Purna Warta – Masa depan Kabinet rezim Zionis Israel mengarungi masa kelam pasca kehilangan mayoritas di Parlemen. Analis media Turki memprediksikan 4 skenario untuk Kabinet Naftali Bennett.
Undur diri Idit Silman, anggota Parlemen sayap kanan koalisi Kabinet rezim Zionis pada hari Rabu, 6 April, telah menghentak pemerintahan Israel, yang disertai gemuruh oposisi di bawah pimpinan Benjamin Netanyahu, eks Perdana Menteri.
Baca Juga : Balas Dendam yang Harus Dibayar Mahal Joe Biden
Beberapa jam setelah pengumuman pengunduran diri Silman dari Kabinet kongsi rezim Zionis, banyak prediksi beterbangan, mulai dari pembubaran pemerintahan, Pemilu darurat, pembentukan pemerintahan baru oleh sayap kanan hingga bertahannya pemerintahan Naftali Bennett.
Seorang analis surat kabar Turki, Anadolu menegaskan bahwa meski Idit Silman melepas jabatan, tapi Kabinet dan pemerintahan sekarang masih bisa bertahan, dengan syarat tidak ada lagi yang mengundurkan diri. Akan tetapi harus diterima bahwa mereka takkan lagi bisa menyetujui aturan di Parlemen Knesset, karena suara mayoritas sudah lepas dan dari segi ini, Kabinet bisa cacat.
Kabinet koalisi rezim Zionis terdiri dari partai-partai sayap kanan, kiri dan moderat. Meski demikian, sebelum pengunduran diri Silman, Kabinet ini hanya memiliki mayoritas yang sudah rawan, karena dari 120 suara di Knesset, mereka hanya mengantongi 61 suara.
Baca Juga : Bobol Pesan Rahasia Ramallah ke Tel Aviv, Ini Pengkhianatan Baru Mahmoud Abbas
Skenario Pertama: Penyelenggaraan Pemilu Darurat
Saat ini, Kabinet Israel memiliki 60 kursi di Parlemen, sama dengan jumlah oposisi. Pengunduran diri tambahan anggota Knesset dari Kabinet akan berakhir pada keruntuhan pemerintahan, pembubaran Parlemen dan dorongan menuju pemilihan umum darurat.
Jika skenario ini terjadi, Yair Lapid, Menlu Israel, akan menjabat sebagai Perdana Menteri sebelum Knesset menerima pemerintahan baru hasil Pemilu.
Sementara delegasi radio dan televisi Tel Aviv mengatakan bahwa salah satu anggota dari legislatif partai Yemina dimungkinkan juga mengundurkan diri dari Kabinet koalisi.
Petinggi di partai Likud menegaskan bahwa Idit Silman bukan satu-satunya pihak yang memikirkan untuk mundur.
Baca Juga : Quincy Institute Bongkar Hujan Uang Saudi untuk Lobi di AS
Skenario Kedua: Penyelamatan Kabinet Koalisi Via Partai Arab
Salah satu partai Kabinet koalisi mengharap partai Arab, The Joint List pimpinan Ayman Odeh mendukung pemerintah Israel untuk mencegah keruntuhan dan pembentukan satu pemerintahan sayap kanan pimpinan Netanyahu.
Akan tetapi Odeh menolak segala bentuk partisipasi dalam pemerintahan pimpinan Naftali Bennett.
Kepada surat kabar Haaretz, Odeh menegaskan, “Kami tidak akan menyelamatkan Bennett dan Ayelet Shaked. Ini merupakan pemerintahan buruk.”
The Joint List adalah partai aliansi Arab yang memiliki 6 kursi di Knesset.
Baca Juga : Akankah Konflik Ukraina Dapat Menghambat Pasokan Senjata Rusia ke Afrika?
Skenario Ketiga: Keruntuhan Kabinet Bennett dan Pembentukan Pemerintahan Sayap Kanan
Mungkin pemerintahan Bennett runtuh dan dibentuklah pemerintahan sayap kanan yang memiliki suara mayoritas di Parlemen. Namun masalahnya adalah partai-partai sayap kanan tidak Bersatu. Sebagian mereka bergabung dalam koalisi yang ada dan yang lainnya menjadi oposisi.
Dari segi lain, oposisi juga tidak satu suara. Selain oposisi pimpinan Benjamin Netanyahu, ada pula oposisi yang mayoritasnya terdiri dari Arab.
Di tengah situasi ini, pembentukan pemerintahan sayap kanan harus membuktikan kebulatan suara terhadap satu orang sebagai pemimpin. Di mana hal ini sangat jauh dari kemungkinan karena kontroversi Benjamin Netanyahu dan penolakan banyak pemimpin partai kanan akan kembalinya Bibi (nama panggilan eks PM Benjamin Netanyahu) ke tampuk kekuasaan.
Baca Juga : Was-Was dan Takut Menyelimuti Palestina Pendudukan: Tangan Kosong Israel
Skenario Keempat: Mempertahankan Kabinet Sekarang
Kabinet sekarang bisa bertahan dengan kursi yang dimiliki di Parlemen Knesset. Akan tetapi mereka tidak akan mampu menyetujui satu aturan di Knesset, sehingga hal ini akan membuat cacat pemerintah.
Di tengah situasi ini, pemerintah tidak akan tegap, karena oposisi hanya butuh satu anggota Knesset untuk menggugurkan. Dari sisi lain, aktivis partai Likud menyatakan bahwa mereka telah memulai upaya mencari satu anggota Knesset yang bisa melepas dukungannya terhadap pemerintahan pimpinan Naftali Bennett.
Akan tetapi karena tidak memiliki suara cukup, oposisi Israel juga tidak mampu menghapus suara kepercayaan Kabinet sekarang.
Baca Juga : Dihujani Sanksi, Bagaimana Rusia Mampu Selamatkan Rubel?
Naftali Bennett Bingung dan Benjamin Natanyhu Heboh
Di tengah perkembangan ini, surat kabar Zionis, Haaretz (yang sebelumnya telah mengagetkan semua pihak dengan kabar pengunduran diri Silman) tidak bisa mengadakan hubungan telpon dengan PM Naftali Bennett. Dijadwalkan pertemuan antara Bennett dengan Silman pada hari Selasa. Namun Idit Silman menggagalkan pertemuan tersebut di jam-jam akhir jadwal.
“Setelah itu, Silman memecah diamnya dengan mengirim surat pengunduran diri ke Perdana Menteri dan menulis, sudah waktunya membentuk pemerintahan nasional, Yahudi dan Zionis,” lapor Haaretz.
Setelah itu, Bennett mengundang semua wakil partai ke sebuah pertemuan untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada yang keluar dari koalisi. Dari pihak lain, Netanyahu, eks PM Israel, mempertontonkan hasratnya untuk pembentukan pemerintahan baru dan kembali ke kursi PM.
Baca Juga : Nol… Saudi Tidak Dapat Apa-apa dari Perang 8 Tahun Yaman
Di Twiter Benjamin Netanyahu mencuit, “Kepada pemerintahan lemah saya katakan: Pulanglah ke rumah! Kepada semua anggota dan teman yang masih dalam koalisi ini, saya katakan pulanglah ke rumah.”
“Bergabunglah dengan Idit Silman. Kami akan mengembalikan Israel ke jalan sukses, sejahtera, aman dan damai,” tambahnya.
Menurut laporan Anadolu, sepertinya tangan sambutan Likud kepada Idit Silman lebih dari dua buah untuk merangkulnya. Bahkan delegasi radio dan televisi rezim Zionis menyatakan, “Silman telah mengadakan kesepakatan dengan Likud pimpinan Netanyahu untuk mengisi kursi kesepuluh lis partai dalam Pemilu mendatang serta akan menjabat di kursi Menteri Kesehatan.”
Setelah mengumumkan niatannya ini, Silman menjelaskan faktor pengambilan keputusan ini, “Saya merasa tidak bisa menghadapi situasi yang ada.” Bahkan Idit mengklaim bahwa dia tidak mampu melihat identitas Yahudi Israel dalam bahaya.
Baca Juga : Perseteruan Parlemen dan Presiden Makin Mendalam, Apa Yang Tunisia Lakukan?
Berdasarkan laporan The Jerusalem Post, kemungkinan Idit Silman berseteru dengan Menteri Kesehatan Nitzan Horowitz tentang bahan makanan di hari Paskah di rumah sakit-rumah sakit.