Petuah AS ke Saudi: Lakukan Apa yang Kami Lakukan di Afganistan

Petuah AS ke Saudi: Lakukan Apa yang Kami Lakukan di Afganistan

Purna Warta – Nasser Kandil, Editor surat kabar al-Binaa, menuliskan sebuah catatan mengupas situasi terbaru Yaman dan petuah AS kepada koalisi pimpinan Saudi untuk segera mengakhiri perang.

“Langkah terakhir Amerika memperlihatkan pesan Gedung Putih kepada Riyadh untuk mengambil strategi politik mereka di Afganistan, yang terpojok pada penarikan mundur,” hemat Nasser Kandil.

Petuah mencolok Amerika kepada Saudi, menurut Editor al-Binaa Lebanon, adalah lakukanlah yang kami lakukan di Afanistan. Anda tidak lebih kuat dari kami, mereka juga tidak lebih lemah dari Taliban.

Baca Juga : Khalifa Haftar dan Gaddafi Junior, Alternatif Israel di Pemilu Libya

Dengan mengutip hasil analisa beberapa institut AS tentang perang Yaman, Kandil menjelaskan, “Institut AS membangun tim khusus untuk mengupas situasi Yaman, secara khusus karena disebabkan situasi yang tak dapat dirahasiakan lagi ini. Laporan mereka meyakinkan akan kejatuhan Ma’rib ke tangan Ansarullah cepat maupun lambat. David Schenker, mantan Asisten Menlu AS, di salah satu wadah analisis dalam hal ini mengakui bahwa kontrol Ansarullah atas Ma’rib sudah dapat dipastikan. Kemudian dia mengaanggap hal ini sebagai skenario paling buruk untuk Riyadh dan Washington lalu menegaskan bahwa kekalahan perang Yaman merupakan satu kerugian dan bahaya paling besar.”

Menurut analisa Nasser Kandil, suara bulat Ma’rib telah mempengaruhi AS, Saudi bahkan Yaman sendiri. Perkembangan Ma’rib adalah bukti akan fakta lain yaitu kekalahan aliansi melawan Ansarullah.

Yang terjadi di al-Hudaidah bisa dijadikan bukti akan kekalahan versus Gerakan Muqawamah Yaman ini. Yang sebenarnya bergulir adalah hasil dari ledakan dan tawar-menawar yang menunjukkan keruntuhan koalisi. Itu merupakan buah yang tak diharapkan yang muncul dari ketakutan akan efek-efek keruntuhan medan Ma’rib. Ini satu musibah.

Baca Juga : Hello, Udah Sampai Mana Nih Penarikan Mundur AS dari Irak?

“Bagaimanapun juga dampak tersebut akan terus menjalar, ditambah lagi kontraversi Emirat dan Saudi di lapangan selatan Yaman hingga regional. Hal terbarunya adalah dijalinnya hubungan tingkat tinggi antara Emirat dan Iran serta acara kunjungan pejabat tinggi Abu Dhabi ke Tehran. Tidak seperti Saudi, Emirat menjauhkan diri dari kota-kota dan kapal-kapal Ansarullah, hal yang membuat ringkih Saudi sehingga menuduh adanya kesepakatan di balik meja,” jelasnya.

Nasser Kandil menambahkan, “Beberapa analis Amerika membandingkan situasi Yaman dengan Afganistan. Kondisi pasukan bersenjata Abdrabbuh Mansur Hadi tidak lebih baik dari pasukan Ashraf Ghani. Kebulatan niat serta kekuatan Ansarullah tidak lebih lemah dari Taliban. Sebagaimana kapasitas blockade yang disuntikkan ke Afganistan juga tidak lebih sedikit di Yaman. Meskipun ada pro dan kontra tentang penarikan mundur, Gedung Putih mengakui bahwa ini pahit, tapi tidak ada jalan keluar. Melihat situasi tak memungkinkan ini, menetap 20 tahun lagi di sana juga tidak akan merubah apapun, kecuali menguras kantong dan menambah jumlah orang meninggal.”

Sebagian pakar juga meyakini, menurut laporan al-Binaa, bahwa mungkin orang yang terakhir menggunakan kalimat ‘kosong’ tentang perang Yaman adalah Menteri George Kordahi. Dia menyebut perang yang tidak akan tamat pada kekalahan ataupun kemenangan. Karena perang ini telah berevolusi menjadi perang yang memukul si agresor. Sedangkan Saudi sudah tidak memiliki opsi mundur dan krisis kemanusiaan lebih dari sekedar pembahasan. Sebenarnya perang ini telah menciptakan satu perubahan strategi besar.

Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan

“Di medan opini media Saudi absen, namun ada getaran di beberapa jaringan al-Arabiya al-Hadath yang menanyakan Washington tentang makna kemunculan Afganistan II di laut Merah, yang menguasai Bab al-Mandeb. Sepertinya membahas perbandingan antara Afganistan dan Yaman merupakan usulan responsif Amerika Serikat, di mana Yaman akan semakin berkembang sebagai sekutu energi dan navigasi internasional. Kemudian Bab al-Mandeb yang termasuk posisi paling strategis dari selat-selat lainnya di dunia, bahkan mengalahkan Jabal al-Tariq dan Selat Hormuz sekalipun lalu menyambungkan 4 laut dan Samudera sekaligus: laut Merah, Samudera Hindia, Teluk Persia dan laut Mediterania,” tulis Kandil.

“Saudi melontarkan pertanyaan-pertanyaan dengan harapan Israel menyadari akan nihilnya stabilitas strategis neraca kekuatan dikarenakan kekalahan di Yaman yang petingginya secara transparan mendukung poros Muqawamah. Mereka harus mengamati semua hal yang bisa menekan rezim Zionis. Amerika menjawab bahwa dengan menarik mundur dari Afganistan, mereka kehilangan medan terdekat dalam persaingan dengan Iran, China dan Rusia. Tapi mereka menjaga kesematan-kesempatan permainan demi kontrol dan mencegah persekutuan Iran, China dan Rusia. Memang mereka telah membuka peluang persatuan pihak-pihak lawan di Afganistan, namun semua ini adalah perkara darurat dan bukan hal yang bisa dielakkan,” tambahnya.

Baca Juga : Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping

Di akhir analisis, ada sebuah pertanyaan. Sebenarnya apa yang akan dilakukan Amerika bersama Israel dan bagaimana Saudi akan merespon?

Ansarullah telah menegaskan bahwa mereka siap menghadapi segala kemungkinan. Tidak ada jalan selain kemenangan. Kemenangan Yaman adalah menutup opsi membakar Kawasan. Kemenangan Yaman tidak akan hanya berdampak terbatas di Sanaa, tapi ke luar batas kedaulatan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *