Rudal Iran dan Tatanan Baru Kawasan

Rudal Iran dan Tatanan Baru Kawasan

Purna Warta – Serangan rudal balistik hipersonik pada Selasa, 01/10/24, yang diluncurkan oleh Republik Islam Iran menghantam pusat-pusat kekuatan Israel, memicu ketakutan dan kepanikan para pemimpin rezim itu. Serangan ini disambut dengan sukacita oleh banyak pihak di dunia, terutama mereka yang memperjuangkan hak asasi dan kemerdekaan.

Tentu saja, serangan rudal Iran memiliki dampak signifikan bagi masa depan kawasan, sekaligus menjadi tonggak sejarah penting. Iran mampu memperkuat posisinya sebagai kekuatan utama di wilayah dan mempertegas peranannya dalam menjaga stabilitas. Serangan ini juga mengirim pesan tegas kepada kelompok-kelompok strategis yang selama ini mendukung kepentingan Israel dan sekutunya. Kekuatan poros perlawanan yang dipimpin oleh Iran dan Hizbullah semakin solid, sementara Israel mengalami kemunduran dan kehancuran dalam menghadapi persatuan kekuatan perlawanan.

Tatanan baru di Timur Tengah mulai terbentuk, mengakhiri upaya pemecahbelahan yang dirancang oleh Amerika Serikat dan Israel. Mereka sempat mengira bahwa Republik Islam Iran dan gerakan perlawanan akan hancur setelah invasi di Afghanistan, Irak, serta perang proksi di Suriah.

Namun, Republik Islam Iran dan sekutunya berhasil bangkit, bahkan semakin kuat. Peluncuran rudal Iran pada Selasa malam yang merobek nadi Israel merupakan langkah penting dalam memperkokoh tatanan baru ini, yang lahir dari jantung perjuangan perlawanan Islam dan ancaman serius bagi AS dan Barat.

Kegembiraan masyarakat dunia meledak tak bisa ditutupi setelah serangan ini, yang tidak hanya menghantam dan meremukkan jantung Israel, tetapi juga memberi nafas lega dan harapan baru bagi mereka yang terus berjuang untuk kebebasan dan kemerdekaan.

Di berbagai wilayah Palestina, masyarakat turun ke jalan merayakan dengan penuh sukacita. Banyak gambar dan video yang menunjukkan kebahagiaan masyarakat Gaza beredar luas. Salah satu gambar menunjukkan warga Gaza menempatkan booster salah satu roket Iran di sebuah lapangan, sementara di Ramallah, masyarakat berfoto dengan booster yang ditinggalkan oleh roket tersebut. Video lain memperlihatkan warga Palestina dengan gembira mengangkut tabung bahan bakar dari roket menggunakan traktor.

Kegembiraan serupa juga dirasakan oleh rakyat Irak, dengan banyak gambar dan video perayaan mereka dipublikasikan.

Sementara itu, di Lebanon, berbagai kelompok masyarakat menyambut pengungsi yang kembali dari selatan. Bantuan dari Irak juga mengalir ke Lebanon. Empati yang luar biasa telah terbangun di antara negara-negara yang tergabung dalam rantai perlawanan Islam, menandakan kegagalan total upaya untuk memecah belah mereka.

Dunia patut berterimakasih kepada Imam Ali Khamenei, Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Kepala Staf Umum Angkatan Bersenjata Iran, bersama Korps Garda Revolusi, Angkatan Darat, Pertahanan Udara, Kementerian Pertahanan dan seluruh rakyat Iran yang telah menjalani masa-masa sulit dalam dua bulan terakhir. Mulai dari pembunuhan syahid Haniyeh, kepala kantor politik Hamas di Tehran, pembunuhan Sayyid Hassan Nasrallah di Beirut, hingga tekanan Amerika dan Eropa agar Iran menahan diri demi janji gencatan senjata palsu di Gaza. Iran dengan kepemimpinannya berhasil melewati masa-masa kritis ini dengan tegas.

Gelombang kegembiraan juga menyebar ke seluruh Asia Barat; sebuah aksi yang telah lama dinantikan setelah serangkaian kejahatan brutal oleh Israel. Peluncuran kembang api mewarnai langit sebagai tanda suka cita. Masyarakat menari dan menyanyi di jalanan, merayakan balasan yang dianggap setimpal terhadap Israel.

Di Irak dan Yordania, tarian dan kegembiraan di jalanan menunjukkan solidaritas masyarakat kawasan terhadap aksi balasan Iran. Serangan ini bukan hanya aksi militer, tetapi simbol harapan kebebasan bagi banyak orang yang telah lama tertindas oleh kekejaman rezim Zionis.

Terakhir, saya ingin mengutip pernyataan filsuf Yahudi, Walter Benjamin, ketika dia membedakan antara mythical violence dan divine violence. Menurut Benjamin, kekerasan mitis (mythical violence) berfungsi untuk mengukuhkan kekuasaan dan menjaga struktur hierarkis, sementara kekerasan ilahi (divine violence) bertujuan untuk memulihkan nilai-nilai kemanusiaan pada kehidupan yang suci.

Tentu saja, perbedaan ini tidak dimaksudkan untuk mengkategorikan respons Iran terhadap kekerasan dan pembunuhan Israel sebagai bentuk “kekerasan ilahi” menurut konsep Benjamin. Namun, dalam konteks konflik militer, terdapat dua pendekatan utama yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan: pertama, pendekatan yang brutal dan represif, seperti yang dilakukan oleh Israel beserta sekutunya, dan kedua, pendekatan yang lebih terkendali dan menunjukkan penghargaan terhadap nilai-nilai kehidupan manusia, bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para pelaku dan mereka yang mendukung pendudukan kolonial terhadap Palestina.

Bravo Republik Islam Iran yang telah menginstal tatanan baru kawasan menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan dan kesucian. [MT]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *