oleh: Ismail Amin
Terlahir dengan nama Masoumeh Alinejad Ghomikolayi 46 tahun lalu, dia mengganti namanya dengan Masih Ali Nejad. Menggunakan nama Masih yang artinya adalah Messiah yang menurutnya mungkin lebih familiar dan lebih diterima masyarakat Barat. Dia dikenal sebagai jurnalis dan aktivis perempuan berkebangsaan Iran.
Memulai karir jurnalismenya melalui media-media lokal Iran dari tahun 2001, Alinejad sudah menunjukkan kekritisan dan penentangannya pada pemerintahan Islam di Iran. Ia menyumbang tulisan untuk harian lokal Hambastegi, dan kemudian untuk Kantor Berita Buruh Iran (ILNA). Media cetak lain seperti Shargh, Bahar, Vaghaye Ettefaghiye, Ham-Mihan, dan Etemad, juga menerbitkan tulisan-tulisannya.
Alinejad makin dikenal publik Iran ketika menjadi reporter parlemen dan meraih penghargaan pertamanya di bidang jurnalistik pada tahun 2005 sebagai jurnalis pendatang terbaru paling produktif dari the Mehdi Semsar Foundation. Dengan nama yang makin populer, dia makin keranjingan menulis artikel dan kerap menyoroti kinerja parlemen Iran. Tidak sedikit artikel-artikel yang ditulisnya memicu kontroversi, sebab lebih didorong oleh sikap tendensius dan lebih berbau fitnah yang akhirnya berujung pada pemecatannya oleh parlemen. Tahun 2008 Masih Ali Nejad menulis artikel di Etemad, berjudul “Song of the Dolphins”, di mana dia membandingkan pengikut Mahmoud Ahmadinejad dengan lumba-lumba lapar yang mengeluarkan suara dan melakukan tindakan menghibur untuk mendapat sepotong makanan dari pelatih mereka. Artikel itu memicu kemarahan jutaan pendukung Presiden Ahmadinejad dan menuntut direktur koran Etemad, Mahdi Karoubi -seorang tokoh oposan Ahmadinejad- untuk meminta maaf secara terbuka.
Merasa sudah tidak lagi diterima publik Iran dan tidak ada lagi media lokal Iran yang bersedia memuat tulisannya, Alinejad meninggalkan Iran tahun 2009, dan memilih tinggal di Amerika Serikat. Di kediamannya di Newyork, ia diketahui bekerja sebagai presenter/produser di VOA Persian Service, koresponden Radio Farda, kontributor tetap untuk televisi Manoto, dan editor kontributor untuk IranWire. Media-media berbahasa Persia yang berbasis di luar negeri tersebut adalah media-media yang sepenuhnya anti Republik Islam Iran.
Kritikan-kritikan yang dilancarkannya kepada Iran terutama terkait isu pelanggaran HAM, khususnya hak-hak perempuan membuatnya mendapat pujian dan beberapa penghargaan, termasuk penghargaan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi KTT Jenewa 2015 dan Penghargaan AIB Media Excellence Award. Penghargaan terakhir yang didapatnya adalah Penghargaan Keberanian Moral dari Komite Yahudi Amerika karena berbicara tanpa rasa takut untuk mendukung rakyat Iran yang ditindas oleh pemerintah Iran pada tahun 2022.
Sejak tujuh tahun terakhir, dengan penghasilan lebih dari setengah juta dolar, jumlah yang sangat banyak untuk karir di jurnalisme, Masih Alinejad dipercaya bukan sekedar berprofesi sebagai jurnalis biasa namun telah menjadi aset CIA yang bekerja untuk pemerintah AS. Dia bahkan secara terbuka menyatakan diri sedang memimpin apa yang dia sebut “Revolusi di Iran”.
Oleh pemerintah Iran, Masih Alinejad disebut sebagai tokoh sentral pemicu aksi kerusuhan yang terjadi beberapa bulan terakhir di sejumlah kota besar di Iran yang memanfaatkan insiden kematian Mahsa Amini. Tanpa ada satupun bukti, ciutan Alinejad di Twitter menuduh polisi Iran telah melakukan kekerasan terhadap Mahsa Amini yang menyebabkan kematiannya. Ciutan provokatif tersebut telah menyulut kemarahan massa, tidak hanya publik Iran namun juga masyarakat internasional. Narasi palsu itu kemudian disebarkan secara massif oleh media-media internasional anti Iran.
Di Twitter, Masih Ali Nejad memiliki lebih dari setengah juta follower, dan lebih dari 8 juta di Instagram. Di kedua akun media sosial yang dikekolanya secara mandiri tersebut dia menggambarkan dirinya di profilnya hanya sebagai jurnalis dan aktivis Iran. Nyatanya, Alinejad bekerja langsung untuk operasi propaganda pemerintah AS yang disebut Voice of America. Dan juga bukan lagi warga negara Iran karena kewarganegaraan Irannya telah dicabut oleh pemerintah Iran yang dikarenakan aktivitasnya menyebarkan kebencian pada sistem pemerintahan Islam Iran, ia telah ditetapkan sebagai musuh negara.
Di VOA dia telah mempresentasikan program selama tujuh tahun terakhir di layanan VOA Persia, dan, menurut catatan publik, program-programnya yang menyudutkan Iran tidak berbasis data valid. Selain peran tersebut, Alinejad adalah penggagas kampanye My Stealthy Freedom, yang mendorong perempuan Iran untuk melepas jilbab di ruang publik. Melalui kampanyenya tersebut, Alinejad menggambarkan aturan berjilbab adalah simbol penindasan yang paling terlihat.
Tapi Alinejad tidak terpusat hanya pada reformasi Iran atau sekedar tuntutan kebebasan untuk perempuan Iran tidak berjilbab, tetapi dia juga secara provokatif mempromosikan perubahan rezim. Dia menyerukan “Kematian bagi Diktator”. Ketika dia muncul di CNN baru-baru ini, pernyataannya bukan tentang masa depan, tetapi tentang menekan AS untuk tidak membuat kesepakatan nuklir dengan Iran, dan malah mendorong AS untuk meningkatkan sanksi.
Pandangan Alinejad menunjukkan keselarasan dengan posisi ekstremis Zionis setelah hubungannya dengan kelompok lobi utama Zionis di AS semakin terkuak. Pada bulan Juni tahun lalu dia menerima apa yang disebut Penghargaan Keberanian Moral dari Komite Yahudi Amerika ekstremis, sebuah organisasi Zionis dengan catatan panjang kolaborasi dengan intelijen Israel.
Alinejad juga dibayar untuk berbicara pada konferensi “Bersatu Melawan Nuklir Iran” pada bulan September tahun 2022 lalu. UANI adalah kelompok garis keras yang berbasis di AS, yang memiliki mantan direktur Mossad di dewan penasehatnya.
Data pemerintah AS secara terbuka melaporkan bahwa sejak 2014, hingga hari ini, Alinejad telah memperoleh sekitar $628.000 dari Badan Media Global AS. Badan Media Global AS adalah lengan pergantian rezim yang paling signifikan untuk kekuasaan eksekutif AS dan didanai langsung oleh Kongres AS.
Mona Issa, jurnalis Lebanon yang bekerja untuk Almayadeen TV mengkritisi Masih Alinejad dengan mempertanyakan, “Jika yang dilakukan Masih Alinejad adalah jurnalisme bersih, mengapa dia dilindungi oleh FBI?. Dia melakukan lebih dari itu, banyak dari pekerjaannya di media sosial tidak hanya tentang perubahan rezim, tetapi juga memberikan citra positif kepada para penjahat perang. Dia kerap memberikan gambaran positif kepada orang-orang seperti Madeleine Albright dan Mike Pompeo, yang, sejujurnya, untuk perang yang mereka lakukan, dan untuk agresi yang mereka lancarkan, mereka harus diadili di Den Haag. Jadi dia sangat, sangat dekat dengan Washington dan dia melakukan pekerjaan kotor mereka.”
Masih Alinejad hanyalah salah satu dari banyak kendaraan bagi AS dan Israel untuk merusak Republik Islam Iran, paling tidak karena dukungan Iran yang gigih terhadap Gerakan Pembebasan Palestina dan Poros Perlawanan secara lebih luas. Lebih dari itu, Masih Alinejad yang kerap digambarkan oleh media sebagai tokoh pembela HAM dengan sejumlah penghargaan HAM yang didapatnya digunakan untuk memutihkan wajah-wajah kotor para penjahat perang yang telah berlumuran darah manusia-manusia tidak berdosa.