Pertarungan Turki Vs Yunani Repotkan Uni Eropa Lawan Rusia

turkivsyunani

Purna Warta – Salah satu media warta Amerika Serikat anggap indikasi pertarungan Turki versus Yunani akan merepotkan Uni Eropa melawan Rusia.

Persaingan militer antara Ankara versus Athena adalah rahasia umum. Satu sama lain saling menuduh pelanggaran perbatasan. Angkatan Bersenjata Yunani mengembangkan militernya secara signifikan, bahkan mengajukan penawaran pembelian pesawat tempur kebanggaan AS, F-35 sehingga jika terlaksana, maka militer Turki akan ketinggalan. Yunani baru saja memesan Rafale, jet tempur made in Prancis sebanyak 24 pesawat baru, 18 pesawat tempur bekas dan 3 kapal perang Paris.

Dua kedaulatan bertetangga ini saling berselisih masalah imigran. Baru-baru ini, Turki meningkatkan protes kerasnya kepada Yunani yang mengirim pasukan ke pulau-pulau di timur perairan Aegea. Sementara wilayah maritim ini harus kosong militer berdasarkan Treaty of Lausanne 1923 serta resolusi 1948 Paris.

Dikutip dari New York Times dalam analisanya memprediksikan bahwa karena inflasi dan turunnya nilai mata uang Lira, militer Turki mungkin saja menyerang Yunani secara tiba-tiba.

“Saat Recep Tayyip Erdogan, menghadapi masalah kompleks politik dan ekonomi menjelang Pemilu, Presiden Turki ini meningkatkan peringatannya ke kedaulatan Yunani. Para pakar dan Diplomat Benua Biru meyakini bahwa ada resiko perang dalam hal ini,” tulis New York Times, salah satu surat kabar kondang Washington.

Si jurnalis media AS itu meyakini bahwa pertarungan antara Turki dan Yunani akan menyulitkan Uni Eropa untuk mempertahankan persatuan dan fokus dalam menghadapi Rusia, lagi pula Turki merupakan salah satu anggota NATO. Karena Ankara mencegat diri untuk mengecam Rusia, Presiden Turki menjadi semakin dekat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Pada hari Minggu, 16/10 kemarin, Kementerian Luar Negeri Yunani meminta pemerintahan Turki untuk mundur dari klaim semua wilayah Yunani sebagai miliknya.

Greek City Times melaporkan bahwa Nikos Dendias, Menlu Yunani menyatakan bahwa Yunani tidak pernah mengklaim sejengkalpun tanah Turki dan hal ini juga diharap dilakukan oleh pihak Turki.

Menlu Yunani menuntut Turki untuk menyadari perihal ini bahwa dua kedaulatan tetangga dan sama-sama anggota NATO harus memiliki hubungan persekutuan nan langgeng.

Menurut keyakinan Dendias, ada jalan untuk menyelesaikan konflik Turki-Yunani berdasarkan aturan internasional dan hukum maritim.

“Dengan mendekatnya waktu Pemilu Turki, maka tensi pertarungan lisan tidak akan menurun dan ada kemungkinan tabrakan atau provokasi secara sengaja,” tegasnya mengingatkan.

Selain maritim, pengembangan kerja sama ekonomi dan militer Turki dan Libya juga menjadi pemanas konflik Ankara versus Athena. Dan sekarang konflik ini menekan hubungan AS dengan Turki.

“Jangan mengharap persahabatan dari kami pihak-pihak yang berupaya mendapatkan sudi Yunani dan berdiri di samping Yunani,” tegas Menlu Mevlut Cavusoglu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *