Purna Warta – Posisi AS di Suriah sedang mengalami ancaman dari kubu muqawamah, dam hitungan mundur kepergian AS sudah dimulai.
Basis militer Amerika Serikat di Suriah menjadi bulan-bulanan senjata Muqawamah. Serangan ke pangkalan militer ini memerah membakar.
Dalam beberapa bulan terakhir, tepatnya dalam dua minggu ini, serangan ke pangkalan militer AS di Suriah semakin memanas. Pasukan Pentagon berada di daerah strategis dekat kilang minyak al-Omar di Deir ez-Zour dan al-Tanf di selatan Damaskus.
Baca Juga : Aljazair: Selama Spanyol Tidak Meminta Maaf, Tidak Ada Gas
Jubir basis militer AS melaporkan dalam klaimnya bahwa mereka masih mampu menjaga para prajuritnya meskipun bombardir kelompok resistensi semakin semarak. Akan tetapi media-media dunia Arab menuliskan bahwa pasukan AS membangun beberapa pangkalan baru di daerah barat daya dan barat laut wilayah Qamishli, bahkan satu lagi dibangun di dekat bandara Qamishli.
Urgenitas pangkalan baru ini adalah bandara Qamishli berada di bawah pengawasan Rusia dan merupakan basis utama pasukan koalisi internasional di tenggara Suriah. Pembangunan ini bersamaan dengan pengiriman perlengkapan militer dari bagian timur daerah Kurdi Irak dan pada Jumat kemarin, juga ada kiriman barang baru ke wilayah ini.
Perubahan peta lapangan ini menunjukkan bahwa kebijakan diambil oleh pemerintah Washington demi menghindar dari serangan bertubi-tubi poros Muqawamah dan mereka akan melakukan apapun agar tidak terusir dari Suriah.
Para analis politik meyakini bahwa melihat penegasan kedaulatan Suriah yang ingin mengakhiri pendudukan unsur-unsur asing, jadi dari sekarang dimulailah penghitungan mundur intervensi mereka di tanah Damaskus.
Baca Juga : Ratu Elizabeth dan Warisan Tercela Kolonialisme Inggris
Rai al-Youm dalam salah satu analisanya mengenai perihal ini menuliskan bahwa mengamati perubahan strategi di medan Suriah menunjukkan bahwa pasukan AS yang bermukim di Suriah sedang menghadapi situasi sulit. Khususnya setelah melihat serangan ke pangkalan-pangkalan asing di timur laut dan timur Suriah bukanlah satu serangan biasa. Agresi itu merupakan satu serangan yang akan terus berlanjut, diprediksikan akan terus meningkat dan akan selalu berubah menyesuaikan diri.
Serangan tersebut diluncurkan awal mulanya dengan cara menembakkan rudal dari jarak jauh dan mengirim pesawat tanpa awak. Mungkin strategi agresi ini tidak akan bersambung, ada indikasi besar bahwa serangan akan menjalar ke penghancuran struktur bangunan dasar militer, logistik dan lainnya hingga membentuk satu bentuk serangan tertentu.
Bentuk-bentuk serangan lainnya juga bisa dioperasikan di Suriah oleh poros resistensi, mulai dari penanaman ranjau, menghabisi jalur transportasi militer dan lainnya yang biasa diaplikasikan oleh Muqawamah di Baghdad dan Damaskus. Operasi militer yang sudah menjadi keahlian mereka dalam menghadapi AS dan pendudukan Israel yang berhasil mereka laksanakan.
Menurut analis Rai al-Youm, serangan dua hari lalu ke basis militer AS di kilang minyak al-Omar di Deir ez-Zour telah memperjelas peta medan perang. Agresi ini menunjukkan bahwa ini adalah satu keputusan yang telah diambil dan ditegaskan, bukanlah satu serangan biasa. Kobaran api di kilang ini mempertontonkan rudal-rudal yang sukses tepat menghantam titik-titik di dalam al-Omar, meskipun dilaporkan nihilnya korban dalam serangan tersebut. Tapi sumber di lapangan mengisyaratkan lalu-lalang ambulan di daerah kompleks pemukiman milik kilang yang banyak ditinggali oleh pasukan-pasukan AS.
Baca Juga : Kemana AS Pergi, Kematian, Kehancuran dan Kekacauan Mengikuti
Jika dilihat dari statistik, serangan ke basis militer Pentagon baik di bagian timur Suriah maupun di daerah timur sungai Furat sejak bulan Agustus telah mengalami peningkatan. Salah satunya serangan ke perbatasan Irak-Suriah tepatnya pangkalan al-Tanf melalui tiga drone.
Pekan kemarin, prajurit AS juga menjadi saksi mata serangan ke pangkalan di kilang minyak al-Omar. Pada bulan Agustus lalu, yaitu di tanggal 25/8, basis militer Pentagon di medan Koniko telah menjadi sasaran rudal Muqawamah. Hal ini memaksa Joe Biden menurunkan perintah langsung ke Pentagon untuk membalas dan menghabisi gudang-gudang peluru poros resistensi.
Adalah fakta, menurut pengamatan Rai al-Youm, bahwa Amerika telah menyadari medan Suriah dan mereka telah memulai tahapan berikutnya. Terkait hal ini, perlengkapan militer Pentagon telah memasuki wilayah al-Ya’rabiyah di provinsi al-Hasakah.
Media-media dengan mengutip sumber di lapangan melaporkan bahwa segerombolan kendaraan logistik telah memasuki Suriah dari perbatasan Irak, yaitu dari perbatasan al-Tanf. Kendaraan-kendaraan tersebut membawa barang-barang urgen, mesin-mesin berat dan perlengkapan lainnya, termasuk alat-alat pertahanan diri. Mereka telah memasuki basis militer di daerah al-Shidad, di pinggiran al-Hasakah. Sementara pasukan poros Muqawamah telah menanti mereka di wilayah timur, mereka telah merubah peta medannya.
Baca Juga : Eropa Alami Kekeringan Terburuk Dalam 500 Tahun
Rai a-Youm menyimpulkan, “Amerika telah membahas situasi Suriah bersama Israel. Urusan ini telah membuka kesempatan Tel Aviv untuk menyasar titik di Suriah dengan lebih terbuka. Jadi situasi ini telah mendesak AS untuk mundur dari medan Suriah dan menjadikan titik ini sebagai target bersama semua poros Muqawamah. Menurut pengakuan sumber di lapangan, penghitungan mundur terusirnya AS dari Suriah telah dimulai, baik dengan sendirinya maupun secara paksa.”