Studi Geopolitik: Mengapa Iran Banyak Musuhnya?

Oleh Emad Abshenas*

Purna Warta – Posisi geopolitik yang dimiliki Iran membuat banyak kekuatan dunia dan regional di sepanjang sejarah mendambakan tanah Iran dan berusaha untuk menguasai Iran dengan berbagai dalih.

Saya ingat ketika saya berbicara dengan perwakilan Komite Internasional Palang Merah di Teheran yang berasal dari Swiss dan saya mengatakan kepadanya bahwa saya berharap kita bisa seperti Swiss, negara yang tidak memiliki masalah dengan negara lain.

Dia memberi saya jawaban yang menarik, dia bilang Anda tidak bisa.

Saya bilang kenapa?

Dia mengatakan, itu karena Swiss tidak memiliki apa pun untuk didambakan, tetapi negara Anda memiliki semua sumber daya dan peluang yang diinginkan semua orang.

Bahkan jika kita mengesampingkan pembahasan sumber daya yang dimiliki Iran, seperti minyak, gas dan mineral dll.

Iran memiliki posisi geopolitik yang semua kekuatan dunia ingin mendudukinya dengan cara dan resiko apapun.

Seperti pendudukan Iran oleh Inggris dan Uni Soviet selama Perang Dunia II.

Alasan pendudukan dan penjajahan Iran tak lain adalah posisi yang dimiliki negara ini.

Tentu, jika saja tentara Nazi Jerman telah mencapai Iran dan Iran bersekutu dengan Jerman, mungkin jalannya perang akan 160 derajat.

Bahkan saat ini pun, banyak permusuhan dengan Iran bukan didasari karena sistem yang dijalankan Iran: Republik Islam, tetapi karena keserakahan musuh-musuh Iran untuk menguasai wilayah Iran.

Jika merujuk pada memoar Amir Asadullah Alam, pada sebagiannya, ia merujuk pada poin yang saya anggap sangat penting dan untuk itu saya sering mengulanginya.

Ungkapannya kurang lebih sperti ini: Ia mengkritik Syah Iran saat ia bertemu dengannya karena menghabiskan banyak uang untuk membeli senjata. Ia menyarankan agar dia menghabiskan sebagian uang ini di dalam negeri dan memperbaiki situasi ekonomi dan agar orang-orang lebih puas dengan pemerintahannya.

Shah menjawab, “Jika saya tidak mengeluarkan biaya ini, orang-orang Arab, seperti Saddam Hussein, tidak akan ragu untuk menyerang Iran.”

Perhatikan bahwa Shah tidak mengatakan Uni Soviet atau Pakistan atau Afghanistan atau Turki, katanya Arab, mengapa?

Karena dia tahu betul bahwa negara-negara besar tersebut menghormati persamaan internasional, tetapi negara-negara Arab tidak menganggapnya sebagai persamaan internasional, dan mereka masih berkutat dalam pemikiran dan mimpi yang sama seribu tahun yang lalu dan “Qadisiyyah” mereka.

Alhasil, tak lama setelah revolusi di Iran, dan segera setelah orang-orang Arab merasa bahwa tentara Iran sedang dalam setuasi lemah karena baru saja menggulingkan pemerintahan Syah, mereka tiba-tiba bersatu untuk menyerang Iran.

Bahkan sampai hari ini, perhatikan saja, setiap kali mereka membahas pembelian senjata, mereka mengatakan bahwa mereka membutuhkan senjata ini untuk menghadapi Iran.

Artinya, mimpi yang sama masih ada di benak mereka, dan jika mereka melihat sejenak bahwa Iran telah sedikit melemah dalam hal kekuatan militer, mereka pasti akan menyerang Iran lagi.

Jangan lupa bahwa perang Saddam Hussein melawan Iran tidak hanya perang Irak melawan Iran, tetapi juga perang negara-negara Arab Teluk Persia dan Teluk non-Persia, dan Saddam Hussein dan negara-negara Barat, dll, melawan Iran sendirian!

Jika saat itu Saddam berhasil, maka semua orang akan seperti serigala, masing-masing mencari bagian, seperti yang terjadi di Libya saat ini.

Tentu saja, hari ini serigala telah melarikan diri dan burung gagak telah datang.

Seperti yang saya katakan sebelumnya, ternyata ketamakan mereka belum berakhir dan mereka masih mencari kesempatan untuk bertarung di Teheran.

Akhir-akhir ini, negara-negara itu berbondong-bondong dan secara terang-terangan telah bergabung dengan Israel (musuh bebuyutan mereka dahulu) dengan harapan mereka dapat menggunakan kapasitas Israel untuk menghadapi Iran.

Semua orang juga tahu bahwa, baik negara-negara Arab, maupun Israel atau Turki, mereka semua tak memapu melawan Iran satu lawan satu.

Tetapi dengan kucuran dana dari negara-negara Arab, Israel telah mampu merekrut banyak mata-mata dan agen untuk, seperti yang mereka katakan, mengalahkan Iran dengan strategi “melukai terus menerus” terhadap Iran hingga negara itu menyerah.

Mereka dapat menggunakan celah apa pun yang mereka bisa untuk melakukan rencana mereka melawan Iran.

Karena mereka memiliki uang Arab dan pengaruh Israel dalam berbagai struktur politik (kadang-kadang dengan kedok Amerika dan Eropa). Lebih jauh dari itu, kita saat ini menyaksikan bahwa, selain hadir di selatan di beberapa negara Arab di Teluk Persia, Israel juga memiliki kaki di utara Iran dengan memanfaatkan hubungan dekatnya dengan Azerbaijan. Begitu pun dari arah barat (dari Kurdistan Irak), dan dari Timur (dari Pakistan dan Afghanistan).

Kita juga melihat di forum-forum internasional, misalnya, mereka mencoba melecehkan Iran melalui agen-agen mereka di berbagai organisasi dunia, seperti International Atomic Energy Agency (IAEA).

IAEA, organisasi internasional yang tugas utamanya adalah membantu dan memberikan dukungan kepada negara-negara anggota Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, hari ini telah berubah menjadi organisasi yang kegemarannya mengganggu Iran di semua lini. Terlepas dari kenyataan bahwa Iran menunjukkan niat baik dalam banyak kasus, organisasi ini selalu melakukan hal sebaliknya. Lihat saja insiden penyerangan sejumlah fasilitas nuklir Iran. IAEA yang enggan mengutuk serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dan merujuk serangan ini ke Dewan Keamanan, membuat orang-orang Iran curiga bahwa IAEA telah bersekutu dengan para penyerang dan bahkan mungkin membocorkan informasi yang penting untuk memudahkan operasi terorisme ini kepada para pelaku.

Skenario selanjutnya: pemecahan Iran

Bagaimanapun, jelas bahwa musuh-musuh Iran telah menyadari bahwa mereka tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi Iran yang sendirian ini, maka dari itu mereka saat ini terpaksa beralih ke skenario pemecahan Iran menjadi beberapa negara.

Dalam hal ini, orang-orang Arab dan Israel akan menghasut orang-orang Arab Khuzestan dan Baluchis Iran dan Kurdi untuk melawan pemerintah pusat, dan hari ini kita melihat bahwa Turki dan Israel sedang mencoba menciptakan hasutan di antara orang Azeri Iran melalui kasus Azerbaijan.

Mesti dipahami bahwa Israel dan, tentu saja, Amerika Serikat adalah dalang di balik semua ini. Selebihnya, hanyalah alat dan agen. Negara-negara selain keduanya tak punya kapasitas untuk bermain dengan Iran.

Tujuan utama musuh-musuh Iran saat ini adalah menciptakan ketidakamanan di empat wilayah Iran, yaitu wilayah Azeri, Arab, Kurdi dan Baluch. Mereka ingin melemahkan Iran dengan memperkuat gerakan-gerakan separatisme. Mereka akan masuk dengan dalih mendukung kelompok-kelompok separatis lalu membuat Iran bertekuk lutut.

Kita tidak boleh lupa bahwa Iran adalah kumpulan dari berbagai etnis. Jika mereka berhasil menciptakan hasutan di antara kelompok-kelompok etnis ini, maka mereka akan berhasil menguasai Iran. Untuk diketahui etnis bagi bangsa Iran tak memiliki kedudukan yang berarti. Maka dari itu skenario pemecahan Iran per etnis telah mengalami kegagalan sejak ratusan tahun lalu sejak era kolonialisme.

Berbeda dengan beberapa negara tetangga di mana etnis adalah prioritas nomor satu bagi orang-orang di negara-negara itu, atau seperti Israel, di mana menjadi seorang Yahudi Eropa adalah kriteria prioritas sosial.

Bahkan di Israel, kerap terjadi diskriminasi rasial yang parah terhadap orang Yahudi non-Eropa, jangan tanya bagaimana perlakuan mereka terhadap orang-orang Arab Israel!

Beberapa hari yang lalu, saya terkesima membaca artikel tentang elang dan burung gagak.

Gagak selalu suka terbang dan bertengger di belakang elang dan mematuk elang. Ia mengira hal itu bisa membuatnya terlihat lebih kuat dari elang.

Ketika elang melihat itu, karena ia tahu bahwa gagak adalah binatang yang keras kepala, ia tidak terlibat dengan gagak, ia mulai terbang dan membumbung tinggi.

Elang dengan kekuatannya yang tinggi mampu terbang ke ketinggian yang mana gagak tidak mampu metekanan udara dan tidak mentolerir kekurangan oksigen. Lalu tiba-tiba gagak mati lemas dan jatuh dari atas.

Sejarah telah menunjukkan bahwa perilaku musuh-musuh Iran di kawasan ini sangat mirip dengan perilaku burung gagak yang menunggangi elang dan mengira mereka kuat, tetapi akhirnya mati lemas dan mati.

Barangkali tak ada salahnya bagi beberapa pihak yang akhir-akhir ini mengganggu Iran untuk melihat nasib musuh Iran di kawasan, di mana mereka sekarang? Ketahuilah bahwa nasib mereka akan berakhir sama.

Kapasitas tertinggi musuh-musuh Iran di kawasan tidak lebih dari kapasitas Saddam Hussein atau Amerika Serikat atau…

Bahkan yang lebih besar dari mereka, tak dapat berbuat banyak melawan Iran. Dan jika Iran tidak banyak berbicara saat ini, itu karena ia sedang berada pada puncaknya. Musuh-musuh Iran sadar di saatnya nanti tubuh mereka akan jatuh tak bernyawa dari ketinggian.

 

————–

*Peneliti Studi Timur Tengah di Pusat Studi Dunia Universitas Teheran

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *