Purna Warta – Rafael Grossi, Direktur Jenderal IAEA, dalam sesi wawancara pada Rabu, 16/12, mengecam kebijakan pemerintah Donald Trump yang mundur dari resolusi nuklir Iran-5+1.
“Iran ingin perdamaian global dan internasional,” tegasnya kepada CBS.
“Iran terus mengembangkan program nuklirnya. Sebagaimana kalian ketahui semua bahwa pengembangan ini tidak dilakukan sembunyi-sembunyi. Akan tetapi dilaksanakan di bawah struktur kesepakatan yang ditandatangani pada tahun 2015 oleh blok 5+1.”
“Kalian tentu masih ingat bahwa Amerika Serikat dua tahun yang lalu, tepatnya pada tahun 2018 keluar dari resolusi ini dan Iran menjawabnya dengan memutuskan secara tahap demi tahap melonggarkan diri dari jeratan perjanjian,“ jelasnya.
Rafael Grossi juga menambahkan, “IAEA hingga saat ini siap memberikan laporan penyelidikan atas apa yang terjadi di Iran. Namun ini sangat tergantung pada keputusan negara-negara lain anggota resolusi dalam seminggu atau sebulan ke depan. Saya yakin bahwa setelah pemerintah baru AS aktif, akan ada aktifitas baru dalam bidang ini. Saya berharap satu serpihan dengan lainnya bersatu sehingga membuahkan kesepakatan baru.”
Menjawab pertanyaan bagaimana meyakinkan Iran untuk tetap memegang isi resolusi? Grossi menjelaskan, “Sangat bagus, saya sempat berfikir bahwa berbagai pihak berharap dengan segenap penantian atas apa yang seharusnya terjadi. Kami tidak seharusnya berbicara dalam kedudukan mereka.”
Pasca keluar dari JCPOA secara sepihak, AS mengaktifkan boikot serta tekanan ekstrim atas Iran. Washington aktif memprovokasi Tehran, salah satunya dengan membunuh Jenderal Qasem Soleimani.
Donald Trump, Presiden AS, sangat ingin menarik paksa Iran ke meja perundingan pasca aksi teror dan pengaktifan boikot. Satu perundingan yang dia sebut ‘resolusi afdhol’.
Namun kepemimpinan 4 tahun Donald Trump akan segera berakhir dan hasil belum juga terlihat sehingga banyak pihak dalam negeri Washington yang kritik keras Presiden.
Oposisi Donald Trump menudingnya dengan berbagai alasan, mulai dari tidak adanya strategi mumpuni hingga keterasingan AS karena arogansi sang pemimpin Gedung Putih.
Baca juga: Poros Iran-Rusia-Turki Semakin Kuat dari Sebelumnya