Beirut, Purna Warta – Sekretaris Jenderal Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah menyebut Presiden Joe Biden yang sepuh sebagai gambaran AS yang telah tua renta dan menyatakan bahwa Amerika telah memasuki perang besar versus Rusia dengan pelantara rakyat dan pemerintah Ukraina.
Baca Juga : Intelijen Bongkar Jaringan Teroris di Barat Laut Iran
Rabu, 13/7, malam Sayid Hasan Nasrullah melakukan orasi dan membahas perkembangan situasi politik terbaru. Seperti khotib-khotib lainnya, Sekjen Hizbullah membuka orasinya dengan bacaan Basmalah dan mengucapkan selamat Hari Raya Qurban kepada Muslimin.
“Pasca peristiwa 11 September, AS memanipulasinya untuk menjajah Afganistan dan Irak. Langkah keduanya adalah menghabisi Muqawamah Islam di Palestina-Lebanon dan mengasingkan Iran demi menjadikan Israel Tuan di Timur Tengah. Keteguhan Muqawamah dan Lebanon ditambah kemenangan perang 33 hari, menjadikan proyek AS di Timteng ini menelan pukulan telak. Proyek ini tidak ada akhirnya, setelah periode itu, Barack Obama membuka rekening Musim Semi Arab dan program ini juga gagal,” sindir Sayid Hasan Nasrullah.
Joe Biden yang Tua Gambaran AS yang Renta
Di bagian lain orasinya, selain mengucapkan bela sungkawa kepada Pemimpin Ansarullah atas meninggalnya Allamah Abd al-Salam, Sekjen Muqawamah Lebanon juga mengupas kunjungan Presiden AS.
Baca Juga : Iran Tegaskan Setiap Tindakan Bodoh Israel akan Mendapat Balasan
“Tentang kunjungan Joe Biden ke Kawasan, ada banyak analisa dan prediksi yang dilansir media. Di mana mayoritasnya, membahas NATO Arab atau NATO Timur Tengah. Hari ini, Presiden AS telah landing di Israel dan dalam beberapa hari ke depan, akan jelas apakah NATO Arab memang akan dibangun atau tidak,” jelasnya.
“Amerika sekarang berbeda dengan Amerika tahun 2003 dan 2006, karena Presiden tua AS menggambarkan Amerika yang memasuki usia renta dan sepuh. Partisipasi negara ini di banyak negara sudah pudar, tak lagi kental dan AS sendiri menghadapi inflasi besar ekonomi, situasi sosial dan keamanannya juga tidak begitu baik. Presiden Amerika datang ke Timteng untuk meyakinkan negara-negara Teluk Persia memproduksi minyak dan gas lebih besar,” tambahnya.
Perang Proxy AS Versus Rusia
Sekjen Hizbullah melanjutkan, “AS sekarang telah memasuki perang besar dengan Rusia. Kedaulatan ini tidak perang dengan Rusia secara langsung, tetapi perang dengan pelantara bangsa dan negara Ukraina. Salah satu komponen perang ini adalah sanksi minyak dan gas Rusia oleh Eropa. AS bertanggungjawab menyuplai energi pengganti untuk Benua Biru. Waktu sangatlah sempit, karena musim dingin akan datang dan mereka butuh menyimpan energi di musim panas.”
Baca Juga : Presiden Srilangka Melarikan Diri, Pengunjuk Rasa Marah Serbu Kantor PM
“Biden datang ke Kawasan untuk melihat seberapa besar produksi energi yang bisa dilakukan negara-negara Teluk Persia untuk Eropa. Semenjak Biden menduduki kursi Gedung Putih, dia menegaskan bahwa dirinya merupakan orang Zionis. Katanya bukan sebuah kelaziman untuk menjadi Zionis, Anda harus Yahudi. Yang dikatakannya tentang dua pemerintahan sedari mendarat di Palestina Pendudukan, tidak lebih dari basa-basi,” tegasnya.
Sayid Hasan Nasrullah menambahkan, “Joe Biden mengatakan bahwa AS berperan dalam gencatan senjata perang Yaman. Namun aslinya, Amerika sendirilah yang mengoperasikan aksi pendudukan di Yaman. Arab Saudi juga hanyalah alat. Kami masih ingat sanksi Qatar, di mana Amerika mampu membongkar kurungan hanya dalam semalam. Biden bisa menghentikan perang Yaman dalam sekejab dan menghancurkan blokade.”
Peringatan Perang Versus Rezim Zionis
“Pasca pernyataan kami tentang perbatasan maritim Lebanon, para Menteri musuh mengancam dan mengeluarkan banyak pernyataan, salah satunya Menteri Perang mereka, Gantz yang menyatakan bahwa dirinya akan mendatangi Beirut. Dia sadar bahwa dia sedang membohongi warga Israel dan membohongi dirinya sendiri. Gantz tidak akan berani mengambil beberapa langkah di Gaza yang diblokade. Jika banyak hal dari 20 atau 30 tahun lalu dianalisa, kami sampaikan nasihat kepadanya untuk mengingat perang 33 hari, khususnya ketika mereka berupaya memasuki wilayah Bint Jbeil. Kala itu, mereka membuka jembatan untuk para pejuang agar meninggalkan kota, namun fakta yang terjadi adalah kebalikannya. Demi mempertahankan kota, para pejuang beroperasi,” jelasnya.
Baca Juga : Sana’a Kritik Ketidakpatuhan Koalisi Agresor terhadap Gencatan Senjata
“Salah satu pelajaran dari perang 33 hari yang harus diambil adalah sambutan warga Selatan atas Muqawamah, dukungan kepada Muqawamah dan fasilitas mereka lebih dari zaman sebelumnya. Jiwa resistensi ada, warga dan wilayah bersama dengan Muqawamah. Dan Allah swt. juga bersama Muqawamah sejak awal hingga akhir,” tambahnya.
Muqawamah Demi Hak Lebanon
“Tidak ada yang meragukan bahwa minyak dan gas merupakan jalan keluar Lebanon dari krisis, karena negara sedang bergerak ke situasi yang sangat sulit. Uang bank dunia tidak menyelesaikan, itu hanya berupa hutang. Jalan keluarnya adalah ratusan miliar dolar yang ada di tangan kita. Lebanon bisa mencegah eksploitasi minyak dan gas di daerah-daerah Palestina Pendudukan, bahkan mampu mencegah pengirimannya ke Eropa. Mereka buru-buru. Hanya ada waktu dua bulan tersisa, karena para petinggi kolonial sedang membicarakan penyulingan minyak di bulan September. Jika Kami tidak memetakan garis perbatasan secepat mungkin, masalah akan kompleks dan akan memakan biaya besar.”
Selain itu, Sayid Hasan Nasrullah juga mengupas masalah listrik Lebanon.
“Beirut butuh pada proyek listrik, akan tetapi AS tidak mengecualikan kalian dari sanksi Caesar untuk memanfaatkan gas Mesir. Sudah lewat kira-kira satu tahun dari janji AS. Demi siapa mereka akan memberikan poin lebih kepada kalian dalam pemetaan perbatasan dan penyulingan minyak?,” tanyanya.
Minyak dan Gas Titik Lemah Musuh
“Musuh memiliki titik lemah dan titik lemah ini adalah kebutuhan mereka pada minyak dan gas dari pihak Israel. Titik kuat Lebanon adalah Muqawamah yang mampu mencegah dan memandulkan efek masalah ini. Lebanon jika masuk perundingan, butuh pada piramida tekanan khasnya. Muqawamah satu-satunya titik kuat negara ini. Kepada Muqawamah Lebanon saya katakan bahwa kalian manfaatkan Muqawamah yang merupakan satu-satunya titik kuat kalian ini. Ketika Anda duduk dengan AS di meja bundar, katakan kepada mereka bahwa bangsa ini tidak bergurau dan mereka tidak bisa dikontrol, jadi berikan hak bangsa Lebanon ini,” tambahnya.
Pesan Drone kepada Musuh
“Tentang pesawat tanpa awak sebagian mengatakan bahwa ini diluar kesepakatan. Kesepakatan mana? Kami tidak menyepakati satupun hal dengan pihak lain dan kami juga tidak akan menjanjikan sesuatu kepada orang lain. Yang menjanjikan sesuatu kepada Amerika, tidak ada kaitannya dengan Muqawamah. Sebenarnya, dia menipu AS dan dirinya sendiri. Sebagian juga menanyakan bagaimana Muqawamah mengirim drone dan menyatakan bahwa di belakang negara? Dalam pemetaan perbatasan, kami mendukung pemerintah. Namun ini bukan berartikan bahwa kami berteman atau memusuhi seseorang. Terkait supresi kepada musuh, kami tidak bersama pemerintah dan kami tidak menjanjikan sesuatupun. Kami mengirim drone dari beberapa sisi, karena kami ingin agar pesawat-pesawat militer menembakkan rudal dan kapal-kapal perang bergerak sehingga semua yang di wilayah tersebut sadar bahwa wilayah ini tidak aman. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Israel, Muqawamah mengoperasikan 3 drone dalam satuan itu menuju ke satu target,” tegasnya.
Baca Juga : Rusia: AS dan Sekutu di Ambang Konfrontasi Militer Dengan Moskow
“Kami memiliki kemampuan untuk mengirim beberapa drone dari berbagai sisi dalam kuantitas besar. Pesan drone adalah keseriusan kami dan drone ini merupakan masalah urgen. Kami telah memilih satu di antara banyak opsi lazim. Pesan ini sampai pada musuh. Buktinya, selain dari hubungan dengan Lebanon dan Kami, adalah reaksi lapangan musuh. Dari segi kekuatan, kami memiliki kemampuan darat, laut dan udara yang banyak. Semua opsi ada di atas meja, dan setiap opsi untuk mengentas masalah kami, akan kami operasikan di waktu yang tepat dan ukuran yang pas. Lebanon bertumpu pada satu kekuatan pertahanan dan harus memanfaatkannya. Kami jangan hanya puas dengan penegasan internasional tentang perbatasan, tetapi kami harus mengambil kesepakatan dengan perusahaan-perusahaan penyulingan untuk tidak kembali, sehingga ada jaminan praktis untuk Lebanon,” tambahnya.
“Kepada sekutu dan musuh kami katakan bahwa di sini kami tidak sedang mengoperasikan perang psikologis. Dalam pandangan kami, ini adalah satu-satunya jalan penyelamat negara kami. Sebagian berupaya merusak negara ini, mereka ingin warga berdiri mengantri dan tewas dalam kelaparan. Perang dalam negeri merupakan satu peristiwa yang ditargetkan musuh,” terangnya.
Di akhir, Sekjen Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah menegaskan, “Kepada musuh kami katakan bahwa jangan berlebihan. Kepada Amerika kami katakan bahwa jangan tipu rakyat Lebanon. Pesan drone telah sampai. Catat perhitungan ini: Karish dan Karish dan Karish. Kami mengawasi semua medan dan sumur-sumur minyak di sepanjang perbatasan Palestina. Jika kalian berupaya melakukan ini, yaitu mengharamkan Lebanon dari haknya, (maka) tidak akan ada satupun pihak yang bisa menyuling minyak.”