Purna Warta – Sebagai suksesor Boris Johnson, Mary Elizabeth Truss memiliki banyak pekerjaan rumah di kursi perdana menteri Inggris.
Mary Elizabeth Truss atau yang biasa disebut Liz Truss baru saja terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris suksesor Boris Johnson, dan tentunya dia memiliki banyak urusan yang harus diutamakan. Di bawah ini adalah beberapa PR yang harus diselesaikannya selama menduduki kursi panas perdana menteri.
Baca Juga : Ratu Elizabeth dan Warisan Tercela Kolonialisme Inggris
Liz Truss menjadi suksesor eks PM Inggris Boris Johnson baru-baru ini. Namun dengan memperhatikan masalah besar negara, dimungkinkan Anda tidak akan terlalu terkejut melihat tanda-tanda kurang memuaskan dari dirinya saat terpilih. Mulai dari krisis terburuk sepanjang 30 tahun terakhir yang harus segera dientas hingga jasa umum. Sementara Truss menjanjikan ketidaknaikan pajak dalam upayanya memperbaiki ekonomi rakyat.
Selain itu, PM Liz Truss juga harus memimpin partai Konservatif. Satu partai yang terjangkiti perpecahan hingga titik di mana menurutnya, partai tidak memiliki jaminan untuk mendukung pendekatannya.
Biaya Hidup
Untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir, inflasi meningkat hingga di atas 10% pada bulan Juli karena harga energi yang melangit. Biaya rata-rata energi per atap rumah di Inggris naik 54% dan diprediksikan bahwa harga ini akan terus naik.
Ini adalah kabar buruk, bukan hanya untuk setiap keluarga London, tetapi juga untuk lapangan pekerjaan yang harus segera diselamatkan oleh kedaulatan Inggris karena karantina Corona kemarin. Benar-benar sebagian besar dari warga tidak mampu membayar tagihan listrik dan lainnya, sehingga tanpa bantuan pemerintah mereka akan terpaksa meliburkan usahanya.
Baca Juga : Debu 11 September Masih Berjatuhan di Atap Rumah Warga AS
Ekonomi Lemah
Salah satu pekerjaan rumah yang juga menghantui PM baru ini adalah fakta yang didasarkan pada laporan bank pusat Inggris yang menuliskan indikasi rekor kemerosotan ekonomi dalam sejarah Britania Raya. Kapasitas produksi tak murni dalam negeri dalam tiga bulan paruh kedua tahun 2022 menunjukkan penurunan 0.1%. Para analis meyakini bahwa dalam tiga bulan paruh ketiga tahun ini, rekor penurunan takkan terelakkan.
Pada hari Senin kemarin, nilai Pound mengalami penurunan hingga 0.3% di hadapan Dolar AS, pertama sejak tahun 1985 meskipun membaik setelahnya. Tapi masalah ini merupakan tanda-tanda akan masalah serius yang menjerat sumber cuan Britania Raya.
Penurunan Jasa Umum
Sepertinya semua bidang Britania Raya mengalami penurunan. Hal tersebut juga bisa dilihat dalam bidang kesehatan yang mempertontonkan antrian panjang dalam mendapatkan jasa kesehatan. Salah satu organisasi kesehatan Inggris melaporkan bahwa faktor dari krisis ini adalah pandemi Covid-19, menurunnya angka pegawai dan anggaran yang tak memadai.
Jasa sosial, sekolah, universitas serta pemerintah daerah juga mengalami masalah yang sama, yaitu pegawai serta anggaran yang tidak mencukupi.
Baca Juga : Ketika Diamnya Sayid Hasan Nasrullah Bikin Penasaran AS-Israel
Pengunduran diri
Hingga tahun ini, banyak pegawai transportasi, wartawan, wakil hukum, perawat, pegawai pos yang mengajukan pengunduran diri. Dan banyak pihak, terkhusus para pemimpin perusahaan yang mengkritik pemerintah yang tutup mata atas tuntutan mereka.
Pengunduran diri ini memiliki dampak yang merusak perkembangan ekonomi negara. Ini merupakan satu urusan yang dijanjikan oleh Liz Truss untuk segera diselesaikan di bawah program ekonominya.
Masalah Internasional
PM Liz Truss menduduki kursi perdana menteri di sela perkembangan internasional yang sangat rumit. Ukraina hingga sekarang terus diserang Rusia dan Cina mengancam Taiwan. Kerusakan yang disebabkan oleh Britania Exit telah menggerogoti kedaulatan Britania Raya.
PM Liz Truss tentu menyadari hal ini dengan baik karena jabatan sebelumnya di Kementerian Luar Negeri. Akan tetapi untuk menyelesaikan masalah ini, tentu dibutuhkan diplomasi tingkat tinggi, karena pendekatan kerasnya terhadap Eropa dan keputusan panasnya terhadap Rusia serta Cina.
Baca Juga : Aljazair: Selama Spanyol Tidak Meminta Maaf, Tidak Ada Gas
Masalah Separtai
Ancaman pasti untuk Mary Elizabeth Truss muncul dari teman separtainya di Konservatif. Suksesor Boris Johnson ini belum mengajukan programnya untuk menghadapi krisis di atas. Partner sekerjanya di Parlemen belum yakin apakah dia memiliki jalan keluar atau tidak.
Sebagian pakar menjelaskan bahwa bahkan mungkin, Liz Truss akan mengundurkan diri sebelum pemilihan depan. Jika demikian, partai Konservatif telah memperkerjakan 5 pemimpin sejak 2010.
Mary Elizabeth Truss berada di urutan kedua pada pemungutan suara pendahuluan, yaitu setelah Rishi Sunak. Banyak Wakil di Dewan Inggris yang meragukan kemampuannya di kursi ini. Hal inilah yang membuat Konservatif garis keras mundur menjauhinya.
Jika PM Liz Truss tidak mampu meyakinkan pihak-pihak dalam beberapa pekan ke depan, dia tidak akan bisa membuka buku program di Parlemen. Dan seperti yang biasa terlihat dalam 5 tahun terakhir, jika PM tidak mampu menarik pendukung, habis sudah Perdana Menteri.
Baca Juga : Eropa Alami Kekeringan Terburuk Dalam 500 Tahun