Purna Warta – Greenland adalah sebuah pulau besar yang berada di Samudra Arktik atau kutub utara yang dihuni oleh Suku Inuit. Greenland juga merupakan pulau terbesar di dunia dengan luas 2.166.000 km persegi, kendati demikian hanya dihuni sekitar 56 ribu penduduk. Greenland secara teritorial bukanlah sebuah negara melainkan salah satu wilayah otonom kerajaan Denmark dengan kota Nuuk sebagai ibukotanya.
Suku Inuit yang menghuni pulau terbesar di dunia ini datang dengan menyebrang dari Amerika Utara dengan menjadikan pulau-pulau yang berada di Kanada sebagai batu loncatan yang kemudian perlahan-lahan melalui berbagai tahapan migrasi mencapai pulau tersebut sekitar 2500 tahun SM. Migrasi yang bertahap menimbulkan diversitas Suku Inuit yang akhirnya menetap disana.
Pada tahun 982 Erik The Red dari Norwegia diusir dari Islandia karena kejahatan dan tinggal di pulau itu. ia kembali pada tahun 985 dan menceritakan keunggulan-keunggulan pulau tersebut yang kemudian ia beri nama Greenland. Pada tahun berikutnya yaitu 986 Erik memimpin ekspedisi menuju pulau itu dan mendirikan 2 pemukiman utama di timur (dekat kota Qaqortoq) dan barat (dekat kota Nuuk).
Selama abad ke 16 dan 17 Greenland menjadi tempat lalu lalang para pemburu paus dari Inggris dan Belanda namun tidak ada upaya melakukan kolonialisasi. Barulah pada 1721 Hans Egede seorang misionaris berkebangsaan Denmark-Norwegia dengan izin Inggris mendirikan perusahaan dagang sembari membawa misi gereja ke daerah dekat kota Nuuk. Sejak saat itulah, kolonialisme dimulai di pulau terbesar di dunia itu.
Pada tahun 1776, pemerintah Denmark mengambil kendali penuh perdagangan Greenland dan menutupnya untuk asing sampai akhirnya pada 1950 kembali dibuka.
Selama perang dunia 2, Greenland berada di bawah naungan Amerika Serikat ketika Jerman menduduki Denmark dan seusai perang Amerika mengembalikan kembali kendali pulau tersebut kepada Denmark. Tak lama, pada 1951 Amerika mendirikan pangkalan militer mereka di pulau itu, menandakan kontinuitas pengaruh Amerika.
Wilayah otonom Denmark ini memiliki pengaruh penting dalam perseteruan antara Amerika dan Uni Soviet selama masa perang dingin dengan menjadi post terluar Amerika dan mendeteksi pergerakan-pergerakan Uni Soviet di Samudera Arktik.
Kini, pulau terbesar di dunia itu menjadi lokasi strategis dalam perseteruan Amerika dengan Cina dan Rusia di bidang ekonomi, militer dan lainnya. Selain sebagai sarana ekspansi pengaruh dan kekuasaan politik, pulau itu juga kaya akan sumber daya alam yang belum banyak tersentuh sehingga memiliki nilai ekonomi tersendiri bagi negara yang mengelolanya.
Donald Trump belum lama ini mengungkapkan keinginannya untuk menjadikan wilayah otonom Denmark itu sebagai bagian dari Amerika. Ungkapan tersebut menimbulkan kontroversi dari banyak pihak termasuk dari penghuni pulau itu sendiri yang menyatakan bahwa pulau tidak diperjualbelikan.
Pemerintah Denmark juga tidak tinggal diam dan menyampaikan pernyataan tegas bahwa pulau itu tidak dijual dan seandainya Amerika memiliki kepentingan disana, pemerintah siap mengadakan diskusi dengan pemerintahan terkait.
Perdana Menteri Denmark Metter Frederiksen dan Perdana Menteri Greenland Mute Egede bahkan sudah mengadakan pertemuan di Copenhagen mendiskusikan masalah ini.
Seusai pertemuan, Mute Egede menyampaikan pada pers kesiapannya untuk berdiskusi dengan pihak terkait sembari menyatakan bahwa “Greenland adalah milik warganya. Kami tidak ingin menjadi warga Denmark. Kami tidak ingin menjadi warga Amerika. Kami hanya ingin menjadi warga Greenland” ujar Egede.
Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken yang berasal dari Partai Demokrat memandang bahwa ide Trump bukanlah ide yang bagus dan tidak ada gunanya membuang waktu mengurusi itu. “Itu bukan ide yang bagus dan itu tidak akan terjadi” ujar Blinken.
Kendati demikian, Trump Jr. anak tertua Trump mengunjungi Greenland beberapa hari lalu yang membuat pemerintah Denmark dan Greenland sendiri tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa Trump benar-benar serius dalam hal ini.
Oleh: M. Rumi