Purna Warta – Sayid Hasan Nasrullah, Sekjen Hizbullah, di awal orasinya menyatakan bahwa hari al-Quds dunia bukanlah masalah taktik dan politik, tetapi masalah ideologi, Agama, kemanusiaan dan etika.
“Kekokohan bangsa Palestina dan kepercayaan mereka akan haknya serta tidak butanya mereka akan urusan al-Quds adalah pondasi utama. Berdiri tegak ini sangatlah urgen dan memberikan legalitas kepada semua gerak resistensi,” jelasnya.
Dikutip dari surat kabar al-Mayadeen, 7/5, Sayid Hasan Nasrullah melanjutkan dalam pidatonya bahwa kami melihat di al-Quds, satu orang tanpa senjata menghadapi musuh bersenjata. Ini adalah satu fakta penting karena Israel mengira bahwa warga al-Quds Palestina dan Tepi Barat tidak berani. Perubahan penting (lainnya), masuknya Mukawamah Gaza ke garis perang al-Quds, masalah ini harus (terus) ditancapkan.
“Musuh terus berusaha menjauhkan Gaza dari al-Quds dan saya seru para petinggi Palestina untuk selalu membantu al-Quds dari Gaza, karena masalah ini akan merubah kaedah perang memihak al-Quds dan menjaga Masjid al-Aqsa,” tegas Sayid Hasan Nasrullah.
Iran
Iran adalah negara poros Mukawamah paling kuat. Sudah bertahun-tahun ada upaya mengembalikan sistem Iran ke poros Israel-Amerika. Namun upaya-upaya tersebut gagal.
“Iran telah melewati periode bahaya dan tema perang Amerika-Iran sudah usang. Ketika Donald Trump berbicara mengenai perang, Imam Khamenei menegaskan, tidak akan ada perang. Syarat-syarat Amerika dan rezim Zionis agar Iran lepas tangan dari program nuklir juga sudah berakhir,” jelasnya.
Tahap-tahap itu sudah Iran lalui, menurut pandangan Sekjen Hizbullah, dan Iran akan menghadapai sanksi, baik Amerika kembali ke JCPOA atau tidak, baik sanksi dientas atau tidak.
“Opsi-opsi musuh Zionis-Amerika untuk melawan Iran telah habis. Iran telah membalas insiden yang menimpa Natanz. Reaksi paling jelasnya adalah pengayaan uranium 60% hingga menggetarkan rezim Zionis,” jelasnya.
“Saat ini ada selebaran berita perundingan Iran dan Arab Saudi. Perundingan Saudi-Iran adalah hal positif dan kami menerima dalam bentuk apapun perundingan negara-negara Arab dengan Iran, karena kami berperan dalam stabilitas Kawasan. Pengalaman 40 tahun menunjukkan bahwa Republik Islam Iran tidak pernah menjual sekutunya dan tidak pernah tawar-menawar akan kepentingan mereka. Yang mengkhawatirkan perundingan Iran-Saudi adalah para antek Amerika di Kawasan, dari rezim Zionis hingga negara-negara Teluk Persia sana. Akan tetapi para saudara Iran meyakini bahwa yang terjadi akan menguntungkan resistensi. Kami mendukung perundingan Iran dengan negara-negara regional atau Arab, karena poros Mukawamah akan semakin kuat dan musuh akan semakin lemah,” jelasnya.
Suriah, Irak dan Yaman
Kemudian Sekjen Mukawamah Lebanon tersebut juga membahas urusan Suriah dan mengatakan bahwa perang Suriah telah berlalu. Banyak negara Arab yang telah membuka hubungan dengan Damaskus.
Banyak berita mengenai pertemuan petingi Saudi dengan Suriah dan itu harus diputuskan atau ditolak oleh pihak Suriah sendiri.
“Yang perlu diperhatikan adalah Arab Saudi tidak bisa mendiktekan syarat-syarat kepada Suriah tentang relasinya dengan Iran dan pihak Riyadh sendiri sedang berunding dengan Tehran,” jelasnya.
Tentang Irak, Sayid Hasan Nasrullah menyorot siasat gagal untuk menghantam Mukawamah Baghdad.
“Irak sedang menghadapi upaya mengidupkan ISIS dan upaya-upaya ini hingga saat ini gagal. Mengincar gerakan Mukawamah Irak gagal,” hematnya.
Mengenai Yaman, Sayid Hasan Nasrullah mengatakan bahwa Sanaa di bawah kepemimpinan generasi muda nan jujurnya telah menambah nilai-nilai poros Mukawamah.
“Yaman sedang mengarungi tahun ke-7 agresi Saudi. Yaman akan menang di akhir perang ini, karena tidak ada opsi lain selain menghentikan perang di mata dunia. Sekarang bangsa Yaman mendeklarasikan solidaritasnya kepada al-Quds, ini membuktikan strategi mereka,” jelasnya.
Israel
“Saat ini Israel ketakukan akan kestabilan poros Mukawamah dan situasi terkait dengan hal ini.”
Sayid Hasan Nasrullah menjelaskan bahwa perubahan sikap Amerika akan berpengaruh di Kawasan. “Para antek Amerika di regional khawatir, terutama Israel.”
“Poros-poros yang sebelumnya seimbang, kini berserakan, terjadi transisi dari aktif ke reaktif. Israel telah kalah, salah satu buktinya adalah krisis dalam tubuh Zionis. Pemilu Israel terus berulang-ulang karena nafsu Benjamin Netanyahu untuk tetap di singgasana Perdana Menteri dengan tujuan lari dari pengadilan dan penjara,” jelasnya.
Israel telah kalah dan terbelah perpecahan yang dalam. Krisis hakiki telah menyelimuti Israel yang mempertontonkan kelemahan dan keruntuhan rezim Zionis. Bahkan beberapa analis mengamati petualangan menuju perang dalam negeri. Insiden Dimona juga membuktikan kegagalan sistem pertahanan udara Tel Aviv.
“Jika terjadi perang di Kawasan, ribuan rudal akan meluncur di lebih dari satu medan, apakah sistem pertahanan udara Israel mampu menangkis serbuan ini?,” sindir Sayid Hasan Nasrullah.
Sayid Hasan Nasrullah juga menyorot robohnya jembatan di Palestina Pendudukan pekan lalu hingga menjatuhkan beberapa korban dan menegaskan, “Insiden ini membuktikan medan dalam rezim Zionis tidak siap untuk menadah perang.”
Penyakit yang diderita rezim Zionis muncul sedikit demi sedikit. (Sedangkan) kepercayaan pemuda Palestina dan poros Mukawamah akan haknya di jalan ini semakin bertambah.
“Kami tidak lelah. Sebagian rezim Arab belum pernah mengangkat pedangnya di atas kepala Zionis, tapi mereka sudah mengatakan lelah,” sindirnya.
“Sekarang rezim Zionis ketakutan melihat kembalinya geliat Mukawamah di Tepi Barat dan Gaza. Kekalahan strategis Israel melawan Iran adalah salah satu bentuk kegagalan rezim ini. Kebutuhan militer musuh ke dorongan psikologis telah memaksa rezim ini untuk mengadakan latihan secara rutin,” tambahnya.
Geliat normalisasi dengan rezim Zionis juga tidak membuahkan hasil. Negara-negara yang mengadakan normalisasi bertujuan untuk mencari pembela, namun siapa yang akan membela musuh ini?
Sayid Hasan Nasrullah menegaskan, “Tugas kami di hari al-Quds dunia adalah berdiri di samping Palestina dan semua orang-orang merdeka dunia harus berdiri tegap di samping masalah Palestina. Al-Quds harus dibantu dari segala arah.”
Lebanon
Selanjutnya Sekjen Hizbullah membahas perundingan Lebanon-Israel dan mengatakan bahwa kebijakan Hizbullah adalah tidak intervensi perundingan ini. Urusan diserahkan kepada pemerintah.
“Ini memihak Mukawamah dan Lebanon. Perundingan pemetaan perbatasan dengan Israel selalu menguntungkan resistensi dan Lebanon. Pemerintah Lebanon harus menjalankan tugas historisnya dalam hal ini dan harus menegaskan hak-haknya. Kami ketika masuk kasus tanah pertanian Shebaa dan perbukitan Kfarchouba, pemerintah Lebanon menegaskan bahwa dua wilayah ini adalah wilayah Lebanon yang dijarah,” tegas Sayid Hasan Nasrullah.
Kemudian Sayid Hasan Nasrullah, Sekjen poros Mukawamah Lebanon, mewanti-wanti latihan perang Israel yang dijadwalkan hari Minggu dan menegaskan, “Dari pagi Minggu, di mana musuh akan mulai latihan, kami akan merayap dengan senyap dan jauh dari mata musuh. Kami siap.”
“Musuh Israel kami peringatkan segala bentuk kesalahan di masa depan. Setiap putusan untuk memukul kaedah perang atau menghantam keamanan dan militer Lebanon, akan menciptakan satu petualangan dan kami tidak akan pernah melewatkannya. Kekuatan kami akan terus meningkat dan musuh tidak bisa menghalangi perkembangan kuantitas dan kualitas poros Mukawamah,” sindirnya.