Purna Warta – Perang lunak atau soft power Amerika untuk pemuda Yaman bernama al-Buyut al-Ibrahimiyah atau rumah-rumah Ibrahim. Proyek tersebut berisi ambisi AS menyediakan kemudahan untuk generasi muda Sanaa tinggal di perumahan yang disebut rumah Ibrahim.
Kedutaan Besar AS di Yaman baru saja menyebar sebuah informasi yang berisi tentang bantuan finansial ke para pemuda beragama apapun untuk tingal bersama di lingkungan perumahan yang disebut rumah-rumah Ibrahim. Dengan hidup bersama ini, maka kehidupan beragama mereka akan terintropeksi.
Rai al-Youm dalam salah satu catatan jurnalisnya mengupas proyek Gedung Putih ini dan menuliskan, bangsa Yaman di semua ranah sosialnya selalu mendukung Palestina. Di saat harus menanggung serangan koalisi Saudi dan upaya mereka menundukkan Sanaa, bangsa Yaman tetap meneriakkan solidaritas dan dukungannya kepada al-Quds.
Di tengah situasi ini, Kedubes Amerika, melalui informasi kontroversial yang disebar, mengajak para generasi muda Sanaa untuk tinggal di rumah Ibrahim.
Satu nama istilah yang hampir sama dengan kesepakatan normalisasi yaitu resolusi Abraham. Berdasarkan informasi tersebut, Kebudes Amerika berusaha menarik para pemuda, baik lelaki dan perempuan, untuk tinggal di rumah-rumah tersebut dengan tujuan agar lebih memahami agama menurut mereka.
Banyak pertanyaan akan kebijakan Amerika ini. Di lain segi, bangsa Yaman butuh bantuan untuk segera mengakhiri perang. Selain itu, undangan hidup bercampur antara laki dan perempuan ini telah membangkitkan kritik sosial konservatif.
Pihak anti-toleransi agama dan pakar lintas agama memang mendukung undangan ini, akan tetapi melihat situasi negara di tengah perang seperti ini, mereka memprediksikan satu niatan buruk. Mungkin ini manargetkan opini masyarakat seperti normalisasi dengan Israel, misionaris Kristen dan meragukan Islam.