab Teluk Persia bisa saling bersemuka dengan Iran dengan kacamata Tehran sebagai aktor Kawasan.
The Christian Science Monitor, 13/1, dalam hal ini menulis, “Di balik perkembangan Arab Teluk Persia dalam membuka pintu perundingan diplomatik dengan Iran, ada beberapa titik yang harus diperhatikan: Kekalahan nyata politik tekanan ekstrim jangka panjang pemerintahan Donald Trump melawan Iran yang kala itu mendapatkan dukungan negara-negara Teluk Persia. Perang habis-habisan di Yaman dan kekhawatiran-kekhawatiran terkait kontinuitas instabilitas serta bahaya yang bukan hanya mengancam keamanan Teluk Persia, tapi juga membahayakan perdagangan.”
Baca Juga : Rudal Yaman Hancurkan Reputasi Emirat
Terbukanya Pintu Perundingan Arab-Iran
Menurut analisa The Christian Science Monitor, perundingan antara dunia Arab Teluk Persia dengan Iran sedang berkembang. Perundingan Iran dan Arab Saudi akan memasuki periode kelima di Irak pada minggu depan. Hossein Amir Abdollahian, Menlu Iran, hari Senin lalu telah mendarat di Oman di bawah struktur silsilah kunjungan ke Teluk Persia. Mereka membahas pengurangan sensifitas dengan Oman, yang notabene pelantara AS-Iran. Sementara di lain sisi, perundingan Qatar-Iran juga terus berjalan. Pada bulan Desember, Penasihat Keamanan Nasional Emirat mengunjungi Iran dan menjadwalkan pertemuan dengan Presiden Raisi.
Poin-Poin Lebih Kerja Sama di Pihak Iran
The Christian Science Monitor meneruskan, “Untuk Iran, kesempatan ekonomi dan kerja sama dengan Arab Teluk Persia sangatlah bernilai. Dubai merupakan pusat urgen bagi Tehran. Di tengah gonjang-ganjing sanksi keuangan dan perdagangan, maka Dubai menjadi kunci kehidupan ekonomi internasional (Iran). Uni Emirat Arab detik ini merupakan sekutu kedua perdagangan Iran yang bernilai 16 juta dolar tahun 2021. Di mana diprediksikan peningkatan nilai perdagangan kedua pihak hingga 18-20 juta dolar di tahun 2022.”
Abdulkhaleq Abdulla, analis politik Emirat, dalam urusan ini meyakini bahwa Abu Dhabi dan negara-negara Teluk Persia lainnya bisa mengajukan banyak jasa kepada Iran.
“Kami bisa meningkatkan perdagangan. Kami bisa mengurangi batasan-batasan keuangan. Kami bisa menukar barang-barang yang sangat dibutuhkan oleh Iran,” jelasnya.
Baca Juga : Jenderal Kondang Zionis: Masalah Dalam Israel Lebih Berbahaya
Kerja sama dengan Arab Saudi, juga bisa dijadikan hadiah terbesar bagi dunia produksi Iran, karena Riyadh merupakan pasar dunia Arab dengan produksi tak murni dalam negeri yang mencapai 782 miliar dolar.
Pandangan Arab Teluk Persia kepada Iran Sebagai Pemain Kawasan
Menurut penelusuran The Christian Science Monitor, poin lainnya bagi Iran dalam kerja samanya dengan Teluk Persia adalah penyulingan gas alami di Kawasan dan pertukaran sains penyulingan, yang tentu bisa membantu pengembangan produksi emas hitam Tehran.
Berdasarlan laporan The Christian Science Monitor, negara-negara Arab Teluk Persia sekarang mengajukan jasa bantuan di bidang kedokteran, obat-obatan dan rumah sakit Iran.
Diplomat Arab Teluk Persia meyakini bahwa mereka bisa mengajukan jasa materilistik yang dibutuhkan Iran sebagai penghormatan atas negara aktor di Kawasan.
Baca Juga : Manuver Yaman: Satu Peluru 4 Titik Sasaran Sekaligus
Para analis meyakinkan bahwa jika JCPOA aktif dan sanksi pertama dibatalkan, negara-negara Teluk Persia akan kehilangan poin tawar-menawarnya ke Iran.
Di tengah keterbatasan ini, para Diplomat Teluk Persia menyatakan, “Tawaran ekonomi mereka merupakan tawaran yang bisa didapatkan Iran dan merupakan satu keuntungan besar untuk Tehran. Namun pertanyaannya adalah bagaimana Iran akan membalas?.”