Skenario Sanaa Melawan Makar Gencatan Senjata Saudi

Skenario Sanaa Melawan Makar Gencatan Senjata Saudi

Purna Warta – Pemerintah penyelamatan nasional Yaman memiliki dua skenario untuk menghadapi ingkar janji Saudi atas resolusi gencatan senjata klaim PBB. Setiap satu dari skenario mampu membuat sesal Al Saud.

Seharusnya tanggal 24 April kemarin jadwal penerbangan dari bandara internasional Sanaa beroperasi pasca 6 tahun non-aktif karena blokade koalisi Saudi. Tapi setelah persiapan dan penjualan tiket, pemerintahan Sanaa mengumumkan bahwa koalisi pimpinan Saudi tidak mengeluarkan izin untuk penerbangan dengan tujuan ke Yordania tersebut.

Baca Juga : Kenapa Saudi Larang Penerbangan dari Bandara Ibukota Yaman?

Pemerintah Sanaa, Kamis kemarin, dengan mengutip pernyataan PBB mengabarkan kesepakatan landing serta take off pesawat di bandara ibukota Sanaa, di mana jadwal pertamanya tertulis di tanggal 24 April dengan tujuan Yordania, tepatnya ke bandara Queen Alia, pada jam 8 pagi.

Koalisi Saudi menolak kesepakatan yang dihasilkan dari perundingan PBB ini sehingga Ansarullah menuding Saudi sebagai biang yang enggan mengeluarkan izin untuk penerbangan ini.

Al-Khabar al-Yemeni, 25/4, mengupas hal ini di tengah perkembangan situasi bandara internasional dengan mengajukan beberapa skenario yang bisa dioperasikan oleh pemerintah Sanaa melawan makar serta keputusan sepihak Saudi.

Baca Juga : Rezim Terus Berganti di Kabul, Iran Tidak Pernah Meninggalkan Rakyat Afghanistan

“Setelah mendapatkan kabar mengenai jadwal penerbangan, pasien Yaman melakukan perjalanan panjang untuk sampai ke bandara internasional. Akan tetapi mereka terkejut mendengar kabar kurang mengenakkan tentang penolakan koalisi Saudi untuk mengeluarkan izin,” tulis al-Khabar al-Yemeni.

Sang analis mengungkapkan kesedihan serta kehancuran hatinya melihat pasien yang memegang paspor di bandara. “Karena penerbangan mereka bukan penerbangan wisata dan senang-senang, tetapi ini adalah kesempatan terakhir untuk bertahan hidup.”

Komite Tinggi Kedokteran Yaman melaporkan bahwa ada 30 ribu pasien yang membutuhkan bantuan darurat. Namun demikian, meskipun disepakati gencatan senjata yang mencantum izin 16 penerbangan dalam 2 bulan, masih saja penerbangan tidak bisa dilakukan. Masih diingkari padahal jumlah penerbangan itu belum bisa mengentas kebutuhan 1% kebutuhan darurat pasien.

Muhammad Abdul Salam, Negosiator senior Yaman, menjelaskan ketidakseriusan pihak Istana Riyadh dalam menjalankan resolusi dengan berbuktikan ingkar janji gencatan senjata, melarang penerbangan dalam kerangka gencatan senjata kemanusian dan melarang pelayaran kapal BBM.

Baca Juga : Menteri Bahrain: Iran adalah Musuh Utama, Israel dan AS adalah Sahabat

PBB bekerja sangat lemah, menurut Abdul Malik al-Ajri, salah satu anggota tim negosiasi, dan diapun menuntut koreksi ulang peran Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bekerja lemah ini.

Menurut analisa al-Khabar al-Yemeni, lepas tanggaung jawab ala Saudi telah menarik pemerintah Sanaa ke dua skenario pilihan:

Skenario pertama: Meneruskan gencatan senjata dan mengirim peringatan, baik secara langsung maupun dengan pelantara bahwa kontinuitas pelanggaran bisa berakibat buruk. Dengan begitu, Saudi hanya akan memiliki waktu sedikit untuk menjalankan resolusi, karena jika masih melanggar, Sanaa bisa mengakhiri masa realisasi kesepakatan gencatan senjata ala PBB ini.

Skenario kedua: Sanaa langsung mengirim pesan masa akhir realisasi resolusi ke Aden, ibukota pemerintah Mansur Hadi secara langsung lalu mengaktifkan manuver militer tanpa mengulur waktu.

Baca Juga : Jurnalis Ceko: Rezim Turki Terus Lakukan Kejahatan Perang di Suriah

Di akhir al-Khabar al-Yemeni menuliskan, ada harapan Sanaa melaksanakan skenario pertama. Namun apapun itu, nasib akhir koalisi Saudi adalah penyesalan, sebagaimana yang telah disinggung oleh Abdul Malik al-Houthi, Pemimpin Ansarullah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *