HomeAnalisaSiapa yang Bakal Isi Kursi Kosong Saudi di Lebanon?

Siapa yang Bakal Isi Kursi Kosong Saudi di Lebanon?

Purna Warta – Setelah krisis politik Arab Saudi versus Lebanon dengan target memusnahkan Hizbullah terungkap, pertanyaan tentang suksesor Riyadh di Beirut mulai mengusik.

Al-Ahed mengupas krisis politik Saudi-Lebanon dengan pertanyaan mengenai suksesor dan pengganti Riyadh dan menulis, “Untuk menjawab soal ini dan menelusuri apa yang sebenarnya terjadi di Timur Tengah, maka harus fokus pada pertarungan segitiga Teluk Persia antara Qatar, Saudi dan Emirat. Setiap satu dari tiga rezim ini keluar dari satu negara, maka yang lain akan berupaya menduduki kursi kosong yang ditinggalkan di kedaulatan tersebut. Lebanon tidak terkecualikan dari hal ini.”

Baca Juga : Emirat; Pasar Produk Made In Zionis, Termasuk Alkohol

“Setelah Saudi lepas dan politiknya pisah dari Lebanon, maka Emirat dan Qatar akan saling bertarung mendapatkan tempat kosong yang ditinggal di Lebanon,” tegas al-Ahed.

Untuk membaca Emirat atau UEA pimpinan MBZ ini, analis al-Ahed mengisyaratkan 3 gerak Abu Dhabi yang terbaru:

Pertama: Kunjungan Mohammed bin Zayed, Putra Mahkota Emirat, ke Turki, yang notabene musuh bebuyutan. Kedua belah pihak menyepakati 12 pasal resolusi, bahkan Emirat membangun satu kotak investasi senilai 10 miliar dolar. Investasi ini telah mengentas Lira menghadapi dolar.

Kedua: Kunjungan delegasi Emirat ke Iran dan deklarasi lembaran baru hubungan diplomatik kedua negara. Ini adalah siasat dan kebijakan yang bertolak belakang dengan siasat Riyadh versus Tehran.

Baca Juga : Ekstrimisme Israel ke Iran Ancam Kemesraannya dengan AS

Ketiga: Kunjungan Abdullah bin Zayed, Menlu Emirat, ke Suriah yang memiliki beberapa pesan:

1. Pengakuan akan kemenangan Suriah setelah kegagalan negara Teluk Persia dalam upaya menggulingkan pemerintahan Bashar Assad. Ini adalah dampak dari kekalahan proyek Teluk Persia.

2. Upaya menghidupkan kerja sama Suriah dengan dunia Arab. Dan sebagai hasilnya, membangun pondasi kepulangan Suriah ke Liga Arab.

3. Hasrat Emirat untuk mendapatkan kepentingan melalui proyek yang akan segera diumumkan, di mana konstruksi menjadi salah satu fokusnya.

“Melalui Duta Besarnya, Hamad al-Shamsi, dan seorang bisnisman kondangnya, Khalaf al-Habtoor (yang secara transparan mendukung Lebanon utara dan mendukung finansial revolusi 17 Oktober), Emirat telah hadir di Lebanon,” tulis al-Ahed menganalisa.

Berdasarkan hal ini, bisa disimpulkan bahwa Emirat sangat menginginkan Lebanon dan bukan hal aneh, jika Abu Dhabi menyuntikkan investasi besar demi membantu, sebagaimana yang dilakukan di Turki.

Baca Juga : Israel Hayom: Aliansi Anti-Iran Sudah Bubar

“Emirat menyadari jalannya untuk rekonstruksi Suriah harus melewati Lebanon. Oleh karena itulah, Abu Dhabi akan berusaha keras membangun relasi dengan Beirut. Sekalipun upaya ini akan bertolak belakang dengan siasat Saudi, yang kalah di tiga medan; Turki, Iran dan Suriah,” hemat al-Ahed.

Dari sisi lain, Qatar juga mencoba menduduki kursi kosong Saudi di Lebanon. Doha tidak melepas sama sekali medan Beirut, karena Qatar adalah satu-satunya negara Arab Teluk Persia yang mendukung penuh pemerintahan Hassan Diab, menyambut hangat Menteri Luar Negerinya dan membantu Beirut pasca ledakan pelabuhan ibukota. Bahkan bersedia membantu militer bersenjata Lebanon dengan bertahap.

Menurut laporan al-Ahed, Qatar hadir di tengah upaya revolusi 17 Oktober di daerah utara Lebanon.

Qatar juga berusaha menjadi pihak penengah setelah krisis Saudi mencuat dengan Lebanon. Karena adalah program chanel tv Qatar, al-Jazeera, yang meliput pertama kali pernyataan Saudi saat mengatakan masalah ada di akar. Akan tetapi setelah terkuak masalah utama Saudi, yaitu permusuhannya dengan gerakan Muqawamah Lebanon yaitu Hizbullah, Qatar menarik mundur. Mundur dari niatan untuk menjadi mediator, tapi mungkin Doha akan bersedia menjadi mediator saat Saudi meminta. Tapi hal ini sangat tidak mungkin.

Baca Juga : Upaya Oman Rebut Tahta Pusat Transportasi Dubai

Dari sisi lain, Qatar juga membantu Lebanon secara tidak langsung via Turki. Hal ini dilakukan agar tidak membuat Istana Riyadh panas marah.

Qatar, menurut analisa al-Ahed, bermaksud membangun jalan tol ekonomi untuk pasar luar negeri Lebanon melalui Turki. Dan tidak jauh kemungkinan, Doha juga akan membantu investasi di Bank Pusat Beirut, sebagaimana yang mereka lakukan kepada Ankara senilai 30 miliar dolar.

“Qatar akan menggunakan kesempatan kunjungan Presiden Michel Aoun ke Doha pada hari-hari mendatang demi mendekatkan Lebanon dengan Arab Teluk Persia,” tulis al-Ahed.

Analis al-Ahed memprediksikan bahwa di bawah perubahan situasi ini, pertarungan Qatar-Emirat di medan Lebanon akan semakin meningkat demi menduduki kursi kosong Arab Saudi. Pertarungan ini akan terlihat jelas di medan utara Lebanon.

Baca Juga : Drone Tempur Siap Menjadi Persenjataan Utama Militer Global

Must Read

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here