Siapakah Di Balik Penembakan Berdarah di Lebanon?

lebanon

Purna Warta – Insiden berdarah di Lebanon terjadi pada haris Kamis, 14/10, kemarin. Hingga saat ini, jumlah korban dilaporkan mencapai 7 orang yang tewas dan 60 luka-luka. Medsos Beirut dipenuhi dengan hastag penuntutan pengadilan pelaku aksi brutal. Samir Geagea menjadi tertuduh dalam pandangan gerakan Muqawamah Hizbullah dan partai Amal.

Tareq Bitar menjadi interigator dalam pengadilan kasus ledakan pelabuhan Beirut. Karena terendus politisasi kasus hingga ketidakpuasan penghakiman, pengikut Hizbullah dan partai Amal turun ke jalan demonstrasi. Secara mengejutkan mereka diserang oleh pihak tertentu dengan peluru dari atap gedung. Miiter telah menangkap 19 orang terkait kasus ini, 17 warga Lebanon dan 2 orang warga Suriah.

Hizbullah dan partai Amal menyatakan pasca insiden di jalan Tayouneh bahwa demonstrasi damai diserang oleh sekelompok orang dari gerakan al-Quwwat al-Lubnaniya. Mereka menyerang dari atap gedung.

Al-Quwwat al-Lubnaniya dipimpin oleh Samir Geagea. Merespon tuduhan ini, Samir Geagea meminta para pendukungnya di wilayah Maarab untuk siap melawan Hizbullah.

Hizbullah dan partai Amal mengajak pendukungnya untuk menahan diri, akan tetapi Samir Geagea membalikkan retorika dan menyatakan bahwa Hizbullah sendirilah yang menjadi pelaku utama. Seandainya Hibullah menghentikan provokasinya, insiden seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Tentu hal ini secara eksplisit menegaskan bahwa merekalah, al-Quwwat al-Lubnaniya pelakunya.

Sementara laporan al-Akhbar menuliskan bahwa Michel Aoun, Presiden Lebanon, mengadakan hubungan dengan Samir Geagea dan memintanya untuk mengakhiri permainannya.

Mengutip dari beberapa sumber dari Istana, al-Akhbar menjelaskan bahwa setelah insiden di Tayouneh ini, Presiden menghubungi Geagea. Pemimpin al-Quwwat al-Lubnaniya menekankan bahwa dirinya bukanlah yang bertanggungjawab.

“Para pelaku adalah orang-orang biasa,” tegas Samir Geagea. Presiden Michel Aoun langsung menghardiknya dan meminta untuk menghentikan aksinya.

Kedubes AS, Pusat Komando

Kemarin sore, salah satu jasad korban insiden Tayouneh dimakamkan dengan iringan warga dan petinggi Lebanon. Hashim Safi al-Din, Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah, mensholati jenazah tersebut.

Dalam pernyataannya, Hashim Safi al-Din menunjuk kelompok pimpinan Samir Geagea yang menjadi dalang dan menyatakan, “Hizbullah tidak menginginkan tangannya kotor dengan perang saudara. Kelompok ini adalah pelakunya dan mereka tumbuh dengan insiden berdarah. Al-Quwwat al-Lubnaniya menjawab positif segepok uang AS.”

“Yang kami saksikan kemarin adalah satu bagian dari keputusan yang dikoordinasikan oleh Kedubes AS di Lebanon dan sebagian dunia Arab menjamin keuangannya,” tambahnya.

“Kami tidak akan terseret dalam perang agama maupun perang saudara, akan tetapi kami tidak bisa mengizinkan darah Shuhada terus bercucuran,” tegas Ketua Dewan Eksekutif Hizbullah.

lebanon

Dari Kasus Sabra dan Shatila Hingga Pengadilan Lebanon

Nama Samir Geagea tidaklah asing di telinga bangsa Lebanon. Mereka mengenalnya dengan partai Kristen Phalanges dalam perang saudara 20 tahun Beirut (1975-1995). Samir Geagea tumbuh subur sejak menjadi anggota kelompok bersenjata partai Phalanges yaitu al-Quwwat al-Lubnaniya itu sendiri. Sejak perang, dirinya telah memegang kuasa konflik semenjak perang dalam negeri Beirut.

Samir Geagea dan partai Phalanges dikenal bangsa Lebanon dengan kejahatannya selama perang dan kerjasamanya dengan rezim pembantai anak-anak al-Quds di periode pendudukan Lebanon.

  • Kasus Ain al-Remmaneh. Penembakan ke bus gerakan Pembebasan Palestina pada tanggal 13 April 1975 dengan jumlah korban tewas mencapai 27 orang
  • Serangan ke kota Ehden, 13 Juli 1978, dengan pembantaian 33 sipil
  • Kasus Sabra dan Shatila. Serangan ke pemukiman Sabra dan Shatila, membunuh para imigran Palestina di bawah perintah rezim Zionis dari tanggal 16-18 September 1982. Mereka membantai 700 hingga 3500 laki-laki dan perempuan, tua dan anak-anak. Ariel Sharon, sebagai Menteri Perang Israel kala itu yang mengeluarkan perintah pembantaian ini.
  • Menculik Diplomat Republik Islami Iran. Pengakuan penculikan keluar dari lisan Samir Geagea sendiri dalam wawancara dengan surat kabar Lebanon, As-Safir, bahwa unsur Phalanges menangkap beberapa orang pada 4 Juli 1982. Dalam pengakuannya, Samir Geagea menjelaskan bahwa beberapa elemen phalanges meneror diplomat-diplomat Iran di pantai Lebanon. Akan tetapi pengakuan ini belum direspon pemerintah Iran maupun Lebanon.

Satu tahun lalu, Samir Geagea diadili atas kejahatannya di perang saudara pada tahun 1994. Meskipun Samir lepas dari hukuman kasus pemboman Sinagoge, akan tetapi dirinya dijerat hukuman mati terkait kasus teror Rashid Karami, PM Lebanon, Dany Chamoun, Ketua partai al-Wataniyun al-Ahrar, Tony Frangieh, Putra Presiden Suleiman Frangieh, bersama keluarga di kasus Ehden.

Akan tetapi eksekusi mati ini dirubah menjadi hukuman penjara seumur hidup oleh Presiden Lebanon periode itu, Ilyas al-Harawi.

Di tengah kasus besar ini dan militer Suriah keluar dari Lebanon tahun 2005, Parlemen Lebanon, yang anti Suriah kala itu, membebaskan Samir Geagea dan memulangkannya ke kancah politik. Bahkan menjadi kandidat Presiden pada Pemilu tahun 2014.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *