HomeAnalisaSyiah Arab Saudi dan Eksekusi Mati

Syiah Arab Saudi dan Eksekusi Mati

Purna Warta – Yang terlihat pasca eksekusi mati 41 Syiah Riyadh adalah oposisi luar Saudi merupakan tubuh di luar Riyadh yang terputus dengan bagian dalam Saudi, kalaupun ada hanya hubungan rentan nan terbatas.

Hanya beberapa hari setelah wawancaranya dengan surat kabar AS, The Atlantic, Putra Mahkota Mohammed bin Salman mengeksekusi mati 81 tahanan politik, keamanan dan kejahatan dalam satu hari hingga menambah torehan sejarah berdarah Istana Riyadh.

Baca Juga : Detail Baru Media Zionis Tentang Pertemuan Segitiga Mesir-Israel-Emirat

Ada banyak faktor yang mendorong pelaksanaan hukuman mati ini, salah satunya fokus dunia yang terpusat pada perang Ukraina, tekanan Barat ke bidang minyak Saudi dan upaya untuk lepas dari ancaman oposisi politik ke pemerintahan stabil Bin Salman.

Satu titik yang perlu diperhatikan di sini, selain aksi kritik dan reaksi protes sosial Syiah dalam negeri Saudi, respon media-media sosial menunjukkan adanya satu ombak protes yang tak terlalu besar pasca 4 hari eksekusi di Twiter yang teredam secara keseluruhan.

Aksi protes lapangan bahkan bisa dibilang tidak ada, alias nihil. Film serta video yang disebut demonstrasi warga Qatif, atau pengiringan jenazah dan sholat jenazah di beberapa Medsos adalah video hoaks yang tidak berkaitan sama sekali dengan peristiwa kemarin. Itu adalah rekaman terkait insiden lalu, bahkan sebagian terkait dengan peristiwa di Bahrain.

Pemerintah Arab Saudi hingga detik ini tidak menyerahkan mayat jenazah eksekusi mati kepada keluarga. Melihat pula keamanan yang ditingkatkan oleh instansi keamanan dan militer di wilayah-wilayah penduduk Syiah, tidak memungkinkan diadakannya demonstrasi jalanan yang besar yang bisa menarik perhatian media.

Baca Juga : Jerusalem Post: Kunjungan Presiden Suriah ke Emirat, Fase Baru Damaskus

Detail sorotan atas aktifitas medsos menunjukkan bahwa ombak protes yang terkoordinasi dalam Medsos banyak dilakukan oleh warga Irak dan beberapa juga dari Iran. Sebagai misal, ada hastag #مملکه_الاجرام dan ada pula hastag #مملکه_الارهاب yang dipanaskan oleh sekelompok di Irak. Tapi akun-akun Saudi, baik di dalam maupun akun oposisi di luar Saudi, tidak terlihat sama sekali aktifitas yang terorganisir untuk menciptakan deru ombak protes dan kritik di dunia maya.

Kebanyakan aktifitas yang ada hanyalah reaksi dari pihak-pihak pribadi, sebagian oposisi luar dan liputan kabar yang melaporkan identitas 81 tahanan demi membedakan mana yang tahanan politik dengan yang lainnya yang berkaitan dengan kejahatan terorisme dan kejahatan-kejahatan lainnya.

Oposisi yang memiliki tribun besar seperti partai al-Tajammu al-Watani (حزب التجمع الوطنی) tidak terlalu fokus pada insiden ini. Mereka hanya melaporkan sekilas, hanya untuk melepas tanggungan. Mereka melewatkan peristiwa besar ini.

Oposisi Saudi dalam Kondisi yang Lebih Baik

Kelompok-kelompok oposisi yang lain, seperti kelompok pimpinan Saad al-Faqih ataupun gerakan Hijazi dukungan Mohammad al-Massari, hingga hari ketiga mengadakan serangan yang cukup besar, namun di hari keempat setelah kematian, mereka sudah diam pasif.

Baca Juga : Inovasi Dewan Kerja Sama Teluk Persia untuk Yaman: Mencari Solusi atau…

Gerakan Hijazi fokus pada aksi pengrusakan dan penghancuran tempat-tempat di Jeddah. Tak lama setelah Istana memulai perusakan di Jeddah, gerakan Hijazi berhasil menghentikan sementara kebrutalan kerajaan dengan suksesnya memobilisasi pasukan dari luar dan dalam, melaksanakan kampanye, pertemuan serta menggunakan potensi twiter dan lainnya. Mereka berhasil menabrakkan aksi perusakan ini dengan budaya dan peninggalan-peninggalan peradaban sosial sipil Saudi.

Fokus beberapa minggu gerakan Hijazi ini mampu menarik oposisi Saudi yang di Kanada bergabung dalam kampanye ini. Dan sekarang, gerakan ini cukup menarik perhatian kelompok-kelompok jaringan النحل الالکترونی sehingga bergerak secara aktif mengampanyekan aksi arogan Istana kepada penduduk Jeddah dengan merusak rumah-rumah tempat tinggal mereka.

Gerakan Hijazi pimpinan Sultan Al Abdali dibantu Mohammad al-Massari telah meningkat setelah mereka berhasil menghadapi proyek pengrusakan rumah-rumah warga Jeddah dengan hastag #هدد_جده. Mereka meneriakkan yel-yel selamatkan Jeddah sehingga melahirkan teori separatisme Jeddah dari Saudi.

Para oposisi Saudi mukim Kanada, yang mana mayoritas mereka adalah pengikut Najdi, banyak berkumpul dalam partai al-Tajammu al-Watani. Setelah pembentukan partai ini dan penguatan pondasi media sosial, mereka banyak beraktifitas dalam yel-yel kebebasan sipil, hak asasi warga, reformasi struktur pemerintahan di bagian eksekutif, legislatif serta pengadilan dan di akhir mereka demo atas diktatorisme MBS.

Baca Juga : Riyadh Tangkis Kabar Kunjungan Menlu Amerika ke Saudi dalam Waktu Dekat

Lebih ringkasnya, sastra politik partai serta oposisi yang bercokol di Kanada ini adalah menyingkirkan Mohammed bin Salman dan tetap pada pendirian sistem warisan kerajaan dengan mengaktifkan pewaris resmi Raja Salman yaitu Pangeran Ahmad bin Abdulaziz. Mereka menegaskan struktur manajemen negara yang didasarkan pada satu periode transisi dan bersiap untuk penyelenggaraan pemilihan bentuk pemerintahan, penyusunan dan peresmian UUD.

Struktur yang dibangun partai untuk target ini tidak akan terbatas hanya pada sisi dunia maya. Demi menghadapi pasukan cyber Saudi, partai membangun dan memobilisasi kelompok-kelompok oposisi dalam dan luar Saudi dalam jaringan مشروع النحل الالکترونی di twiter.

Jaringan ini memungkinkan anggota partai untuk mengadakan hubungan dua sisi dengan oposisi dalam dan luar negeri. Berbeda dengan oposisi Ahlu Sunnah yang hanya terbatas pada satu sisi, tidak bisa dari luar ke dalam.

Baca Juga : Darurat, AS-Prancis Bersama Eksploitasi Gas Alam Yaman di Wilayah Selatan

Oposisi Syiah yang Semakin Sendiri

Adapun oposisi Syiah tersiksa karena tidak memiliki jaringan seperti ini. Mereka terjerumus tunduk karena pengaruh besar insiden seperti ini. Hanya dalam waktu 4 hari, kelemahan mereka terbongkar. Memang efek eksekusi ini lebih luas, tapi secara umum, dampaknya itu menguak beberapa hal:

Nihilnya Koordinasi: Mayoritas oposisi Syiah sudah diketahui. Nama-nama seperti Hamzah al-Hasan, Fuad Ibrahim dan Hamzah al-Shakhuri sudah lebih dikenal dan mencolok dari lainnya. Oposisi Syiah lainnya yang biasa aktif dengan akun tak dikenal, tidak memiliki jaringan dengan mereka. Dan mereka juga tidak berpengaruh besar.

Nihilnya Pemimpin: Oposisi Syiah dari segi agamis sangatlah kental. Namun pasca perdamaian gerakan Hasan al-Saffar, para oposisi luar yang tidak setuju bergabung dengan jaringan Hasan al-Saffar tidak memiliki pemimpin yang satu dan tertentu.

Nihilnya Relasi dengan Oposisi Dalam Saudi: Setelah eksekusi 41 Syiah Saudi ini, terlihat oposisi Syiah luar Saudi yang tidak memiliki jaringan dengan oposisi dalam Saudi. Kalaupun ada, sangatlah terbatas.

Baca Juga : Terungkap, Ini Alasan Iran Serang Markas Intel Israel di Irak

Pengalaman oposisi Hijazi dan Najdi di dunia maya menunjukkan bahwa Bin Salman merasa takut menghadapi ombak kritik medsos, khususnya medsos Barat. Dalam beberapa kesempatan, MBS menyerah pada tuntutan kritikus luar negeri baik secara langsung maupun tidak.

Akan tetapi oposisi dalam Saudi, mengalami banyak aniaya. Jika diam ini terus berkelanjutan, Istana bisa saja lebih berani dan mengulang aksi lebih arogan. Khususnya setelah pengakuan oposisi dalam Saudi yang menegaskan akan adanya 30 tahanan politik yang terancam eksekusi mati.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here