Setahun Pasca Perang 12 Hari Gaza, Runtuhnya Perhitungan Israel

israel

Purna Warta – Setahun setelah perang 12 hari Gaza bisa diyakinkan bahwa perhitungan ganas dan balance kekuatan di perbatasan Gaza sudah tertancap paten.

Al-Mayadeen melansir analisa seorang pengamat berdarah Palestina yang mengupas tuntas efek perang 12 hari Gaza pasca satu tahun berlalu, baik di bidang militer maupun sosial Zionis, di mana menurutnya, efek tersebut masih memihak Palestina.

Baca Juga : China-Iran Tingkatkan Kerja Sama Militer, Global Times: Gegara Intervensi AS

“Beberapa pakar Israel menyebut larangan upacara Talmud dan penyembelihan kurban yang dituntut Yahudi Zionis ekstrim dan larangan demonstrasi bendera (10 juni 2021) di sekitar Bab al-Amoud di Masjid al-Aqsa lebih disebabkan oleh ketakutan konflik bersenjata versus Gaza jilid II. Mereka menjelaskan bahwa masalah ini merupakan satu kemenangan Muqawamah Palestina, mereka mampu menghubungkan Palestina satu sama lainnya tanpa menembakkan rudal,” tulis al-Mayadeen.

Bezalel Smotrich, Ketua partai Zionis Religius, terkait hal ini menyatakan, “Menutup jalan demonstrasi bendera di kota Yerusalem sama seperti menyerah menghadapi Muqawamah Hamas, tunduk akan ancaman mereka dan (mengakui) kelemahan semua penyelidik polisi Israel dalam upaya menjaga keamanan demo. Fenomena ini telah menjadikan Yahya al-Sinwar sebagai Pemimpin al-Quds.”

Yair Levy, jurnalis Israel, juga mengakui, “Beit al-Muqaddas, selain tembok ratapan yang kosong pengibadah, juga menunjukkan kemenangan pasti Hamas dan Jihad Islami dalam perang versus Israel.”

Baca Juga : 4 Ancaman Hidup Rezim Zionis; dari Komposisi Demografi Hingga Cyber Attack

Galberger, seorang analis di tv Kan 11, menyatakan, “Setelah perang Gaza, Hamas sukses membangun satu perhitungan baru dan dampaknya adalah larangan demonstrasi bendera masuk ke bagian kuno Beit al-Muqaddas.”

Kemudian al-Mayadeen menambahkan bahwa pemikiran umum media Zionis ini didasarkan pada perlawanan Palestina di perang 12 hari Gaza kemarin yang melahirkan segala bentuk larangan aktifitas Zionis di Beit al-Muqaddas. Bukti penguat lainnya adalah Muqawamah Palestina berdiri tegap di baris terdepan medan perang versus Zionis di tengah perhatian dunia Arab yang terus tergerus berkurang dalam membela Masjid al-Aqsa. Muqawamah berhasil menjadikan diri sebagai penjaga sebenarnya tempat-tempat sakral nan suci al-Quds.

Sebelumnya, mayoritas pihak di Israel meyakini bahwa dengan ditandatanganinya rancangan arogan, mereka mampu membangun tempat ibadah baru sambil merusak Masjid al-Aqsa lalu menyempurnakan Yahudisasi. Akan tetapi rencana Israel ini lantak dalam waktu singkat karena manuver Muqawamah Palestina dalam perang 12 hari Gaza atau Pedang al-Quds. Palestina mampu mendiktekan situasinya ke rezim Zionis dan hasilnya terus menguntungkan bangsa al-Quds.

Baca Juga : China Lebih Pilih Jalan Melawan Versus Sanksi

“Meskipun skenario perang Naftali Bennett, PM Israel dan pemerintahannya bisa menjadi opsi penyelamat, tapi itu sebenarnya pedang dua mata tajam. Bennett terlempar dalam dua ujian versus Muqawamah. Dia tak lagi menemukan keberanian untuk mengizinkan kelompok ekstrimis menyelenggarakan upacara penyembelihan kurban di Masjid al-Aqsa. Militer dikerahkan untuk menghadang demonstrasi rakyat sendiri dan melarang mereka untuk masuk Bab al-Amoud,” hemat al-Mayadeen.

Sharhbil al-Gharib, analis al-Mayadeen, menjelaskan bahwa Muqawamah Palestina di peringatan tahun pertama perang 12 hari Gaza sekali lagi sukses mendiktekan perhitungan Gaza-Beit al-Muqaddas, yaitu perang Pedang al-Quds terus bergulir melawan rezim Zionis. Kegigihan bangsa Beit al-Muqaddas dan dukungan Palestina Pendudukan 1948 untuk Gaza dan al-Quds merupakan unsur utama dalam pembentukan revolusi universal Palestina.

“Hal ini terjadi di tengah upaya rezim Israel memporak-porandakan sosial Palestina. Ini merupakan hal yang sangat menakutkan Israel lebih dari apapun. Tel Aviv takut ledakan situasi di al-Quds Pendudukan, Masjid al-Aqsa beserta semua titik wilayah Palestina Pendudukan, termasuk Tepi Barat dan daerah Pendudukan 1948 lainnya,” tegas sang analis.

Baca Juga : 5 Pertemuan Berlalu, The Jerusalem Post: Israel Khawatirkan Perundingan Iran-Saudi

Al-Mayadeen menekankan, “Kekuatan pencegah yang sudah terbangun pasca perang 12 hari Gaza, terus menakut-nakuti Kabinet Bennett. Itu adalah hadiah kemenangan kontinue Muqawamah untuk bangsa Palestina. Selain ketenangan di Gaza, Beit al-Muqaddas dan Tepi Barat, hal ini juga menjadi bukti dikte perhitungan Gaza dan al-Quds. Terus menakuti Zionis akan letupan perang Gaza jilid II.”

Muqawamah dan bangsa Palestina sukes menghancurkan skenario serta impian rezim Zionis untuk merubah Beit al-Muqaddas sebagai ibukota Israel. Bahkan sekarang rezim pembantai anak-anak ini tak lagi mampu meredam revolusi Palestina dan menyelesaikan urusan al-Quds serta Gaza di satu waktu.

“Secara keseluruhan, peta medan Palestina menyatakan bahwa rezim Zionis detik ini tidak akan mampu bergerak, sudah lemah dan mereka takut memikul efek-efek perang apapun. Di tengah krisis dan kebuntutan, Israel menghadapi was-was dan perpecahan politik,” akhir al-Mayadeen.

Baca Juga : Skenario Sanaa Melawan Makar Gencatan Senjata Saudi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *