Purna Warta – Conscience, kapal Koalisi Freedom Flotilla, yang membawa relawan dan bantuan yang ditujukan untuk Jalur Gaza yang terkepung, masih terdampar di laut selama empat hari berturut-turut. Kapal sipil tak bersenjata itu diserang oleh pesawat tanpa awak di perairan internasional, 14 mil laut dari Malta, pada Jumat pagi. Kapal itu mengalami kerusakan parah di bagian depannya; termasuk kehilangan daya, dan empat orang di dalamnya terluka karena luka dan luka bakar.
Koalisi Freedom Flotilla menyalahkan Israel atas serangan itu, menyerukan agar duta besar Israel dipanggil atas apa yang digambarkannya sebagai pelanggaran hukum internasional yang jelas. “Sekarang kita telah melihat bahwa Israel bahkan berani menyerang di jantung Laut Mediterania, dekat dengan banyak negara Eropa, dan bahkan pada tahap ini, apa yang kita lihat, reaksi terhadap hal ini adalah diam.” Ungkap Andre Callus, seorang ktivis Gerakan Grafiti
Pada hari Senin, anggota Freedom Flotilla Coalition mengatakan kelompok tersebut sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah Malta tentang mengizinkan kapal memasuki perairan Malta untuk memperbaiki kerusakan dan melanjutkan perjalanannya menuju Gaza. Namun, Perdana Menteri Malta Robert Abella mengatakan bahwa kecuali pemerintahnya diizinkan untuk memeriksa kapal tersebut, mereka tidak akan mengizinkannya berada di perairan dan pelabuhan Malta.
“Begitu kami memastikan fakta bahwa kapal tersebut memang membawa bantuan kemanusiaan untuk Gaza, kami akan mengurus perbaikannya. Kami harus memegang kendali, terutama saat kapal tersebut tidak memiliki bendera, tidak memiliki asuransi, dan kami tidak tahu apa yang ada di dalamnya.” Tegas Robert Abela.
“Secara historis, Malta memiliki pendirian yang menjunjung tinggi hak orang Palestina, maksud saya, untuk tinggal di tanah itu dan juga untuk memiliki negara mereka sendiri. Akan tetapi, dalam menghadapi genosida, pendirian itu dianggap sangat lemah, karena tidak menyebut genosida dengan namanya, dan tidak mengadvokasi apa yang perlu diadvokasi pada tahap ini, yaitu sanksi terhadap Israel.” Ungka pAndre Callus kembali. gan armada Gaza
Beberapa jam sebelum serangan pesawat tak berawak hari Jumat, kapal Conscience, yang terdaftar dengan bendera Republik Palau, dicabut benderanya, sebuah tindakan yang, menurut beberapa aktivis, menunjukkan bahwa tindakan itu merupakan serangan yang direncanakan oleh aktor-aktor yang kuat.
Beberapa anggota Koalisi Armada Kebebasan juga mengatakan bahwa fakta bahwa sejauh ini tidak ada pemerintah Barat yang bereaksi terhadap serangan pesawat tak berawak hari Jumat terhadap kapal kemanusiaan itu menunjukkan impunitas Israel dan keterlibatan Barat dalam kampanye genosida Israel di Jalur Gaza.