Tehran, Purna Warta – Pidato yang disampaikan oleh Pemimpin Revolusi Islam, Ayatullah Sayyid Ali Khamenei, dalam sebuah kesempatan menjadi pertanda kebangkitan Iran di tengah pergesaran geopolitik kawasan.
Ali Khamenei kembali mengunjungi haram Imam Ridha as yang megah untuk menyampaikan pidato di hari Nouruz setelah tiga tahun tidak menziarahinya dikarenakan pandemi global.
Selama periode ini, penampilannya di depan umum sangat jarang karena beliau menyampaikan pidato dengan kepatuhan ketat terhadap protokol kesehatan dan keselamatan COVID-19, yang terbukti penting dalam keberhasilan perang negara itu melawan pandemi.
Baca Juga : Pemimpin Revolusi Islam Puji Bangsa Iran atas Prestasi Besar Meskipun Hadapi Sanksi Barat
Puluhan ribu orang dari seluruh negeri berbondong-bondong ke Masyhad, baik untuk menyambut tahun baru di tempat suci Imam Syiah kedelapan maupun untuk mendengarkan pidato sang Pemimpin Revolusi Islam.
Ayatullah Khamenei, dengan tegas, menyentuh banyak masalah utama dalam pidato dua jamnya, termasuk masalah ekonomi, sanksi, kerusuhan baru-baru ini, perang hibrida, diplomasi regional, pencapaian ilmiah, poros perlawanan, perang Ukraina, petualangan mahal Amerika di wilayah tersebut, dll.
Sang pemimpin berbicara tentang rencana jahat musuh – untuk mengubah identitas Republik Islam – yang terungkap lagi selama kerusuhan baru-baru ini ketika Barat bersatu di belakang perusuh dan teroris.
Selama 44 tahun terakhir, sejak Revolusi Islam 1979, Iran telah terhuyung-huyung di bawah sanksi kejam dan kampanye tekanan lainnya dengan tujuan tunggal: mengembalikan rezim Barat di Tehran yang tunduk pada hegemon dan melayani kepentingannya di wilayah tersebut.
Tapi, demi menyambut panggilan Pemimpin Revolusi Islam, bangsa Iran yang tangguh dengan tegas menentang plot jahat ini dan menggagalkannya, seperti yang didemonstrasikan lagi selama kerusuhan baru-baru ini.
Ayatullah Khamenei mengingatkan dunia tentang bagaimana para pemimpin politik Barat, termasuk presiden Amerika Serikat, secara terbuka menghasut para perusuh di Iran dan menawarkan dukungan keuangan, bahkan militer kepada mereka untuk membuat Republik Islam Iran bertekuk lutut.
Baca Juga : Tentara Zionis Selangkah Lagi Menuju Kehancuran
Tapi langkah ambisius itu menjadi bumerang, sekali lagi, dengan cara yang sangat bisa diprediksi.
Pernyataan itu mengacu pada dukungan publik Joe Biden atas omong kosong “perubahan rezim” pada bulan November ketika ia mengatakan kepada hadirin di Los Angeles bahwa “kami akan membebaskan Iran.”
Tontonan yang dibiayai CIA sejak itu telah memudar dan terlupakan dengan hal-hal yang berjalan secara pincang, dan kembali pada keadaan normal yang membuat kecewa orang-orang yang telah menulis berita menghebohkan akan kematian Republik Islam.
Sementara hubungan Iran dengan AS dan Eropa telah memburuk sejak pecahnya kerusuhan pada bulan September tahun lalu, pemerintah Ibrahim Raisi telah memetakan arah baru bagi negara Iran untuk melanjutkan langkah maju dengan mengejar kebijakan luar negeri yang berpusat pada kawasan.
Ayatullah Khamenei, menyetujui kebijakan luar negeri pemerintah yang berwawasan ke depan, dan mengatakan bahwa hubungan Republik Islam Iran dengan tetangga Asianya telah tumbuh lebih kuat, bahkan telah berhasil memperkuat aliansi dengan negara-negara Afrika dan Amerika Latin, dan ini semua merupakan agenda utama negara tersebut.
Pemerintahan Ibrahim Raisi di Tehran secara terbuka merangkul negara-negara di kawasan itu, terutama China dan Rusia, dua kelas berat ekonomi dan militer yang ditakuti negara-negara Barat. Bersama-sama, ketiga negara tersebut dipandang sebagai blok kekuatan baru anti-Barat.
Hubungan Iran dengan negara-negara Amerika Latin, khususnya Venezuela, Brasil, dan Kuba, juga tumbuh pesat di tengah tantangan bersama yang mereka hadapi. Baru-baru ini, Iran mengirim kapal militer pertamanya ke Terusan Panama yang menjadi berita utama di seluruh dunia.
Baca Juga : Militer China Peringatkan Kapal Perang AS untuk Meninggalkan Laut China Selatan
Dalam perkembangan besar minggu lalu, Iran dan Arab Saudi setuju untuk memulihkan hubungan diplomatik setelah tujuh tahun terputus. Hal ini menjadi sambaran petir bagi para pendukung perang di kawasan bagi Washington dan Tel Aviv. Kedua belah pihak Iran dan Saudi saat ini sedang mendiskusikan pembukaan kembali misi diplomatik.
Iran juga telah menyatakan kesiapannya untuk meningkatkan hubungan diplomatiknya dengan Uni Emirat Arab, Yordania, dan Mesir, serta memulihkan hubungan dengan sekutu regional utama Riyadh, Bahrain. Perkembangan ini tentu tidak berpihak pada “orang luar” yang berusaha menggoyahkan kawasan.
Pergeseran geopolitik yang cepat ini, seperti yang dikatakan Pemimpin dalam pidatonya hari Selasa, menunjukkan bahwa upaya gigih untuk mengisolasi Republik Islam Iran telah gagal dan menjadi bumerang bagi Barat.
Bagaimanapun, hal ini telah membiarkan pintu terbuka bagi bangsa Eropa yang tidak mengikuti kebijakan Amerika Serikat secara membabi buta, sebagai tanda lain dari kebijakan luar negeri Republik Islam yang pragmatis dan realistis.
Apa yang dimaksud Ayatullah Khamenei adalah bahwa bahasa kekuatan tentu tidak bekerja dengan negara yang telah bertahan dan berkembang meskipun empat dekade perang multi-cabang.
“Selama bertahun-tahun, musuh telah dengan lantang menyatakan ingin membuat Republik Islam Iran bertekuk lutut,” katanya, mengacu pada perang hibrida. “Tapi kamu tidak bisa melakukan apa-apa.”
Baca Juga : Syuhada Palestina Pertama di Bulan Suci Ramadhan + Video
Dia juga dengan tegas menolak klaim berulang yang dibuat oleh negara-negara Barat tentang pengiriman drone Iran ke Rusia untuk digunakan dalam perang Ukraina, dan menganggap AS bertanggung jawab untuk mengobarkan api perang dan mengambil keuntungan dari kesengsaraan dan darah orang-orang Ukraina.
Otoritas Iran telah berulang kali menegaskan bahwa perang selama setahun di Ukraina harus diakhiri melalui diplomasi dan dialog, dan menolak klaim tentang pasokan drone ke Rusia.
Jadi, tegas bahwa Iran tidak akan terintimidasi atau diintimidasi oleh sanksi, yang terus meningkat setiap hari dengan berbagai dalih dan tuduhan palsu. Hanya dialog dan diplomasi yang berhasil, bukan “kampanye tekanan maksimum” yang dirancang Donald Trump
Dalam tatanan dunia baru. Dominasi Amerika Serikat akan segera berakhir dan pusat kekuatan bergeser ke pihak Asia, di sisi lain pihak Barat akan terpaksa mengakui Iran sebagai pemain utama dunia.
Baca Juga : Rusia Peringatkan Inggris Karena Mempersenjatai Ukraina dengan Amunisi Uranium
Hal tersebut mungkin bisa dijadikan kesimpulan utama dari pidato Nowruz Pemimpin Revolusi Islam tahun ini, yang akan dicatat dalam sejarah sebagai salah satu pidato paling kuat dan berpengaruh yang pernah ada.
Sayyid Zafar Mehdi adalah jurnalis, komentator politik, dan penulis yang tinggal di Tehran. Dia telah melaporkan selama lebih dari 13 tahun dari India, Afghanistan, Kashmir dan Asia Barat untuk publikasi terkemuka di seluruh dunia.