Purna Warta – Tepat pada tanggal 11 Oktober 2011, terjalin kesepakatan antara Palestina dan rezim Zionis untuk saling tukar tahanan, yang terkenal dengan istilah kesepakatan Shalit. Pertukaran Gilat Shalit, tentara Israel, dengan 1027 tahanan Palestina.
Surat kabar Rai al-Youm, mengutip seorang sumber dan melaporkan bahwa rezim Zionis menganggap kesepakatan pertukaran tahanan ini dengan satu bencana. Mereka terkejut melihat efeknya yang masih terasa hingga satu dekade.
Avi Sakharov, seorang orientalis dan analis Zionis, dalam satu catatannya di surat kabar Maariv menegaskan, “Aksi-aksi merusak Palestina yang dioperasikan dalam perjanjian Shalit merupakan satu bukti mumpuni akan kerugian strategis dalam keamanan Israel.”
“Resolusi Shalit membangun sebuah opini di tengah-tengah Palestina bahwa rezim Zionis lemah. Tahanan-tahanan yang bebas dalam pertukaran ini kembali ke Hamas, aktif bersenjata dan mereka mampu meningkatkan kekuatan mereka dengan sangat cepat,” tambahnya.
Sakharov di kelanjutan analisisnya menjelaskan bahwa hal paling buruk yang dilakukan oleh rezim Zionis dalam kesepakatan Shalit adalah Zionis telah mengakui Hamas sebagai pemilik sah tanah ini (Palestina) dan ini juga telah mengangkangi semua garis merah yang sebelumnya terpetakan dalam masalah pembebasan tahanan warga Palestina 1948. Meskipun perundingan dilaksanakan tidak langsung dengan Hamas.
Di ranah politik, menurut pengamatan Sakharov, badan keamanan Israel meyakini bahwa petinggi Hamas menanggung kerugian lebih besar dalam menghadapi rezim Zionis. Akan tetapi, satu titik, yang membuat Israel lebih bermasalah, berkaitan dengan pesan yang dikirim melalui kesepakatan pertukaran tahanan tersebut bahwa sejak ditandatangani perjanjiian, setiap anak kecil Palestina mendapatkan pesan bahwa Yahudi hanya mengenal Bahasa kekerasan. Serangan senjata adalah metode paling teruji Israel untuk mendapatkan poin.
Baru-baru ini Gilat Shalit, pasca 10 tahun pertukarannya dengan seribu tahanan Palestina, memecah diamnya. Padahal dalam satu dekade ini, dirinya tidak pernah berbicara, bahkan tidak pernah mengumpat petinggi Hamas. Gilat Shalit menjelaskan kondisi penahanannya.
Surat kabar Zionis, Yedioth Ahronoth mengenalkan 7 tahanan Palestina yang dibebaskan di bawah kesepakatan pada tahun 2011 ini.
Di sana dituliskan bahwa 7 tahanan ini berubah menjadi sosok yang menyulitkan sistem pertahanan Israel yang memengaruhi ribuan hidup warga Israel.
“7 orang yang seharusnya berada di jeruji kami seumur hidup, dalam jangka 12 tahun berubah menjadi ujung panah Hamas dan cabang militernya, Kataib al-Qassam,” lapor Yedioth Ahronoth.
7 sosok tersebut antara lain, Yahya al-Sinwar (Kepala Biro Politik Hamas di Jalur Gaza), Tawfiq Abu Naim (salah satu Komando Badan Keamanan Jalur Gaza setelah 4 tahun keluar dari bebas), Rouhi Mushtaha (anggota Biro Politik Hamas dan termasuk salah satu pendiri Hamas), Zaher Jabarin (Wakil Kepala Hamas di Tepi Barat), Abdul Rahman Ghanimat (salah satu orang berpengaruh Hamas di daerah dekat al-Jalil), Jihad Yaghmour (orang yang pernah memimpin penculikan prajurit Zionis tahun 1994 dan sekarang menjadi Duta Hamas di Turki) dan sosok ketujuh adalah Musa Dudin, salah satu tangan kanan Saleh al-Arouri di Tepi Barat.