Purna Warta – Quincy Institute dalam salah satu laporannya mengungkap hujan uang Saudi untuk mencuci muka selama perang 7 tahun Yaman.
Pusat analisis internasional Quincy dalam laporannya membongkar kucuran uang 100 juta dolar Saudi untuk melobi AS agar meneruskan perdagangan militer dan menghapus kejahatan yang dilakukan selama perang Yaman.
Baca Juga : Bobol Pesan Rahasia Ramallah ke Tel Aviv, Ini Pengkhianatan Baru Mahmoud Abbas
Menurut analisa pusat penelitian Quincy, setelah perang Yaman memasuki tahun ketujuh. Invasi Riyadh ke Sanaa telah memakan setengah juta korban. Koalisi pimpinan Saudi meningkatkan kapasitas serangan yang merusak dan menciptakan krisis kemanusian akhir-akhir ini.
Selama perang, Saudi berupaya menutup fakta di medan. Dalam upaya ini, Istana menghujani lobi serta pakar hubungan internasional Amerika lebih dari 100 juta dolar dan di saat yang sama juga, mereka berusaha mempermudah aliran bisnis senjata.
Analis urusan Barat Asia di institute Quincy menjelaskan, koalisi pimpinan Arab Saudi sejak pertama agresi tahun 2015 mengoperasikan serangan udara lebih dari 24.600, hal yang telah mengungkap ketidakseimbangan perang Yaman.
Berdasarkan laporan Quincy, lebih dari 9000 sipil tewas dalam serangan udara Saudi. Sementara di pihak Saudi, ada 59 sipil Riyadh yang tewas akibat serangan Ansarullah dan militer Sanaa. Statistik ini membuktikan kebohongan Istana yang mengklaim serangan sebagai manuver bertahan.
Baca Juga : Dihujani Sanksi, Bagaimana Rusia Mampu Selamatkan Rubel?
Satu organisasi non-profit, yang fokus meneliti efek-efek perang Yaman, melaporkan bahwa koalisi Saudi hampir 700 kali mengoperasikan manuver udara pada bulan Februari 2022. Kuantitas bombardir bulan kemarin ini rata-rata lebih besar dari sebelum-sebelumnya.
“Di tengah perkembangan ini, mayoritas penduduk AS senang dengan serangan ini dan tidak mendapatkan berita tentang perang ini. Harus dikatakan bahwa nir-laporan ini merupakan satu rencana sengaja,” tulis Quincy.
Kebanyakan operasi militer Riyadh dibungkus dengan propaganda dan liputan media warta kelompok-kelompok tertekan di bawah dukungan Istana. Mereka menggambarkan upaya perdamaian Saudi dan langkah-langkah manusiawi di Yaman.
“Bertahun-tahun lobi Saudi telah memobilisasi eks anggota-anggota Kongres hingga menuliskan operasi militer sebagai operasi kemanusiaan,” tulis institute Quincy.
Baca Juga : Nol… Saudi Tidak Dapat Apa-apa dari Perang 8 Tahun Yaman
Sebagai contoh, pada tanggal 20 Januari 2022 kemarin, Tripp Baird dari institute Off Hill Strategies membagikan sebuah surat ke kantor-kantor Kongres. Di mana di sana tertujukan telunjuk ke Ansarullah sebagai tersangka.
“Houthi dukungan Iran adalah penanggungjawab derita bangsa Yaman dan Saudi harus mendapatkan jalan perdamaian,” tulis Tripp Baird dalam suratnya.
Perusahaan Raytheon, Prajurit Lobi Saudi
Hanya berselang satu hari setelahnya, Arab Saudi langsung mengadakan manuver udara ke penjara di provinsi Saada, utara Yaman, yang menewaskan 91 sipil, termasuk 3 anak-anak yang sedang bermain. Bom yang digunakan dalam serangan tersebut merupakan produksi perusahaan Raytheon Technologies.
Satu hari setelah serangan udara tersebut, 5 Januari, Direktur Raytheon dalam orasinya di depan para investor mengucapkan selamat atas peningkatan tensi perang di Barat Asia dan menyatakan, “Sebagaimana yang saya katakan, kami melihat kesempatan-kesempatan untuk penjualan internasional.”
Baca Juga : Perseteruan Parlemen dan Presiden Makin Mendalam, Apa Yang Tunisia Lakukan?
“Lobi-lobi Raytheon tidak ragu sama sekali untuk memanipulasi kesempatan ini. Berdasarkan dokumen 3 bulanannya, Raytheon mengungkap dana 2.7 juta dolar untuk lobi di Kongres yang mencakup banyak masalah, salah satunya melobi resolusi penolakan penjualan senjata ke kerajaan Saudi,” tulis Quincy.
Perkembangan yang dibongkar institute Quincy bukan merupakan satu kondisi pengecualian. Sudah banyak rancangan berulang-ulang. Pada 12 Maret 2021, satu serangan udara ke pemukiman sipil al-Maqbanah menewaskan 18 sipil tak bersenjata. 15 Maret, yaitu hanya berselang 3 hari setelahnya, banyak surat yang disebar ke Kongres yang menegaskan janji pantang mundur kerajaan Saudi untuk mencari jalan damai. Surat ini disebar oleh Senator Norm Coleman.
Beberapa pekan setelahnya, 7 Mei 2021, manuver udara kembali dilaksanakan ke pemukiman. 11 sipil tewas di wilayah Sarwah, provinsi Ma’rib. 11 Mei 2021 juga sepucuk surat ditebarkan oleh Hogan Lovells yang menyebut Saudi sebagai pendukung jalan keluar damai perang Yaman. Satu minggu pasca sebaran surat ini, satu agresi udara menyasar pusat kesehatan hingga menewaskan 7 warga tak berdaya.
Baca Juga : Pasca Gagal Kudeta, Saudara Raja Yordania Turun dari Kursi Pangeran
Lobi-lobi wakil Arab Saudi menyebar lembaran-lembaran informasi secara kontinu yang menorehkan hasrat kerajaan untuk merealisasikan perdamaian. Di saat serangan terus melonjak, Saudi memiliki wakil di Washington yang bertugas untuk mengarahkan.
Adapun Presiden Joe Biden, meskipun menyebut Saudi sebagai negara terisolir, telah menandatangani perjanjian penjualan senjata ke Istana lebih banyak dari negara-negara sekutu lainnya seperti Emirat.
Quincy melanjutkan bahwa Arab Saudi di tahun ketujuh perang berupaya menebar warta kebaikan mereka. Mereka bukanlah penjahat dan untuk menyukseskan riwayat ini di AS, mereka menghujani uang Washington. Namun harus dikatakan bahwa fakta sangatlah berbeda dengan yang dilobikan oleh mereka di Negeri Paman Sam.
“Uang dan lobi tidak akan mampu merubah fakta ini. Tapi mengakhiri dukungan AS atas kampanye pimpinan Saudi ini bisa dilakukan,” akhir institute Quincy.
Baca Juga : Ini Alasan Barat Asia Netral dalam Sanksi Versus Rusia Menurut Analis Inggris