Damaskus, Purna Warta – Media warta melaporkan kontrol militer pemerintah Damaskus di wilayah baru, yaitu pinggiran perbatasan Golan, tepatnya daerah Haud al-Yarmouk yang terletak di barat daya Suriah. Karena pendudukan kelompok militan bersenjata, pasukan Suriah meninggalkan daerah tersebut pada tahun 2013, namun sekarang kembali menguasai.
Dataran tinggi Golan dari arah selatan akan berakhir ke sungai Yarmouk dan dari utara ke wilayah Jabal Sheikh. Secara otoritas daerah sekitar perbatasan Golan masuk dalam pengawasan pemerintah al-Qunaitra sehingga dapat dipastikan termasuk bagian dari kedaulatan Suriah. Rezim Zionis dalam perang 6 hari tahun 1967 menduduki sepertiga wilayah Golan, langsung mengakuisisi serta membangun pemukiman di sana.
Pada April 2019, Donald Trump, Presiden AS kala itu, meresmikan akuisisi dataran tinggi Golan sebagai wilayah Israel. Hal yang membangkitkan protes masyarakat internasional termasuk DK PBB. Setelah itu, Joe Biden, Presiden AS sekarang ini, menolak peresmian akuisisi pemerintahan Donald Trump melalui lisan Kementerian Luar Negerinya. Sehingga Golan masih daerah pendudukan ilegal Israel.
Sukses ini menambah sinsifitas daerah perbatasan Suriah-Israel, karena kedua negara kini langsung saling berhadapan. Hal yang sebelumnya dihalangi oleh militan bersenjata di daerah pinggiran Golan.
Beberapa sumber kepada al-Arabi al-Jadeed menjelaskan bahwa militer Suriah, Selasa (28/9), berhasil menguasai wilayah baru Mar’abah, barat daya Haud al-Yarmouk di barat laut provinsi Daraa dan termasuk wilayah dekat perbatasan Golan pendudukan Israel. Militer telah menancapkan basisnya di sana.
Sumber tersebut menyatakan bahwa bersama militer pemerintah Damaskus, militan bersenjata dukungan Iran dan jaringan Hizbullah Lebanon telah menguasai daerah tersebut. Meskipun ada indikasi bahwa pemerintah Suriah tidak akan mengizinkan pengiriman senjata berat ke daerah tersebut karena sensifitas tinggi perbatasan dengan rezim Zionis.
Selasa (28/9) pagi militer bersenjata Suriah telah memasuki kota kecil Tasil, Haud al-Yarmouk. Setelah membangun markas di daerah ini dengan tujuan pengembangan normalisasi dan perdamaian, militer mengibarkan bendera Suriah bersampingan dengan bendera Rusia.
Al-Arabi al-Jadeed melanjutkan dalam laporannya bahwa Senin (27/9) malam, militer Suriah juga telah merebut dan membersihkan wilayah pinggiran kota al-Syajarah beserta beberapa desa dan kota kecil lainnya termasuk al-Qasir, Abidin, Nafia, Beit Are, Kuria dan lainnya di sepanjang garis ke wilayah perbatasan Yordania dan Golan pendudukan.
Dengan demikian, maka militer Suriah telah menguasai penuh perbatasannya dengan Yordania dan Golan pendudukan. Ini adalah sukses pertama kali sejak 2013 hingga kini. Demikian al-Arabi al-Jadeed melaporkan.
“Berdasarkan kesepakatan damai yang dihasilkan, militer Suriah telah menguasai Haud al-Yarmouk di barat laut Daraa. Sekarang angkatan bersenjata pemerintah telah membangun basis militer lebih banyak di berbagai wilayah, baik di dalam kota maupun di desa. Pasukan dukungan Rusia juga menduduki wilayah tersebut berdasarkan pasal-pasal kesepakatan,” jelas sumber di Suriah kepada al-Arabi al-Jadeed.
Minggu, 26/9, lalu militer Suriah berhasil mengambil alih kota-kota dan desa-desa Sahm Golan, Heit, Jelin dan al-Maziraah berdasarkan kesepakatan damai dan normalisasi.
Tepatnya pekan kemarin, pasukan bersenjata Damaskus juga berhasil menduduki kota-kota al-Mazirib, al-Yadudah, Tal Shahab, Tafs, Sahm Golan, al-Syajarah dan lainnya dari desa-desa Haud al-Yarmouk.
Pada tahun 2013, pemerintah Suriah kehilangan kontrol kota-kota kecil dekat provinsi Daraa dan wilayah pertigaan Suriah, Yordania dan Golan pendudukan secara bertahap. Namun sejak tahun 2018, pasukan bersenjata Damaskus berhasil mengambil alih daerah-daerah tersebut. Perlu diketahui bahwa tidak semua operasi dilakukan dengan menerjunkan militer untuk menundukkan militan bersenjata daerah pinggiran, sebagian dilakukan melalui jalan perundingan damai.
Di bulan September ini, pemerintah berhasil mengikat janji dengan para kelompok daerah Daraa al-Balad untuk menerima kesepakatan. Sebagai hasilnya, sipil bersenjata daerah tersebut meletakkan senjata dan menghormati kesepakatan damai di bawah pengawasan pemerintah resmi dan Rusia.