Pesan Perang, Geografis dan Politik dari Operasi Jizan

Pesan Perang, Geografis dan Politik dari Operasi Jizan

Sana’a, Purna Warta – Seorang analis Yaman, Jamal Shoaib, menulis dalam sebuah artikel tentang dua operasi yang dilancarkan oleh pejuang Yaman di Jizan dengan nama “Operasi Nasr Min Allah” pada 2019 di poros Najran dan “Al-Bunyan Al-Marsus” pada tahun 2020 di Sanaa timur.

Ia menyebutkan bahwa operasi tersebut memiliki beberapa pesan geografis, politik dan pesan perang.

Kedua operasi itu, yang dilancarkan di area seluas lebih dari 2.500 kilometer persegi, menunjukkan kemampuan tentara Yaman untuk bertempur di medan perang. Para pejuang mampu menyerang infrastruktur militer para agresor dan tentara bayarannya.

Mereka mampu menaklukan manuver politik musuh yang ditujukan untuk memperkuat pemerintah Hadi sehingga memberlakukan Gencatan senjata tidak bersyarat bagi pemerintah Sana’a.

Baca Juga : Ketahanan Yaman Mampu Patahkan Upaya Koalisi Saudi

Sementara itu, perlawanan Yaman mengingatkan musuh akan kemampuan militer pejuang Yaman ketika melancarkan serangan skala besar dalam Operasi Jizan yang mampu mengirimkan drone canggih serta menembakkan rudal balistik jauh ke dalam wilayah Saudi.

Dan sekali lagi terbukti bahwa ekonomi, keamanan, militer, dan bahkan kedaulatan Arab Saudi bergantung pada penghentian agresi dan menyerahnya para penguasa Riyadh kepada kehendak dan hak rakyat Yaman untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Operasi Jizan sebenarnya adalah operasi yang menghancurkan strategi musuh supaya mereka tidak memiliki kekuatan dalam melanjutkan kejahatan dan agresi mereka.

Dalam pandangan strategi politik, operasi tersebut memaksa pencabutan rencana utusan PBB, Martin Griffiths, untuk diam-diam mendukung Saudi dan bahkan mendesaknya untuk tidak lagi menunda negosiasi untuk melindungi reputasi koalisi saudi.

Operasi tersebut juga mengungkap kebohongan pemerintah Biden terkait penghentian dukungan militer untuk koalisi dan gencatan senjata di Yaman.

Operasi Jizan menjelaskan kepada semua pihak bahwa jika pengepungan dan pengeboman terhadap Yaman dan warganya terus berlanjut, dan pihak agresor menolak untuk menarik pasukan bayarannya dari Yaman, maka keinginan semacam itu tidak akan pernah terwujud.

Baca Juga : Diserang Pasukan Yaman, Tentara Saudi Kabur Tak Berdaya + Video

Sementara itu, pertemuan Griffiths dengan para pemimpin pemerintahan Sana’a bertepatan dengan penayangan Operasi Jizan yang ternyata menguntungkan pemerintah, meskipun pemerintah Sana’a tidak berniat mengeksploitasi masalah tersebut.

Operasi itu disiarkan 48 jam setelah Griffiths bertemu dengan juru bicara Ansarullah Mohammad Abdul Salam dan 24 jam sebelum Griffiths bertemu dengan Sayyid Abdul Malik Badruddin al-Houthi.

Pada saat yang sama, para pemimpin pemerintahan Sana’a, dalam sebuah pertemuan dengan Griffiths, menyatakan penentangan mereka terhadap segala jenis tindakan agresor tentang masalah penyitaan makanan dan obat-obatan sebagai bentuk tekanan terhadap rakyat Yaman.

Pemerintah Yaman mengutuk diamnya PBB atas kelanjutan pengepungan, penutupan pelabuhan dan bandara serta penyitaan kapal yang berisi makanan dan obat-obatan serta minyak dan turunannya.

Apa yang didengar Griffiths dalam pertemuan itu dan apa yang dilihatnya dari operasi para pejuang Yaman yang menyerang pangkalan-pangkalan perbatasan Al Saud ternyata sangat mengejutkannya.

Sementara itu, terdapat dua hal harus dikemukakan.

1- Serangan pejuang Yaman di pangkalan perbatasan Saudi bukanlah hal yang baru. Misalnya, Komite Rakyat dan Angkatan Darat Yaman telah menguasai Jabal al-Dukhan pada 2009 dan al-Khuba pada 2016.

2 – Pegunungan perbatasan tempat pasukan Saudi ditempatkan, memiliki medan dan ketinggian yang sangat sulit, tetapi para pejuang Yaman menembus ke daerah-daerah ini hanya dengan berjalan kaki dan dengan senjata ringan. Sedangkan tentara Saudi, tentara Sudan dan tentara bayaran lainnya, mereka dilengkapi dengan berbagai senjata, peralatan militer, baju anti peluru dan memiliki dukungan udara terus menerus.

Baca Juga : Puluhan Pasukan Saudi Tewas dalam Serangan di Jizan

Operasi tersebut sekali lagi membuktikan bahwa tentara agresor Saudi belum memperbarui metode pertahanannya dan tidak mampu menahan serangan para pejuang Yaman. Sebagaimana yang telah dibuktikan dengan penarikan pasukannya secara berulang-ulang terhadap para pejuang Yaman.

Operasi tersebut menegaskan kembali bahwa pasukan Saudi dan tentara bayaran Sudan tidak memiliki motivasi untuk berperang, sebagaimana yang dibuktikan dengan kaburnya mereka dari serangan pejuang Yaman.

Markas Besar media perang Yaman mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa 40 pangkalan musuh di poros Jizan telah berhasil dikuasai selama operasi tersebut berlangsung.

Dan setidaknya 200 tentara Saudi dan tentara bayaran terbunuh, terluka dan ditangkap. Lebih dari 60 kendaraan lapis baja dibakar, sejumlah besar senjata, amunisi dan peralatan canggih disita oleh pejuang Yaman.

Untuk menutupi kekalahan yang memalukan ini, media koalisi agresor berpura-pura bahwa gambar dan video siaran Operasi Jizan adalah buatan. Itulah mengapa Markas Besar media Perang Yaman menyiarkan video baru operasi tersebut, termasuk gambar & video pasukan Saudi, tentara bayaran, pangkalan-pangkalan dan kendaraan, untuk mengungkap kebohongan para agresor.

Perlu dicatat bahwa yang disiarkan itu hanya sebagian dari Operasi Jizan, yang disiarkan oleh Markas Besar media Perang Yaman. Masih banyak cuplikan segmen dari operasi ini yang tidak akan disiarkan saat ini, sehingga musuh akan dikejutkan lagi oleh penayangannya di kemudian hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *