Purna Warta – Di sela laporan tentang kekhawatiran keamanan karena serangan terakhir ke Tepi Barat, media Zionis menyebut taktik mengusir keluarga pelaku operasi kemartiran dari al-Quds sebagai taktik kuno.
Rasa khawatir para petinggi Israel dikuak oleh banyak media Tel Aviv. Instabilitas yang memasuki tahap baru ini telah menggugah ketenangan rezim Zionis karena tingkah mereka sendiri yang secara arogan menyerang permukiman-permukiman Palestina di Tepi Barat.
Baca Juga : Tersangka Utama Ledakan Nord Stream
Ketakutan Tel Aviv Pasca serangan di Tepi Barat
i24 News dalam catatannya melaporkan, “Laporan yang hari ini (Kamis, 29/9) ditulis oleh Ynet mengupas tentang masalah operasi-operasi Angkatan Bersenjata Zionis di titik terdalam Tepi Barat yang dilakukan di tengah hari. Operasi-operasi yang dioperasikan dengan mengangkat senjata ke depan mata sipil Palestina ini merupakan ancaman untuk keamanan Israel dan penduduk Tel Aviv.”
Para petinggi keamanan rezim Zionis mengkhawatirkan perluasan serta perkembangan daerah konflik dengan target blokade dan menciptakan pembatasan-pembatasan untuk aktivitas bersenjata orang-orang Palestina. Namun sekarang, kekhawatiran ini telah membangkitkan dan menyadarkan para pemuda Palestina yang sebelumnya tidak pernah mengangkat senjata, khususnya pasca mereka melihat tumpukan jasad-jasad martir yang mati di tangan militer Zionis.
Mengusir Penduduk Palestina Tidak Lagi Menjadi Jalan Keluar
Pagi hari Rabu tepatnya di hari ketiga serangan pekan kemarin di Masjid al-Aqsa, Angkatan Bersenjata Tel Aviv menyerang pemukiman Jenin dan rumah Shahid Ra’ad Hazem hingga membunuh 4 sipil Palestina termasuk saudara sang Martir.
Tareq Salma, Jubir Muqawamah Jihad Islami, menanggapi kematian 4 martir di tangan Israel di permukiman Jenin ini dan menegaskan, “Darah para Shahid tak berdosa tidak akan terlewatkan begitu saja. Perlawanan rakyat akan terus melawan kejahatan serta arogansi Zionis dengan kekuatan.”
Baca Juga : Iran Siap Berunding, Amerika Siap Pemilu
Araby21 dalam kupasan pengamatannya mengajukan dalil serta alasan bahkan target di balik serangan ke sipil Palestina ini. Berdasarkan laporan media Israel disebutkan bahwa rezim Zionis menargetkan operasi versus Muqawamah sipil Palestina dengan taktik kuno. Itupun dengan cara mengusir keluarga dan para kerabat pelaku operasi kemartiran dari rumah-rumah mereka di kota al-Quds Pendudukan.
i24 dalam laporannya menjelaskan bahwa Ayelet Shaked, salah seorang Menteri Zionis, mengirim ancaman-ancaman kepada keluarga Shahid di daerah-daerah Pendudukan dan menyatakan, “Hak hukum mereka telah dihapus dan mereka memiliki kesempatan hingga satu minggu untuk meninggalkan rumah-rumah mereka.”
i24 menganggap strategi Menteri Zionis ini sebagai satu taktik lama yang telah dilaksanakan sebelumnya kemudian mengingatkan, “Shaked kepada Omer Barlo, Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, memberikan perintah untuk mempersiapkan polisi untuk mengusir para keluarga Martir, karena mereka tidak akan melakukan aktivitas kemartiran sendirian.”
Menyerang demi Menutupi Instabilitas
27 September warga Zionis menyeruduk Masjid al-Aqsa dengan didukung militer Israel. Shehab News mengabarkan, “Sebelum penduduk Zionis menyerbu Masjid al-Aqsa atas nama tahun baru, para militer sudah berdiri di banyak titik Masjid al-Aqsa untuk menjamin keamanan warga Tel Aviv yang sebagian mereka memakai pakaian pendeta Yahudi.”
Demi keamanan, pasukan Israel waktu itu melarang masuknya sipil Palestina di bawah umur 40 tahun. Mereka memukul mundur pemuda-pemuda yang memaksa masuk halaman Masjid al-Aqsa. Pasukan berkuda juga bersiap di luar tembok Masjid mengamati semua identitas pemuda al-Quds.
Baca Juga : Netanyahu: Kolonel John Henry Patterson adalah Bapak Baptis Israel
Radio KAN hari Minggu pekan lalu melaporkan bahwa polisi menganjurkan para sipil Zionis untuk membawa senjata karena khawatiran operasi versus mereka di tahun baru Zionis. Polisi meminta sipil Israel untuk membawa senjata meskipun di tempat-tempat ibadah.
Kepada radio KAN, Kepala polisi bagian operasi ini menjelaskan, “Sudah ada banyak peringatan yang disinyalkan akan kemungkinan operasi versus penduduk Zionis di hari raya.”
Avichay Adraee, Kepala Staf Umum Militer Zionis, mengeluarkan izin teror para petinggi Muqawamah di Tepi Barat melalui serangan udara. Surat kabar Maariv melaporkan tanpa menyebut waktu serangan bahwa Adraee mengeluarkan izin ini sebagai buntut dari pengamatan situasi keamanan di permukiman Jenin, utara Tepi Barat, pasca operasi militer.
Menurut laporan, saat ini Palestina Pendudukan telah memasuki tahap baru instabilitas. Media berbahasa Ibrani, termasuk site al-Mayadeen melaporkan, konflik militer Zionis melawan sipil Palestina terus berlanjut hingga kini. Kamis ini, sudah ada 12 warga Palestina yang mengalami luka karena serangan militer di kota bagian selatan Tepi Barat.