Tagihan Gas Seribu Miliar Dolar Eropa

energi eropa

Purna Warta – Meskipun negara-negara Eropa sukses mencegah situasi buruk musim dingin untuk warganya, akan tetapi perusahaan-perusahaan Benua Biru dalam masalah besar. Dari satu sisi, harga mahal untuk melewati krisis energi ini mampu menghentikan perkembangan ekonomi Eropa.

Bloomberg memperkirakan jumlah kerugian yang harus dipikul Benua Biru karena sanksi ataupun pelanggaran Rusia versus Eropa dalam impor energi yang bisa mencapai 1 triliun Dolar.

“Kira-kira Eropa merugi hingga 1 triliun Dolar karena melangitnya anggaran energi sebagai dampak dari perang Rusia-Ukraina,” hemat Bloomberg.

Setelah musim dingin ini, wilayah Eropa harus mengisi gudang penyimpanan gasnya tanpa aliran gas dari Rusia, ini berartikan bahwa kita akan melihat persaingan tanker-tanker bahan bakar.

Meskipun ada kemudahan untuk mengimpor LNG di pasar energi hingga tahun 2026, tepatnya di saat produksi tambahan dari AS bisa dicapai di Qatar, tetap saja hal itu masih terbatas. Jadi bisa dipastikan bahwa tidak ada jalan ataupun opsi untuk lari dari kenaikan harga hingga tahun 2026.

Institute Bruegel di Brussels menganalisa bahwa pemerintahan Eropa telah mengucurkan lebih dari 700 miliar Dolar bantuan, subsidi ke perusahaan-perusahaan dan konsumen demi mencegat efek buruk ekonomi ke warga dan berharap situasi darurat tidak terjadi di wilayah hijau.

Tagihan Melangit

Surat tagihan Benua Biru sudah melewati 700 miliar Euro hingga akhir November kemarin untuk ketahanan energi dan upaya menutup pintu kenaikan harga konsumen.

Tagihan keuangan pemerintah Eropa telah meningkat. Sekitar separuh dari anggpota UN memiliki tagihan lebih dari 60% produksi tak murni dalam negeri.

Jumlah itu diperkirakan Bloomberg berkisar di angka 1 triliun Dolar berdasarkan perhitungan pasar. Ada data statistik yang menunjukkan kenaikan harga energi untuk konsumen dan perusahaan, di mana sebagiannya, tidak semuanya, telah disubsidi oleh pemerintah. Institute Bruegel juga mencatat jumlah yang hampir sama tentang kenaikan harga dan kebutuhan, yang kemudian diupload oleh IMF di bulan ini.

Minggu lalu, salah satu media Jerman telah memperingatkan bahwa gas tidak mencukupi. Dengan diberlakukannya pembatasan pasokan pasar, para konsumen telah dituntut untuk mengurangi dan menghemat konsumsi. Di tahun ini, Eropa berhasil mengurangi permintaan gas 50 miliar meter persegi, namun menurut laporan IEA atau agen energi internasional, Eropa masih menghadapi indikasi jurang kapasitas 27 miliar meter persegi pada tahun 2023. Hal ini akan dihadapi saat Rusia tidak lagi mengasok gas dan kapasitas impor LNG China mencapai kapasitas tahun 2021.

Hemat Energi

Hemat gas Eropa meningkat tajam dan permintaan di November mengurang hingga 19%. Sumber utama gas adalah garis pipa Rusia ke Eropa Barat yang sempat diserang pada September. Tanpa pipa gas di wilayah ini, sangatlah sulit untuk mengisi gudang penyimpanan gas.

Sebagai jalan keluar dari kekurangan, Eropa harus menargetkan satu batas tertentu. Hingga awal Februari, gudang penyimpanan harus berisi 45% sehingga di musim panas tidak habis terkuras. Jika musim dingin tidak terlalu parah, maka penyimpanan masih menyisakan 55%.

Impor LNG ke Eropa telah melewati rekor, sedangkan Jerman telah membuka satu stasiun baru. Pembelian telah membantu Eropa menjauhkan kapal-kapal tanker dari China, akan tetapi jika hawa di Asia sangat dingin dan indikasi pembangunan ekonomi China pasca Covid terbuka lebar, maka hal ini akan sulit dilakukan.

Salah satu perusahaan minyak China mengindikasikan bahwa pada tahun 2023, impor gas Beijing bisa melebihi 7% dari tahun 2022. Perusahaan negeri Tirai Bambu ini telah memprediksikan sumber impor dan itu merupakan saingan berat Eropa.

Tapi China bukanlah satu-satunya masalah Eropa. Semua negara bergerak untuk penyimpanan energi. Jepang, negara pengimpor LNG terbesar dunia, juga sedang mengupayakan pembangunan gudang penyimpanan strategis.

Jerman yang Khawatir

Saat ini, warga Berlin sedang menghadapi ancaman tagihan dua kali lipat energi. Untuk negara seperti Jerman, energi sangatlah dibutuhkan demi memenuhi produksi kendaraan dan senyawa kimia. Kenaikan harga akan menyulitkan persaingan dengan Amerika dan China. Jadi hal ini bisa dipastikan menjadi ancaman bagi pemerintahan Kanselir Olaf Scholz.

Isabella Weber, Ekonom di universitas Massachusetts Amherst menjelaskan, “Melihat potensi efek besar politik dan sosial, ledakan harga energi sangatlah perlu diperhatikan pemerintah Jerman.”

Jalan keluarnya adalah menciptakan keseimbangan dalam menjaga aktifitas perusahaan dan menghangatkan rumah-rumah warga dalam jangka pendek. Demikian pula leher investor energi terbarukan, jangan sampai tercekik.

Penasihat Ekonomi Jerman menyatakan, “Tugas paling besar untuk jalan keluar krisis adalah realisasi transportasi energi. Kami juga harus meningkatkan-menyebarkan energi terbarukan.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *