Purna Warta – Resolusi anti-Iran dipelopori oleh 3 negara Eropa bersama Amerika Serikat dan disepakati di Dewan Gubernur Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Resolusi tidak mencapai raihan suara lazim, menurut Wakil Rusia, resolusi yang tidak didukung oleh Wakil lebih dari separuh populasi dunia.
Di menit-menit akhir hari Rabu, 8/6, resolusi yang diajukan 3 negara Eropa; Jerman, Prancis dan Inggris bersama AS di Dewan Gubernur IAEA, hanya meraih 30 suara positif, 2 suara negatif Rusia dan China ditambah 3 abstain India, Pakistan dan Libya.
Rafael Grossi, Dirjen IAEA, di akhir laporannya mengatakan bahwa uranium yang diperkaya Iran telah mencapai 18 kali lebih dari batas JCPOA.
Grossi juga mengklaim bahwa Iran tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan IAEA tentang penemuan bahan nuklir dalam tiga tahun lalu. Iran menyebut laporan tersebut dengan tidak adil.
Dilaporkan bahwa Grossi pekan lalu mengadakan kunjungan ke Israel dan bertemu dengan PM Naftali Bennett. Kunjungan ini mendapatkan kecaman dari petinggi Tehran. Jubir Kemenlu Iran Khatibzadeh telah memperingatkan penurunan validitas IAEA lebih dari sebelumnya (karena kunjungan ini).
Pernyataan Grossi tentang program nuklir Iran juga dia paparkan di hari Senin bertepatan dengan dimulainya konferensi Dewan Gubernur. Dirjen IAEA mengklaim bahwa Iran tidak menerangkan tiga tempat yang belum diumumkan.
Terkait hal ini, Mohammad Reza Ghaebi, Pimpinan Delegasi Iran di PBB di Wina dan IAEA, menjelaskan, “Tempat-tempat yang disinggung oleh Direktur Jenderal IAEA adalah tempat klaiman dusta yang diajukan sesuai dengan klaim rezim Zionis.”
“Dengan memaparkan laporan tidak valid yang diajukan oleh Israel, IAEA telah menghabiskan semua bentuk kerja sama dengan Iran dan menjatuhkan organisasi ini,” tegasnya menyindir pertanyaan yang katanya belum dijawab.
Kamera IAEA Diputus
Yang jelas, sebelum resolusi disepakati, Iran telah mengumumkan pemutusan beberapa kamera pemantau IAEA di Tehran.
“Republik Islam Iran hingga saat ini memiliki kerja sama luas dengan Badan Energi Atom Internasional, di mana sangat disayangkan sekali tanpa melihat kebaikan niat yang ditampakkan oleh Iran, IAEA tidak berterimakasih atas kerja sama ini. Bahkan sedikit melihatnya sebagai tanggung jawab Iran. Maka dari ini, diambil keputusan, dari sekarang aktifitas kamera pemantau instansi OLEM akan diputus. Keputusan ini telah diturunkan ke pihak terkait,” tulis Badan Energi Atom Iran.
Respon Tepat Iran
Sebelum resolusi anti-Iran disepakati, petinggi Iran, khususnya Hossein Amir Abdollahian, Menlu Iran, telah merespon politis indikasi ini dan menegaskan, “Akan ada efek serta dampak keras ke pihak IAEA dan negara-negara pelopor resolusi.”
Dalam hubungan telpon Menlu Iran dengan Menlu Uni Eropa Josep Borrell, Amir Abdollahian telah memperingatkan, “Setiap langkah politik dari pihak AS dan 3 negara Eropa di IAEA, tanpa diragukan lagi akan mendapatkan balasan yang setimpal, tajam dan cepat dari Iran.”
Supresi ke Tehran
Mikhail Ulyanov, Wakil Rusia, sebelum dicetuskannya resolusi dalam Twiternya menulis, “Dewan Gubernur IAEA telah menganalisa masalah fact-cheking program nuklir Iran. Wakil Jerman sekarang ini juga telah mengajukan draf berkaitan dengan hal ini. Hubungan draf ini dengan situasi sekarang sangatlah mencurigakan.”
Dalam konferensi persnya, Ulyanov menerangkan, “Hingga saat ini masih ada kesempatan untuk menghidupkan JCPOA. Namun sangat disayangkan sekali, sebagian anggota Dewan Gubernur tidak menyadari sinsifitas situasi sekarang. Mereka mencari satu jalan seperti pengajuan resolusi anti-Iran. Jadi jelas bahwa perundingan Wina belum memberikan mereka pelajaran: Menekan Iran akan menyebabkan tensi memanas.”
Pasca resolusi disepakati dan ditandatangani, Mohammad Reza Ghaebi, Wakil Iran di Badan Energi Atom Internasional, mengecam resolusi yang dikeluarkan dengan target politik tersebut.
Sambil menegaskan respon balasan dari Iran, Reza Ghaebi menjelaskan, “Iran berhak menganalisa kembali politik serta pendekatannya terkait IAEA.”
“Ini adalah pukulan berat ke Badan Energi Atom Internasional yang dimasukkan oleh salah satu organ paling penting, yaitu Dewan Gubernur,” tambahnya.
Diplomat Iran ini, dengan menjelaskan akan kebijakan Iran yang tidak akan berkurang dan tidak akan bertambah, juga menerangkan, “Iran sangat menyayangkan resolusi ini dan akan membalasnya ditujukan kepada pelopor resolusi.”
Sebelum disetujuinya resolusi anti-Iran, Foreign Policy melaporkan bahwa resolusi ini tidak mengisyaratkan sama sekali masalah tentang referensi ke Dewan Keamanan PBB. Perlu diketahui bahwa semua pihak mengetahui bahwa resolusi tidaklah mengikat.
Wakil Separuh Populasi Dunia Tidak Setuju
Mikhail Ulyanov, Wakil Rusia di IAEA di Wina, dalam tweetnya menulis, “Dewan Gubernur IAEA telah menyepakati draf resolusi anti-Iran yang didukung oleh Jerman, Prancis, Inggris dan AS. Wakil-Wakil 30 negara menyepakati resolusi ini, dua negara (Rusia-China) memberikan suara negatif dan 3 negara (India, Pakistan dan Libya) abstain. Berdasarkan hal ini, negara-negara yang mewakili lebih dari setengah populasi dunia tidak mendukung.”
“Tidak akan membantu apapun,” tweet Ulyanov dini hari Kamis. Sambil mengutip pernyataan Wakil AS di Wina, Ulyanov menyatakan, “Logika di balik kebijakan ini kurang lebih sudah bisa diketahui. Namun pernyataannya adalah apakah resolusi ini akan memperbaiki kerja sama IAEA dan Iran? Kedua, akankah hal ini membantu menyelesaikan perundingan Wina? Jawaban untuk dua pertanyaan ini adalah negatif. Lalu untuk apa resolusi ini dikeluarkan?.”
Sementara pihak Israel menyebut resolusi ini sebagai peringatan untuk Iran. Mereka menuntut langkah-langkah lebih anti-Iran, termasuk penyerahan berkas ke DK PBB.