Perlawanan Kunci Lepaskan Diri dari Ekosistem Hegemoni Barat

Perlawanan Kunci Lepaskan Diri dari Ekosistem Hegemoni Barat

Purna Warta Tak diragukan lagi bahwa perlawanan adalah satu-satunya kunci untuk melepaskan diri dari ikatan dan pengaruh ekosistem hegemoni barat.

Masalah Palestina sering digambarkan sebagai masalah yang rumit oleh media arus utama. Namun akarnya dapat ditelusuri kembali ke proyek pemukiman kolonial Zionisme yang didukung oleh Barat.

Proyek ini diluncurkan oleh negara-negara Barat sekitar 100 tahun yang lalu, dipimpin oleh Inggris dan kemudian Amerika Serikat, dengan tujuan untuk mendominasi dan memusnahkan penduduk asli Palestina.

Baca Juga : Iran Serukan Tuntutan Terhadap Pejabat Israel atas Kejahatan Perang di Gaza

Negara-negara Barat ini mempunyai sejarah panjang dalam melakukan serangan gencar di seluruh dunia. Namun, apa yang tidak dapat mereka pahami adalah perlawanan yang tak henti-hentinya dan pantang menyerah dari warga Palestina.

Bahkan setelah 100 tahun, dengan segala kekuatan teknologi, material dan media yang mereka miliki, para pendukung Zionisme telah tersingkir sepenuhnya dengan cara yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober.

Lembaga think tank di Barat masih berjuang untuk memahami dinamika dan perhitungan yang menyebabkan Operasi Badai Al-Aqsa (Banjir Al-Aqsa), yang benar-benar mengejutkan Tel Aviv dan pendukungnya.

Mari kita lihat beberapa realitas kontemporer dan apa yang terungkap dari fenomena baru di Gaza, terutama dalam tujuh minggu terakhir, hingga gencatan senjata sementara.

Baca Juga : Mengenang Ilmuwan Nuklir Iran Syahid Fakhrizadeh

Logika politik Barat tidak mampu memahami dasar dari komitmen teguh terhadap perlawanan rakyat Palestina. Hal ini karena mereka jarang sekali menentang pertarungan nilai-nilai dalam sejarah mereka, sehingga perjuangan mereka untuk memahami perlawanan tersebut bukanlah suatu hal yang mengejutkan.

Perjuangan ini akan terus mereka jalani jika mereka terus melihat situasi berdasarkan persamaan material mereka yang terbatas dan beroperasi dalam paradigma pengaturan negara-bangsa yang ada.

Negara-bangsa dan aliansinya terutama didorong oleh kepentingan nasional jangka pendek dan menengah, seperti yang dirasakan dan dikejar oleh kekuatan dominan negara-negara tersebut.

Sistem politik seperti ini tidak memiliki landasan filosofis yang dapat memberikan harapan dan pengaturan yang menjamin keadilan akan ditegakkan. Filsafat politik alternatif seperti yang dikemukakan oleh Islam, yang mengutamakan keadilan global, adalah satu-satunya harapan bagi masyarakat tertindas di dunia.

Tatanan politik global saat ini dan lembaga-lembaganya tidak memadai dalam melindungi masyarakat tertindas di seluruh dunia. Negara-negara yang membentuk lembaga-lembaga ini mempunyai motif dan kepentingan berbeda yang bertentangan langsung dengan nilai-nilai dan kebutuhan mendasar manusia.

Baca Juga : Panglima Militer: Angkatan Laut Iran Memainkan Peran Utama dalam Keamanan Regional

Hal ini menggambarkan pola pikir di balik keputusan AS untuk memveto upaya yang dilakukan oleh Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan perang kemanusiaan di Gaza awal bulan ini.

Negara-negara Barat, termasuk AS, Inggris, Perancis, Kanada dan Jerman, telah membangun ekosistem kuat yang mencakup aspek militer, pendidikan, ekonomi, politik dan media.

Negara-negara ini mengeksploitasi ekosistem ini untuk membuat negara lain bergantung pada mereka demi kelangsungan hidup mereka.

Mayoritas negara di dunia saat ini beroperasi dalam ekosistem ini, yang memiliki kemampuan struktural untuk memfasilitasi agenda hegemonik kelompok global 1 persen dari mayoritas 99 persen.

Genosida di Gaza adalah contoh utama dari fenomena ini.

Baca Juga : Iran Peringatkan Rencana Israel Untuk Picu Ketegangan di Asia Barat

Ekosistem ini dapat menangani protes massal pro-Palestina di Inggris sambil mengirimkan senjata genosida yang mematikan melalui agen pengiriman utama secara langsung.

Hal ini juga dapat mengatasi kemarahan 2+ miliar populasi Muslim hingga mencapai titik tercekik dan menjadikan pemerintah masing-masing tidak relevan dan tidak efektif dalam mengambil tindakan apa pun yang berpihak pada rakyat Palestina.

Latar belakang ini membantu kita memahami mengapa negara-negara seperti Turki, Mesir dan negara-negara lain terus menjalin hubungan politik dan perdagangan dengan rezim Israel sambil mengutuk genosida yang dilakukan rezim tersebut di Gaza.

Gaza telah menunjukkan lahirnya fenomena baru yang menunjukkan bagaimana individu dan kelompok kecil dapat melepaskan diri dari cengkeraman struktural ekosistem hegemonik dan bertindak sendiri.

Front perlawanan terkoordinasi dari Irak, Suriah, Lebanon dan Yaman telah menunjukkan harapan bagi umat manusia dan masa depan cerah yang menanti rakyat tertindas di dunia.

Fenomena baru ini diperkirakan akan berkembang pesat karena sejalan dengan aspirasi 99 persen masyarakat global.

Baca Juga : Utusan PBB: Rudal Iran, Program Luar Angkasa Sepenuhnya Mematuhi Hukum Internasional

Ekosistem yang mengeksploitasi negara-negara lain yang disponsori Barat akan menghadapi lebih banyak perlawanan dan federasi politik baru yang berdasarkan keadilan bagi semua akan muncul.

Perjuangan dan pengorbanan Iran selama puluhan tahun untuk bertahan hidup di luar ekosistem yang tidak manusiawi ini telah menghasilkan model politik yang resisten dan mampu mengejar ketinggalan.

Oleh Nasir Ali Mirza

Nasir Ali Mirza adalah seorang pendidik dan pengusaha yang tinggal di Kashmir yang dikelola India.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *