Suriah kembali ke Liga Arab; Siapa yang Memulai Siapa yang Mengakhiri?

Suriah kembali ke Liga Arab; Siapa yang Memulai Siapa yang Mengakhiri?

Damaskus, Purna Warta Menteri luar negeri Liga Arab Minggu (7/5) dalam sebuah sidang konsultatif di Kairo, Mesir dan digelar tertutup meraih kesepakatan terkait kembalinya Suriah ke Liga Arab setelah absen selama 12 tahun.

Dalam draf keputusan ini yang akan diumumkan secara resmi kemudian, disebutkan bahwa delegasi Suriah akan menghadiri pertemuan Liga Arab mulai hari ini (7/5)  dan seterusnya.

Baca Juga : Kelompok Perlawanan Irak: 5.000 Operasi Dilakukan Melawan Pendudukan Pasukan AS

Keputusan Liga Arab ini sebuah perputaran 180 derajat dari sikap sebelumnya terkait Suriah. Beberapa bulan setelah meletusnya krisis di Suriah pada 12 November 2011, sejumlah negara Arab seperti Qatar dan Arab Saudi menuntut penangguhan keanggoatan Suriah di Liga Arab. Alasan mereka menangguhkan kursi Suriah di sidang Liga Arab adalah dakwaan penumpasan warga oleh pemerintah Suriah.

Sejumlah negara Arab juga menangguhkan dan bahkan menutup kantor perwakilan politik dan konsulatnya di Suriah. Kini setelah 12 tahun dari krisis Suriah, dan kekahalan proyek penumbangan pemerintah sah Suriah, Presiden Suriah Bashar al-Assad tetap berkuasa, Liga Arab dalam pertemuan di tingkat menteri, telah membuat keputusan akhir tentang pencabutan penangguhan kursi Damaskus dan kembalinya Suriah ke organisasi ini. Upaya ini dimulai dua tahun lalu, dan selama ini, masalah kembalinya Damaskus ke Liga Arab adalah selalu diulang.

Poin pentingnya adalah Liga Arab yang meminta kembalinya Suriah ke organisasi ini. Beberapa pejabat Suriah telah menyatakan bahwa mereka tidak meminta pengembalian, tetapi negara-negara Arab sendiri yang mengajukan permintaan ini. Nah, jika Damaskus tidak bersikeras atau meminta untuk kembali ke Liga Arab, pertanyaannya adalah apakah Suriah yang kembali ke Liga Arab atau Liga Arab yang kembali ke Suriah? Menarik untuk dicatat bahwa pada tahun-tahun awal krisis Suriah, ketika sejumlah negara Arab memutuskan hubungan politik mereka dengan Damaskus, Bashar al-Assad menekankan dalam pidatonya bahwa negara-negara Arab akan segera kembali ke Suriah. Tampaknya hari yang dibicarakan Assad telah tiba dan sekarang Liga Arab kembali ke Suriah.

Baca Juga : Kegagalan Dewan Transisi Selatan untuk Memisahkan Diri dari Yaman

Pada saat yang sama, kembalinya Suriah ke Liga Arab dianggap sebagai langkah yang sejalan dengan gerakan kolektif negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Damaskus setelah kegagalan proyek bersama koalisi Barat-Arab yang dipimpin oleh Amerika Serikat untuk menggulingkan pemerintah Suriah dan Bashar al-Assad. Dengan dimulainya krisis Suriah pada tahun 2011, Arab Saudi dan beberapa negara Arab lainnya yang bersekutu dengan Barat menjadi pendukung utama kelompok teroris yang menentang pemerintah Suriah dan memutuskan hubungan mereka dengan Suriah dengan menutup kedutaan mereka di Damaskus.

Namun demikian, setelah kekalahan yang jelas dari kelompok teroris di Suriah, negara-negara ini sampai pada kesimpulan setelah satu dekade bahwa melanjutkan jalan lama dan bersekutu dengan Barat serta mengurangi hubungan dengan Suriah tidak menguntungkan bagi mereka dan mereka harus memulai hubungan baru dengan Suriah. Tentu saja, upaya bersama negara-negara Arab untuk menormalisasi hubungan dengan Damaskus ini mendapat penentangan keras dari Amerika Serikat. Pemerintah Biden, seperti pemerintah Amerika sebelumnya, menginginkan runtuhnya pemerintah Suriah yang sah dan oleh karena itu menentang tindakan apa pun yang menyiratkan pengakuan atau penguatan Suriah.

Namun, negara-negara Arab sekutu Amerika Serikat, yang dulu bertindak dalam front persatuan untuk menggulingkan pemerintah Suriah yang sah, dengan perubahan yang jelas dalam pendekatan mereka sebelumnya, telah memulihkan hubungan diplomatik dan ekonomi mereka dengan pemerintah Bashar al-Assad. Negara-negara seperti UEA dan Arab Saudi, yang ingin menggulingkan Bashar al-Assad dalam front persatuan bersama dengan Amerika Serikat, kini telah menyadari dengan jelas bahwa kebijakan dan tindakan front Arab-Barat bersama Turki dalam hal ini telah gagal total dan kelompok teroris yang mereka, dan bersama Amerika Serikat telah mereka persenjatai serta mereka dukung baik logistik maupun finansial, kini telah hancur dan musnah. Kini hanya sisa-sisa kelompok teroris yang masih ada di Provinsi Idlib, Suriah yang masih dapat melanjutkan eksistensinya dengan dukungan Barat dan Turki.

Baca Juga : Panglima Angkatan Darat Senior: Rudal Iran Mampu Menabrak Jantung Israel

Tom O’Connor”, seorang analis politik, mengatakan: “Banyak negara yang telah memutuskan hubungan dengan Suriah sekarang menyambut kembalinya Bashar al-Assad dengan memahami realitas baru, dan ini terlepas dari penentangan terus-menerus dari Amerika Serikat terhadap pemerintahannya.”

Dalam hal ini, UEA, Bahrain, Oman membuka kembali kedutaan mereka di Damaskus, dan Arab Saudi, Yordania, dan Mesir melanjutkan konsultasi dengan Suriah untuk menormalkan hubungan, dan kemajuan signifikan telah dicapai dalam hal ini. Normalisasi hubungan Suriah dengan Irak dan Lebanon juga sedang berlangsung, dan Tunisia juga telah mengkonfirmasi pembentukan hubungan politik dengan Suriah. (MF/Parstoday)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *