Pergeseran Retorika Abu Muhammad al-Jolani: Sebuah Strategi di Balik Citra Baru Teroris

Pergeseran Retorika Abu Muhammad al-Jolani Sebuah Strategi di Balik Citra Baru Teroris

Purna Warta – Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok teroris yang berafiliasi dengan al-Qaeda, seperti Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), telah mengalami sejumlah perubahan signifikan dalam taktik dan strategi. Puncaknya, pemimpin HTS, Abu Muhammad al-Jolani, baru-baru ini menyampaikan serangkaian pernyataan bombastis yang seolah lebih moderat dan berpikiran terbuka. Pernyataannya mengenai pentingnya “kontrak sosial” dan “keadilan sosial” untuk menjaga kesatuan Suriah, serta penegasan bahwa Suriah harus tetap bersatu, menimbulkan pertanyaan: Apakah ini perubahan ideologis sejati, ataukah sekadar bagian dari strategi geopolitik yang lebih besar yang melibatkan kekuatan internasional, khususnya Turki?

1. Pergeseran Retorika: Citra Baru atau Taktik Baru?

Pernyataan al-Jolani yang menyebutkan bahwa “Suriah harus tetap bersatu” dan “keadilan sosial” harus dijamin melalui kontrak sosial yang melibatkan semua suku, menunjukkan perubahan mencolok dari posisi kelompok teroris sebelumnya yang lebih mengedepankan kekerasan dan pemecahan belah. Hal ini jelas bertentangan dengan citra keras yang melekat pada HTS, yang dikenal dengan ideologi Takfiri dan tindak kekerasan brutal.

Meskipun terdengar melankolis dan moderat, klaim ini sesungguhnya tidak mengindikasikan perubahan mendalam dalam ideologi kelompok tersebut. Al-Jolani, yang sebelumnya dikenal dengan retorika kekerasannya, kini lebih memilih berbicara tentang rekonsiliasi dan keadilan sosial, yang umumnya menjadi tema bagi kelompok-kelompok oposisi moderat. Namun, esensi dari pernyataan tersebut tetap mempertahankan pandangan yang mengutamakan kontrol teritorial dan kekuasaan yang diperoleh melalui cara-cara kekerasan.

Pernyataan-pernyataan al-Jolani tersebut kemungkinan besar adalah taktik untuk memperbaiki citra kelompoknya, baik di hadapan masyarakat Suriah yang lebih luas maupun komunitas internasional. Jika itu benar, maka perubahan gaya komunikasi ini lebih berfungsi sebagai alat untuk memperoleh dukungan politik dan diplomatik daripada perubahan ideologi yang tulus.

2. Peran Turki: Pembentukan Narasi Baru di Balik Pidato Teroris

Pergeseran ini tidak terjadi dalam ruang hampa. Bahwa perubahan dalam narasi al-Jolani kemungkinan besar dipengaruhi oleh peran aktor eksternal, terutama Turki. Dalam beberapa laporan, disebutkan bahwa Ibrahim Kalin, kepala Badan Intelijen Nasional Turki (MIT), terlibat dalam pertemuan-pertemuan dengan para pemimpin pemberontak Suriah di Damaskus. Hal ini menunjukkan bahwa Turki memainkan peran penting dalam membentuk arah strategis kelompok-kelompok ini, termasuk HTS.

Sebagai negara yang memiliki kepentingan besar di Suriah, Turki telah lama mendukung kelompok-kelompok oposisi yang menentang rezim Bashar al-Assad, serta menggunakan kelompok-kelompok Takfiri sebagai alat untuk memperkuat pengaruhnya di kawasan tersebut. Adanya bukti bahwa Turki secara langsung terlibat dalam merumuskan kebijakan kelompok-kelompok teroris ini menegaskan bahwa perubahan retorika al-Jolani kemungkinan merupakan bagian dari strategi yang lebih besar untuk memperkuat posisi Turki di Suriah.

Keterlibatan MIT dalam pembentukan strategi dan narasi HTS menunjukkan adanya upaya yang lebih sistematis dari Turki untuk membentuk politik Suriah sesuai dengan kepentingannya. Dengan mendukung kelompok seperti HTS, yang mengontrol sebagian wilayah Suriah utara, Turki ingin menciptakan blok geopolitik yang dapat menyaingi pengaruh Rusia dan Iran di kawasan tersebut.

3. Dampak pada Dinamika Keamanan dan Politik Suriah

Perubahan retorika ini membawa implikasi signifikan terhadap dinamika politik dan keamanan di Suriah. Jika HTS dan kelompok-kelompok pemberontak lainnya mampu membangun citra yang lebih moderat, hal ini bisa membuka peluang bagi mereka untuk memperoleh dukungan internasional yang lebih besar, baik dari negara-negara Barat yang tidak sepenuhnya mendukung Assad, maupun dari negara-negara yang memiliki kepentingan di Suriah.

Namun, meskipun ada perubahan dalam narasi, esensi dari kelompok-kelompok ini tidak berubah. Mereka tetap berpegang pada kekuasaan yang diperoleh melalui kekerasan dan kekuasaan yang dibangun di atas dominasi ideologis. Keputusan mereka untuk berbicara tentang keadilan sosial dan kesatuan Suriah harus dipandang dalam konteks ini: sebagai langkah taktis yang dirancang untuk mengurangi tekanan internasional dan memperoleh dukungan lebih luas, bukan sebagai tanda perubahan ideologis yang fundamental.

Bagi komunitas internasional, ini menandakan bahwa meskipun ada perubahan permukaan dalam cara kelompok ini berkomunikasi, ancaman yang mereka bawa tidak berkurang. Retorika baru ini lebih mungkin untuk memperpanjang konflik di Suriah, mengingat adanya kekuatan eksternal yang mendukung kedua belah pihak dalam persaingan geopolitik mereka.

4. Taktik Baru dalam Permainan Geopolitik

Pergeseran dalam retorika yang disampaikan oleh Abu Muhammad al-Jolani menunjukkan bahwa perubahan yang tampak di permukaan mungkin lebih bersifat taktis daripada ideologis. Dengan kata lain, al-Jolani tidak mengalami perubahan dalam keyakinannya, tetapi lebih mengadopsi narasi yang lebih dapat diterima oleh masyarakat internasional, dengan tujuan untuk memperluas dukungan politik dan mengurangi tekanan terhadap kelompoknya.

Lebih dari itu, keterlibatan Turki, melalui MIT, dalam merumuskan dan mempengaruhi narasi kelompok-kelompok teroris ini, menunjukkan bahwa perubahan ini bagian dari strategi besar untuk memperkuat posisi Turki di Suriah. Dengan memanfaatkan kelompok-kelompok pemberontak Takfiri seperti HTS, Turki berusaha menyeimbangkan pengaruh Rusia dan Iran di kawasan tersebut.

Tentu masyarakat internasional akan sangat berhati-hati dalam menilai narasi yang dibentuk oleh aktor-aktor eksternal di Suriah. Meskipun al-Jolani memoles pernyataannya lebih moderat, kita tidak boleh terjebak oleh perubahan permukaan ini. Meskipun tampaknya ada langkah menuju rekonsiliasi, kenyataannya, perubahan ini lebih didorong oleh pertimbangan politik dan strategi geopolitik yang lebih besar. [MT]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *