Purna Warta – Jumlah korban terus meningkat akibat genosida yang dilakukan zionis Israel di Jalur Gaza, Palestina. Kementerian Kesehatan setempat pada Kamis 16/5/2024, menukil laporan CNBC, mengatakan sekitar 35.272 warga tewas dan 79.205 terluka dalam 7 bulan terakhir ini, sementara ribuan lainnya belum ditemukan.
Gaza yang kecil dan sempit, digambarkan sebagai kamp konsentrasi. Zionis menggunakan pesawat, drone, rudal, artileri berat, tank, dan senapan mesin untuk membunuh dan melukai warga yang disana. Sebagian besar senjata ini dipasok oleh Amerika. Amerika juga menanggung pengeluaran Israel dan melindungi wilayah jajahannya secara terang terangan.
Di Gaza, rumah sakit, klinik, sekolah, toko roti, apotik, perumahan dan bahkan kuburan menjadi target pemboman dan diluluhlantakkan. Di bawah pengepungan Zionis yang brutal ini, rakyat Palestina tidak mendapatkan akses obat-obatan yang sangat dibutuhkan untuk merawat mereka yang terluka. Tidak ada anestesi di rumah sakit untuk menjahit luka pasien, baik itu orang dewasa atau anak kecil. Bahkan seorang ahli bedah di rumah sakit pernah mengamputasi tubuh seorang anak tanpa anestesi.
Hingga saat ini, lebih dari 1.000 anak telah menjalani amputasi. Sebagian besar anak-anak malang Gaza itu meninggal karena rasa sakit yang tak tertahankan.
Para ibu melihat anak-anak mereka mati kelaparan di depan mata. Lebih menyayat hati, mereka tidak berdaya berbuat sesuatu untuk membantu anak-anak malang itu.
Selain obat-obatan, kelangkaan makanan begitu parah sehingga kebanyakan mereka terpaksa memakan rumput rebus.
Lewat derita kelaparan, para penjahat perang zionis dan pendukungnya memaksa rakyat Gaza untuk menyerah atau meninggalkan daerah kantong kecil tersebut. Namun masyarakat Gaza dengan tegas menolak keinginan penjajah.
Di tengah semua pembantaian, kematian dan kehancuran yang mengerikan, warga Palestina di Gaza terus melakukan perlawanan dan tetap teguh tak tergoyahkan. Pertanyaan yang kemudian muncul, apa yang memberi mereka kekuatan dan keberanian untuk melawan mesin militer terbesar dan tercanggih di dunia itu?
Bahkan, perlawanan gigih rakyat Gaza menginspirasi kebangkitan masyarakat di seluruh dunia. Bukan hanya umat Islam yang menyatakan solidaritas terhadap rakyat Palestina tapi jutaan orang kemudian mencari tahu dan mencoba memahami apa yang memotivasi perlawanan kokoh dan teguh mereka.
Apa yang memotivasi masyarakat Gaza sedemikian kokoh dan tidak gampang menyerah? Jawabannya hanya satu kata, yaitu iman.
Iman, adalah puncak tertinggi penghambaan dan serah diri totalitas seseorang kepada Allah SWT. Tidak ada penolong selain Allah, tidak ada harapan kecuali hanya kepada Allah SWT. Semua diserahkan kepada Allah, jiwanya, harta bendanya, dan seluruh yang dimiliki di pasrahkan total kepada sang Pencipta Alam Semesta. Seseorang dianggap beriman kepada Allah SWT, ketika kepercayaan dan apa yang diyakininya hanya kepada-Nya, bahkan ketika suatu peristiwa memilukan menimpa diri. Dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 208, Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam (kedamaian) secara menyeluruh dan janganlah ikuti langkah-langkah setan! Sesungguhnya ia musuh yang nyata bagimu”.
Dengan demikian, masyarakat yang beriman adalah ketika memasrahkan diri saat musibah menerpa, bersabar ketika nestapa menghantam, dan bersyukur saat menjalani episode kehidupan dengan harapan dan cita-cita. Iman,membuat seseorang tak pernah putus asa.
Masyarakat beriman akan terlepas dari hal yang tidak berguna, dan terus berupaya mendapatkan cita-citanya. Puncaknya, totalitas berpasrah diri kepada Allah dan menjiwai kemandirian kuat dalam mengambil dan menerima setiap keputusan.
Dalam surat an-Nisa ayat 125, Allah SWT berfirman: “Siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang memasrahkan dirinya kepada Allah, sedangkan dia muhsin (orang yang berbuat kebaikan) dan mengikuti agama Ibrahim yang hanif? Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai kekasih(-Nya)”.
Al-Quran mengisahkan kepada kita keteguhan para nabi yang mulia atas prinsip keimanannya. Ketika nabi Ibrahim as melawan thaghut dan tubuhnya siap dibakar, nabi Ibrahim menghadapinya dengan penuh kesabaran. Dengan tenang, ia menghadapi api dan mendapati tubuhnya tetap utuh meskipun api yang menyala-nyala membakarnya. Berkat keimanan pula, nabi Ibrahim as melihat dirinya tidak memerlukan siapa pun kecuali Allah SWT. Nabi Ibrahim yakin, bahwa apa yang dialaminya diketahui oleh Allah SWT.
Itulah gambaran yang diberikan al-Quran kepada manusia tentang kehidupan para nabi yang bersenjatakan iman dan keimanan. Derita akan mematahkan semangat jiwa-jiwa tak beriman, namun tidak bagi masyarakat Gaza. Mereka tetap tabah dan sabar dengan keimanan kepada Allah, bahkan lebih kuat dari sebelumnya.
Sebagai sampel, ada seorang anak Palestina berusia sekitar 8 atau 9 tahun. Dia kehilangan seluruh keluarganya akibat pemboman Israel, ketika ditanya: siapa yang akan menjaganya sekarang. Anak kecil itu tanpa ragu menunjuk ke langit sambil berkata, “Allah. Jika kita beriman kepada Allah, Dia bersama kita, kita tidak membutuhkan orang lain!”
Ada pula seorang ibu yang memiliki beberapa anak kecil. Ia tetap tegar meski menyaksikan rumahnya hancur menjadi puing-puing kecil akibat bom Israel. Ketika ditanya, dia tanpa ragu menjawab, “Kami tidak takut mati. Itulah (iman) yang memberi kami kekuatan.”
Apa yang terjadi dengan masyarakat Gaza adalah ujian keimanan kita semua. Rakyat Gaza telah menunjukkan jalan dan membukakan mata kita. Semua terserah kita. Menggeledah mata hati untuk larut bersama rakyat Palestina dengan keimanan, atau bergabung dengan raja-raja dan emir beriqal tanpa kemanusiaan. [mt]