Purna Warta – Sekjen Hizbullah, Sayid Hasan Nasrullah, menjelaskan ketidakmampuan musuh bebuyutannya, Israel, untuk memasuki wilayah Lebanon dan menegaskan bahwa Muqawamah telah menetapkan perhitungan pertahanan.
Senin, 25/7, malam, Sekjen Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah menghadiri acara bincang bersama dengan media kabar al-Mayadeen. Dalam kesempatan ini, Sayid Hasan kembali mengupas situasi terbaru Kawasan dan Lebanon.
Baca Juga : Apakah Putin Mampu Merubah Peta Pertarungan di Tehran?
Di awal wawancara, Ghassan bin Jiddo memaparkan gerak-gerak Hizbullah dalam 40 tahun terakhir dan menegaskan bahwa bincang-bincang ini akan memaparkan 5 pembahasan: Muqawamah, pertahanan, Lebanon, Hizbullah, Palestina, Iran dan Suriah, Hizbullah-Timur Tengah dan dunia, serta masa depan Hizbullah.
Dalam acara yang diadakan bertepatan dengan ulang tahun ke 40 Hizbullah, Sayid Hasan Nasrullah menjelaskan, “Awal mula pertahanan Hizbullah dilakukan sejak tahun 1985. Kala itu, musuh Zionis dengan terburu-buru terpaksa keluar dari wilayah-wilayah pendudukan.”
Dengan memanipulasi perbatasan sebagai tameng, Israel mencegat masuknya pasukan Muqawamah ke Palestina.
“Pertahanan dan langkah pencegahan kala itu merupakan pencapaian semua pasukan Muqawamah yang melakukan aksi kemartiran, bukan hanya Hizbullah. Tahap kedua pertahanan juga dimulai oleh Hizbullah dengan strategi mereka di desa-desa garis pertama hingga tahun 1993,” jelas Sekjen Hizbullah.
Baca Juga : Erdogan Hadiri Konferensi Tehran, Bagaimana Nasib Suriah?
Setiap Serangan akan Dibalas
Setelah musuh menyadari bahwa mereka tidak lagi mampu memasuki wilayah Lebanon, maka dimulailah strategi pertahanan.
Sayid Hasan menjelaskan, “Pasca perang 33 hari, rezim Zionis menganggap melawan Hizbullah sebagai hal yang membahayakan. Israel sadar bahwa setiap langkah versus Lebanon, akan dibalas. Ketika itu, kami butuh satu kekuatan untuk mencegat bombardir Israel di wilayah-wilayah Beirut.”
Sejak tahun 1993 hingga 1996, menurut Sekjen Hizbullah, tingkat pertahanan berkembang pesat dan menjelaskan, “Kesepakatan April 1996 merupakan pondasi bangunan kemenangan besar tahun 2000. Dari titik inilah, bombardir kota dibalas bombardir kota. Setelah perang 2006, lawan mulai menyadari bahwa melawan Muqawamah adalah hal bahaya dan besar. Kekuatan Muqawamah sudah melewati perang perbatasan. Lawan sangat mengetahui setiap serangan versus Lebanon akan dibalas serupa… Oleh karena itu mereka berupaya menghapus jejak jari setiap melakukan kejahatan. Dan mereka juga tidak berani melawan Lebanon.”
Baca Juga : Perpisahan Dengan Amerika Serikat; Selamat Datang Di Tatanan Dunia Baru!
Biden Hanya Mencari Gas dan Minyak
Sekjen Hizbullah Sayid Hasan Nasrullah kemudian membahas sumur minyak Karish dan menegaskan, “Kami bisa bertahan dan jika dibutuhkan, kami juga akan membalas, meskipun hal ini akan berakhir ke perang. Namun dengan melihat kebutuhan Eropa, yang mencari pengganti Migas Rusia, Lebanon berada di tengah kesempatan bersejarah. Hanya karena minyak dan gas, Biden terbang ke Timur Tengah. Tetapi minyak tersisa Saudi dan Emirat tidak akan mampu menutupi kebutuhan Eropa. Perang Ukraina dan Rusia telah menjadi faktor mereka mencari opsi minyak dan gas Moskow.”
Sayid Hasan Nasrullah juga menekankan bahwa AS dan Eropa butuh pada Migas dan rezim Zionis menganggap hal ini sebagai kesempatan dan menambahkan, “Biden tidak menuntut perang Kawasan. Ini adalah kesempatan emas buat kami, di mana, demi meraih minyak kami, kami harus mendaratkan tekanan. Tentang NATO Timur Tengah juga harus saya katakan bahwa mereka terlalu banyak berbicara mengenai impian mereka. Biden hanya terbang ke Kawasan demi minyak. Agenda utama Joe Biden dan Amerika adalah melawan Rusia di Ukraina. Atas alasan inilah, mereka menolak setiap perang. Lisan Biden versus Iran juga bukan lisan perang. Mereka tidak sedang menyulut api perang yang bisa meledakkan Kawasan.”
Berdasarkan target inilah, menurut Sayid Hasan Nasrullah, tema bukan hanya sumur minyak Karish dan Qana, akan tetapi semua medan minyak dan gas yang dicuri Israel di perairan Palestina.
“Amerika telah menjerumuskan Lebanon pada perundingan pemetaan perbatasan laut. Lebanon disibukkan perundingan, tetapi Israel sedang menggali sumur dan mencari gas. Dan sekarang mereka telah siap ekstraksi. Hanya untuk ekstraksi gas Karish, Israel sudah mengirim kapal, namun kami sedang berupaya mencari di mana letak perbatasan laut?,” sindirnya.
Baca Juga : Pertemuan Hangat Ayatullah Khamenei dan Putin; Ini yang Dibicarakan
Semua Target Israel Ada Dalam Jangkauan Hizbullah
“Tidak ada satupun titik laut dan darat Israel yang tidak dijangkau rudal Muqawamah,” tegasnya, lalu mengingatkan, “Pemerintah Lebanon karena tuntutan mediator Amerika telah memberikan poin banyak terkait garis 23 laut. Bola sekarang bukan lagi di tangan Lebanon, bahkan Lebanon tidak diizinkan ekstraksi Migas di daerah-daerah bukan sengketa. Detik ini, Lebanon telah menghadiahkan poin yang tidak bisa ditolak musuh.”
Saydi Hasan Nasrullah juga memprotes pemerintah yang tidak mampu mengambil kebijakan yang layak dan menjelaskan, “Karena inilah, Muqawamah terpaksa mengambil keputusan. Target kami adalah Lebanon ekstraksi minyak dan gas, karena ini merupakan satu-satunya jalan penyelamat Lebanon. Masalah ini merupakan satu langkah yang harus direalisasikan. Kami tidak akan menerima tipuan apapun dan hak kami harus kami ambil. Target kami adalah bekerja demi Lebanon meraih minyak dan gasnya lalu memetakan perbatasan laut dengan jelas.”
Tentang Karish, Sekjen Hizbullah mengakui bahwa mereka tidak mengambil kebijakan terkait Karish bersama sekutu Iran dan Suriah, lalu menjelaskan, “Tentang minyak, masalah bukan dari diri kami. Tetapi masalah adalah pemerintah Lebanon sendiri. Saya siap mengimpor bahan bakar dari Iran, dengan syarat pemerintah Lebanon menerima hal ini. Namun tidak ada satupun pihak di Lebanon yang berani melakukan hal ini, karena sanksi AS versus keluarganya. Hari ini mungkin perusahaan-perusahaan Rusia dan Iran siap membuka kerja sama dengan Lebanon, tapi keberanian ini tidak dimiliki pemerintah.”
“Sudah berkali-kali drone Hizbullah memasuki wilayah Israel,” tegasnya. “Dan musuh juga tidak bisa menghancurkannya. Di Hizbullah kami telah memutuskan untuk mengoperasikan drone jenis 2 yang bisa dijatuhkan lawan demi efek yang diinginkan. Kami telah memaksa Israel untuk menembakkan senjata ke udara untuk menjatuhkan pesawat tanpa awak kami. Dengan alasan inilah, kami telah menjebak mereka. Israel tidak mampu menjatuhkan drone ketiga.”
Baca Juga : Biden Gagal Mengamankan Rencana Utama di KTT Arab
Dengan Supresi Muqawamah, Israel akan Menyerah
Kemudian Sekjen Muqawamah Lebanon juga mengupas kekuatan AL Hizbullah dan menjelaskan, “Kami memiliki senjata serang dan pertahanan. Kami memiliki kekuatan pertahanan laut. Kami mampu menciptakan pertahanan versus musuh dan menargetkan titik nadi lawan di lautan Palestina Pendudukan. Kami memiliki drone yang mampu terbang tanpa bisa dimusnahkan musuh.”
“Rakyat Lebanon harus memiliki keyakinan,” tegasnya. “Bahwa Hizbullah memiliki kemampuan untuk memaksa musuh menyerah demi kepentingan Lebanon.”
“Jika situasi berkembang mengarah ke perang, bangsa Lebanon harus percaya pada Muqawamah Lebanon. Jika perang tersulut antara Lebanon-Israel, tidak bisa dipastikan mana yang akan langgeng dari dua pihak. Kemungkinan negara-negara lain akan masuk perang ini,” jelasnya.
Israel Takut Mendengar Syiir “Salam Ya Mahdi”
Di bagian lain wawancaranya ini, Sayid Hasan juga membahas budaya impor Lebanon dan menegaskan, “Kami sama sekali tidak terima siapapun yang meragukan nasionalisme dan ke-Lebanon-an kami. Serangan ke syiir “Salam Ya Mahdi” juga serangan ke Muqawamah. Syiir ini adalah pesan sangat urgen dari situasi ini. Generasi yang ikut menyanyikan syiir ini telah membuat takut Israel dan merekapun khawatir.”
Sekjen Hizbullah juga mengingatkan masalah utama AS, yaitu budaya Muqawamah yang menantang budaya normalisasi dan menjelaskan, “Ideologi Mahdiisme ada dalam semua mazhab Islam. Ini adalah masalah akar dalam agama Islam.”
Baca Juga : E3 Memposisikan Dirinya Sebagai Polisi Perundingan
Hizbullah Tidak Memiliki Kandidat Presiden
Sekjen Sayid Hasan Nasrullah juga mengingatkan bahwa Hizbullah tidak memiliki kandidat Presiden.
“Kami dalam situasi di mana kami mendukung siapapun yang menjadi kandidat Presiden, bukan sedang mengenalkan seorang kandidat Presiden,” tegasnya.