HomeAnalisaSkenario Taliban Setelah Menguasai Afganistan

Skenario Taliban Setelah Menguasai Afganistan

Purna Warta – Sebuah platform intelijensi dan geopolitik AS, perusahaan Stratfor menelisik indikasi-indikasi skenario lanjutan pasca Taliban menduduki Afganistan dan kaburnya Presiden Ashraf Ghani.

Hamid Karzai, mantan Presiden, Abdullah Abdullah, Ketua Dewan Permusyawaratan Tinggi Perdamaian Afganistan dan Gulbuddin Hekmatyar, mantan Perdana Menteri melakukan perbincangan dengan pihak Taliban untuk mempermudah transisi kekuasaan.

Dalam laporannya, Stratfor menjelaskan bahwa petinggi Taliban menuntut para anggotanya untuk menduduki markas-markas keamanan Kabul, bukan tinggal di rumah penduduk ataupun mengaksikan pembalasan brutal. Bahkan Taliban menuntut para pejabat pemerintahan dan militer asing untuk mengeluarkan perintah amnesti umum.

Sementara itu, ada beberapa laporan pula yang menyebutkan beberapa aksi penjarahan aset-aset pemerintah dan privasi di sebagian wilayah oleh anggota Taliban. Penembakan di bandara Kabul juga telah menyebabkan penggagalan penerbangan dan penutupan beberapa Kedubes asing. AS juga menuntut warga tersisanya untuk menetap di Kabul hingga situasi teratasi.

Di tengah situasi ini, Taliban berupaya untuk memaparkan-mengajukan legitimasi penguasaannya dan menyatakan kekuasaan sebagai haknya dan tentu hal ini memiliki pesan yang sangat urgen ke dunia dan dalam Afganistan.

Kecepatan gerakan Taliban adalah faktor penting akan keruntuhan Afganistan. Dalam banyak kesempatan, para petinggi dan pejabat militer serta daerah kabur dan menyerahkan kekuasaan ke tangan Taliban. Satu hal yang terjadi berkali-kali hingga menyebabkan unsur-unsur Taliban menguasai ibukota Kabul.

Pertanyaan Utama

Selanjutnya Stratfor menanyakan, di saat Taliban berusaha menuliskan sebuah sejarah penguasaan atas Afganistan, mereka juga berupaya untuk menarik legitimasi dari pihak dalam dan luar Afganistan. Ada beberapa persoalan yang harus dijawab baik dalam beberapa hari ataupun minggu ke depan dan jawaban itu bisa menerangkan situasi Afganistan di tahap-tahap selanjutnya.

Militer yang Kalah, Apa yang Mereka Inginkan?

Salah satu pertanyaannya adalah setelah keruntuhan instansi keamanan dan militer, kemana mereka dan senjatanya akan pergi dan apa yang sebenarnya yang terjadi? Apakah militer pergi meninggalkan Afganistan? Atau mereka merubah arah? Atau mereka kembali ke pangkuan kabilah dan etnis dan mengambil kepemimpinan sipil bersenjata?

Stratfor menegaskan bahwa penguasaan Taliban di Afganistan difaktorkan oleh keruntuhan militer dan keamanan Kabul. Kalah tidak harus di medan perang, seandainya badan keamanan dan militer bersenjata Afganistan tetap berdiri dan membela pemerintahan kemudian mentransfer pembelaan tersebut ke kabilah-kabilah bersenjata, maka akan terjadi perang dalam negeri. Bahkan bisa saja kekuatan etnis dan kabilah tersebut meminta bantuan asing untuk mencegah Taliban berkuasa.

Sementara di sisi lain, Afganistan dibayangi ledakan perang etnis dan kabilah, dimana merajut perdamaian antar mereka sangat kompleks dan sulit, membutuhkan satu kekuatan besar dalam waktu lama.

Apakah Taliban akan Memberikan Hak Politik?

Pertanyaan lainnya adalah apa yang dicari Hamid Karzai, Abdullah Abdullah dan Gulbuddin dalam perundingan mereka dengan Taliban?

Apakah Taliban akan tetap dalam birokatrik yang ada sekarang dalam upaya menciptakan legitimasi dalam negeri dan internasional, atau memberikan poin-poin politik kepada seluruh petinggi daerah demi mencegah perang dalam negeri?

Alat serta metode penguasaan sangatlah berbeda dengan politik pertahanan kekuasaan. Yang harus dilakukan Taliban sekarang ini adalah mempertahankan kekuasaan dan koordinasi situasi kompleks negara. Jika Taliban ingin resmi di mata internasional, mereka harus melakukan beberapa kerjasama dengan negara-negara tetangga dalam kuantitas tertentu.

Jika Taliban ingin menertibkan pembagian kekuasaan, maka melalui jalan ini, mereka bisa menguasai Afganistan dalam jangka panjang dan menurunkan gerakan versus mereka. Namun mereka harus memiliki poin-poin politik lebih.

Pertanyaan lainnya adalah apakah Taliban akan mempermudah penarikan mundur pasukan asing dari Kabul? Jika kelompok ini mencari legitimasi, mereka harus melakukan hal tersebut. Akan tetapi tidak jelas seberapa kuat kontrol Taliban atas pasukan-pasukan bawahannya, bahkan ada kabar yang menyebutkan bahwa sebagian anggota Taliban menyalahgunakan aturan serta batasan larangan penarikan mundur pasukan asing.

Negara Mana Saja yang Ingin Legitimasi Taliban?

Pertanyaan lainnya adalah negara mana saja yang kemungkinan melegalkan kekuasaan di tangan Taliban? Apakah hubungan Taliban dengan Iran, Rusia, China dan beberapa negara Arab Teluk Persia bisa menjadi pondasi legitimasi resmi atau tak resmi kelompok ini?

Dalam hal ini, Pakistan mengirim sinyal negatif. Akan tetapi jelas bahwa penguasaan Taliban atas Afganistan tidak membuka opsi lain kepada Islamabad kecuali bekerjasama, bahkan di saat Pakistan enggan meligitimasi Taliban secara resmi.

Jika China dan Rusia meresmikan Taliban, maka ini adalah kemenangan besar bagi Taliban. Karena tidak akan ada satupun dari anggota langgeng Dewan Keamanan PBB yang akan melegalkan penguasaan Taliban atas Afganistan di akhir abad 20 ini.

Menurut analisa Stratfor, kebijakan China harus diamati dalam hal ini. Beijing telah mengadakan pertemuan dengan pihak Taliban dan mengajukan draf syarat dan tuntutan kepada pemerintah manapun yang nantinya menguasai Afganistan.

Larangan melindungi etnis Uighur, menjaga kepentingan perdagangan, rekonstruksi China di Afganistan, larangan aksi instabilitas di perbatasan negara-negara Tengah dan Selatan Asia demi proyek One Belt One Road adalah butir-butir tuntutan Beijing kepada Taliban.

Thinktank Amerika tersebut yakin bahwa China akan melegitimasikan Taliban, sebagaimana mereka meresmikan pemerintahan Myanmar.

Jika China melegitimasi mereka, maka Taliban akan mengarungi pengalaman besar. Akan tetapi Taliban juga harus mampu mengontrol militan bersenjata ekstrimnya di dalam Afganistan dan ini adalah masalah yang tak mudah di Kabul.

Ancaman ISIS

Stratfor melanjutkan pertanyaannya mengenai nasib Taliban ke depannya dengan mempersoalkan efek serta dampak gerakan Taliban atas kelompok-kelompok seperti al-Qaeda dan ISIS. Ada beberapa kabar tak resmi yang melaporkan bahwa Taliban telah membebaskan beberapa anggota ISIS dari penjara-penjara.

Taliban masih mengeksploitasi kekuatan asing untuk mencapai tujuannya, bahkan beberapa tahun lalu Taliban masih melindungi mereka. Namun di saat yang sama, Taliban melakukan gerakan konfrontasi dengan ISIS di Afganistan untuk menundukkan hingga ISIS tidak berubah menjadi pesaing di Afganistan.

Jika Taliban ingin, menurut analisa Stratfor, mendapatkan legitimasi beberapa negara dunia, paling tidak regional, Taliban harus menundukkan kelompok-kelompok bersenjata dalam Afganistan dan melalui masa transisi dari identitas gerakan menjadi satu pihak institusionalisasi.

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here