Purna Warta – Dosen universitas Palestina dalam salah satu catatannya di surat kabar Rai al-Youm mengupas nuklir Iran, gerak diplomatik dan politik seputar program nuklir dan meyakinkan bahwa di akhir, hal ini akan membuktikan kekuatan dan kemenangan Tehran.
Hassan Marhig, salah satu Dosen universitas di Palestina menegaskan bahwa siasat politik dan pertemuan-pertemuan diplomatik serta dialog internasional dengan Iran menjadi tribun unjuk kekuatan beberapa sisi Iran yang terus bertahan, bahkan bisa memetakan arah resolusi nuklir ke halauan lain yang akan memenangkan poros Tehran.
“Langkah-langkah diplomatik dalam beberapa hari terakhir bisa disebut dengan gerak diplomatik mati. Semua tahu bahwa memetakan peran perundingan nuklir sangatlah sulit,” jelasnya.
Tidak ada satu jalan, menurut analisa Hassan Marhig, untuk mempertemukan Iran-Amerika. Dan pernyataan-pernyataan tentang sanksi hanya membuktikan kesamaan dengan pemerintah sebelumnya pimpinan Donald Trump.
“Jika kesepakatan sulit terjalin untuk memulai resolusi, kesepakatan terakhir akan semakin rumit. Sementara pandangan pemimpin tertinggi revolusi Iran masih tetap, meskipun pemerintahan berubah-rubah. Dan di Amerika, lebih diutamakan kepentingan pemerintahan tersembunyi daripada orang yang memimpin di Gedung Putih,” hematnya.
Iran menuntut Amerika kembali ke JCPOA tanpa prasyarat dan non-aktifkan seluruh sanksi. Bahkan Iran tidak menginginkan pembahasan rudal dan hegemoni di Timur Tengah. Sedangkan pihak lawan ingin mengontrol Tehran.
Langkah Eropa lebih dekat ke Amerika dan Emmanuel Macron, Presiden Prancis, mengakui bahwa perundingan dengan Iran sangatlah sulit dilakukan. Tiga negara Eropa dan Amerika menuduh Iran telah melakukan pelanggaran, bahkan secara terang-terangan sebagian mereka berusaha menarik pihak Arab, seperti Saudi ke tengah perundingan.
“Dengan siasat adem sabar, Iran berhasil menguasai situasi, ditambah lagi sanksi politik dan ekonomi yang mandul, tidak mampu menghadang program nuklir. Ini adalah satu pesan yang sangat disadari oleh Barat. Di balik ombak pernyataan pedas AS-Eropa, mereka juga mengetahui dengan baik bahwa Iran memiliki kekuatan, Iran telah berubah menjadi aktor kuat dan penting di Kawasan. (Sedangkan) mereka butuh pada Iran di dua objek. Pertama, mereka perlu mengarahkan program nuklir Iran. Dan kedua, letak geografis Iran yang sangat strategis dalam ekonomi dunia. Semua ini telah menghadiahkan kekuatan geopolitik kepada Iran. Begitu pula kepentingan Amerika, Eropa dan sebagian besar negara Timteng, secara langsung maupun tidak, terikat dengan Iran. Inilah alasan dasar kekuatan Iran,” jelasnya menganalisa geopolitik Iran.
Menurut pandangan Hassan Marhig, baik Iran, maupun lawan Timtengnya beserta Amerika dan Eropa harus kembali mengkalkulasi kepentingan masing-masing. AS dan Eropa berupaya menghasilkan kesepakatan baru dengan Iran, yang menurut pengakuan mereka, satu kesepakatan yang bisa mengurangi sumbu krisis di Kawasan.
Di akhir Dosen Hassan Marhig menuliskan, “Kazem Gharib Abadi, Duta sekaligus Wakil Iran di IAEA, mengatakan bahwa negaranya sedang menganalisa penghentian permohonannya pasca 23 Februari. Hal ini akan menyebabkan longgarnya kerjasama Iran dengan penyelidik PBB. Dari sini bisa dikatakan bahwa Iran sedang berupaya mendiktekan syarat-syaratnya dan memetakan kepentingan privasi dan sekutunya, seperti Rusia, di Kawasan. Satu wilayah di mana Iran akan menjadi pemain inti, aktif dan berpengaruh.”
Baca juga: Surat 15 Parlemen AS Kepada Biden Untuk Tidak Mencabut Sanksi Terhadap Iran