Purna Warta – Kawasan Barat Asia, khususnya di wilayah arab di lingkaran Teluk Persia menyaksikan gerak mulus diplomatik dalam sebulan yang lalu dan memberikan pesan positifnya kepada Iran. Menteri Luar Negeri Emirat membuka kunjungan pertama ke Suriah pasca 10 tahun. Putra Mahkota UEA juga terbang ke Turki setelah satu dekade perselisihan. Kunjungan Presiden Erdogan ke Qatar dan pertemuan Mohammed bin Salman, Putra Mahkota Saudi dengan para petinggi negara-negara Teluk Persia begitu pula kunjungan Tahnoon bin Zayed, sosok nomer satu keamanan Emirat, ke Tehran, semuanya memperlihatkan satu gerak perubahan yang setiap satu dari mereka bersiap menghadapi alur perubahan.
Di tengah selir angin diplomatis ini, media jurnalistik mengabarkan keinginan dunia Arab untuk mengurangi tensi dengan Iran. Lepas dari pendekatan ini, harus dikatakan bahwa dalam sepekan lalu, sejumlah negara Arab Teluk Persia mendeklarasikan kesiapannya untuk bekerjasama dengan Iran dengan mengirim pesan pengenyampingan perseteruan, pengembangan relasi serta kerja sama ekonomi bahkan membuka investasi langsung di Tehran terlepas dari hasil baik-buruk perundingan nuklir di Wina.
Baca Juga : 100 Hari Raisi, Gabung Blok Besar Hingga Buka Perundingan Wina dengan Wibawa
Diprediksikan bahwa karena pembuktikan keseriusan Iran dalam niatannya membangun hubungan dengan para tetangga dan basinya keuntungan politik versus Iran, beberapa negara Arab mengambil kesimpulan bahwa mereka harus menelisik kembali strategi politiknya.
Membandingkan dengan situasi 2015 lalu, detik ini negara-negara Arab tidak lagi mengumpar hasrat menggagalkan perundingan JCPOA. Kala itu dunia Arab, khususnya Saudi dan Emirat menyuarakan suara lantangnya menolak perundingan nuklir Iran bersama blok 4+1.
Tanpa basa-basi Emirat mengungkapkan bahwa sanksi Iran bukanlah jalan keluar. Kementerian Luar Negeri AS, hari Kamis (9/12), menyatakan kesiapan Gedung Putih untuk mengirim delegasi senior ke Emirat di pekan depan untuk mengaktifkan sanksi baru atas Iran.
Di hari itu juga, Anwar Gargash, Penasihat Diplomatik Emirat, menyatakan bahwa mengaktifkan sanksi tambahan kepada Iran bukanlah opsi bagus dalam perundingan nuklir dengan Iran.
Baca Juga : Kenapa AS Ingin Hancurkan Koridor Barat Daya Asia?
“Emirat berharap perundingan Wina antara Iran dan 4+1 berakhir pada hasil yang memuaskan, tapi Abu Dhabi juga berharap perundingan ini berakhir sempurna dalam perundingan regional,” tegas Anwar Gargash.
Washington Post langsung menuliskan bahwa dalam kesempatan hari kemarin, negara-negara Arab Teluk Persia, yang pernah menjadi oposisi perundingan nuklir Iran, sekarang mendukung pertemuan tersebut.
Dan secara terpisah, dunia Arab berupaya untuk menghidupkan kerja sama lebih maksimal dengan Iran.
Surat kabar kondang Amerika tersebut menelisik alasan di baliknya dengan menuliskan bahwa keraguan apakah Amerika akan menetap ataukah mundur dari Kawasan yang menjadi salah satu penyebabnya.
Baca Juga : Kemarin Donald Trump, Sekarang Emmanuel Macron Perah Sapi Susu di Teluk Persia
Karen DeYoung, sang analis Washington Post tersebut, dengan mengutip sumber di Arab menegaskan bahwa Riyadh dan Abu Dhabi merasa khawatir dan takut kegagalan keanggotaan Washington dalam resolusi 2015 berakhir pada perang AS dan Israel versus Iran. Dalam hal ini, api perang akan membakar semua Kawasan, khususnya Saudi dan Emirat.
Keraguan terhadap Amerika Serikat dan rasa bahwa mereka tidak ikut berpartisipasi dalam perhitungan AS juga menjadi salah satu faktor pendorong dunia Arab melangkah menuju ke arah Iran.
Terkait hal ini, beberapa sumber di Arab kepada Washington Post menjelaskan bahwa negara-negara regional mengupayakan hal baru dan memulainya dengan menurunkan tensi versus Iran. “Karena mereka berfikir bahwa Washington tidak lagi memperhatikan kekhawatiran mereka.”
Salah satu analis militer dan pertahanan di Emirat meyakini bahwa pemerintahan Arab mengambil keputusan untuk bertemu langsung dengan Iran dan menjaga kepentingannya.
Baca Juga : Pro-Kontra Baghdad-Centcom, Poros Muqawamah Beri Peringatan
“Mereka tidak lagi mengikatkan tali kapalnya ke Amerika, karena sepertinya kapal tersebut terus berputar dalam arah ke Iran,” jelasnya.
Satu titik lagi dari gerak halus dunia Arab ini adalah mereka pergi tanpa memperhatikan hasil negosiasi JCPOA di Wina, baik berhasil ataupun tidak.
Abdulkhaleq Abdullah, mantan Penasihat Putra Mahkota Mohammed bin Zayed, menyatakan, “Hubungan terbaru negara-negara Arab dengan Iran tidak berlangsung di bawah dorongan Amerika. Akan tetapi negara-negara Arab sendiri yang memutuskan untuk berinvestasi dalam relasi dengan Iran.”
Tanpa menyebut nama, salah satu petinggi senior Amerika kepada Washington Post mengatakan bahwa negara-negara Arab sudah siap memulai kerja sama dengan Iran di detik kematian sanksi.
Dalam laporannya ini, Washington Post tidak memberikan pengamatan lebih mendalam namun Abdel Bari Atwan, analis kondang dunia Arab di Rai al-Youm, minggu lalu mengupas masalah ini dan menuliskan bahwa kekalahan Amerika dan rezim Zionis di Kawasan dan di saat yang sama, perlawanan jerih Iran yang terus mengupayakan pembuktikan kemandulan sanksi, telah meyakinkan dunia Arab untuk menepi dari situasi yang ada.
Baca Juga : Mr. Bone-Saw, Julukan Putra Mahkota Saudi di Jalanan Washington
Abdel Bari Atwan menyebut dua kekalahan di Timteng. Pertama; kekalahan Amerika dan penarikan mundur mereka dari Afganistan. Kedua; kekalahan Israel dalam perang Gaza dan tidak efektifnya sistem pertahanan Iron Dome hingga melempar rezim Zionis dari dunia nyata dan memaksa Tel Aviv mengemis di depan Amerika untuk melibatkan Mesir menjadi penengah dengan Hamas.
“Selain itu, kekuatan Iran di Timur Tengah telah meningkat. Di ranah nuklir dan rudal canggih berkembang secara signifikan. Kemenangan di Irak, Yaman, Lebanon, Suriah dan Gaza juga tidak luput dari peran Iran,” tegas Abdel Bari Atwan.
Menurut pengamatan analis media cetakan London, Rai al-Youm tersebut, dunia Arab mengumpulkan data sana dan sini kemudian membulatkan kesimpulan bahwa bukan Amerika Serikat dan bukan pula Israel yang mampu mendukung mereka dalam tahun-tahun ke depan. Berdasarkan fakta inilah, mereka membuka pintu resolusi dan pengembangan relasi dengan Tehran di semua ranah.