Purna Warta – Menyorot aktivitas media AS bisa dilihat bahwa Washington menerjunkan semua pasukannya melawan banyak negara, terkhusus Barat Asia dan lebih khusus lagi, Iran. Bagaimana mereka beraksi?
Mengaktifkan perangkat keras merupakan salah satu metode yang paling mudah dijangkau dan mereka telah menggelontorkan miliaran dolar untuk hal ini. Seperti contoh, site Newyorker, 29 Juni 2008, melaporkan bahwa George W. Bush di akhir-akhir periodenya mengajukan permohonan anggaran 400 juta dolar demi instablitas Iran dengan metode pertengkaran antar Mazhab dan etnis.
Baca Juga : Amir Abdullahian: Kongres AS Harus Keluarkan Pernyataan Politik Tentang Komitmen AS Untuk JCPOA
Namun meski demikian, metode arogan ini selalu mengalami kegagalan karena yang menjadi salah satu tonggak sistem pemerintahan Iran adalah pengetahuan atau pengenalan umum tentang intervensi dan musuh asing dalam urusan nasional negeri.
Di tengah situasi inilah, pasca kekalahan tim di pemerintahan Amerika dalam strategi arogan dengan menggunakan perangkat keras ini, Washington mulai melirik perangkat lunak. Di sela program, tersirat manipulasi istilah pengembangan demokrasi, HAM, kemajuan perempuan, penguatan organisasi sipil, organisasi kemasyarakatan dan lainnya demi menargetkan kehancuran negara-negara merdeka, salah satunya Iran.
Karena menganalisa manuver inilah, sampai-sampai William Blum, seorang sejarawan dan penulis kondang AS, menyebut program pengembangan demokrasi Gedung Putih ini dengan ‘Produk Paling Mematikan Amerika’.
Jelas bahwa organisasi ataupun asosiasi yang diterjunkan oleh Washington untuk mengerjakan tugas ini sangatlah bermacam-macam. Salah satu yang paling utamanya seperti National Endowment for Democracy, International Republican Institute dan International Center on Nonviolent Conflict. Organisasi yang paling urgen yang menadah langsung uang serta agenda Washington adalah asosiasi yang bernama United States Agency for International Development.
Baca Juga : AS-Israel Tukar Peran Emirat-Saudi di Yaman, Untuk Apa Kiranya?
Lalu bagaimana Amerika mengeksploitasi istilah-istilah menarik ini dalam perang perangkat lunaknya? Untuk menjawab hal ini, harus ditelusuri metode organisasi-organisasi ini dalam melancarkan programnya.
Apa Itu USAID?
United States Agency for International Development atau yang biasa disingkat USAID merupakan organisasi kelahiran Amerika Serikat yang bertugas untuk menyebarkan kebebasan, demokrasi dan pengembangan ekonomi di penjuru dunia. Akan tetapi, para pakar menyebut mereka dengan antek, abdi bahkan tangan kanan CIA untuk menghabisi negara-negara yang tak searah dengan politik internasional Gedung Putih.
Sebagai contoh kasus, pada tahun 2014 jurnalis Associated Press mengungkapkan bahwa USAID di balik aktifitas kemanusiaannya, bertujuan untuk menciptakan dan mengeksploitasi ketidakpuasan para generasi muda Kuba lalu menghancurkan negara ini.
Rusia pada tahun 2012, menolak keras aktifitas organisasi ini dalam usahanya menciptakan instabilitas dan goncangan politik sehingga mereka mengeluarkan hukum memblokir aktifitas mereka.
Pertama, USAID Amerika ini dibangun oleh John Kennedy pada tanggal 3 November 1961. Kemudian berubah menjadi organisasi untuk melawan Uni Soviet.
Baca Juga : Manuver Bahrain dengan Visa Emas: Menarik Investor atau Reformasi Sosial?
Pada tahun 2009, United States Agency for International Development merajut tali perjanjian dengan Kementerian Luar Negeri dan Kemenhan AS.
Target lahiriah USAID adalah hak-hak asasi manusia, memajukan kondisi kehidupan bangsa, kedokteran, kesehatan bahkan berupaya menjaga keamanan negara-negara yang terkikis krisis. Akan tetapi target terselubung mereka adalah meningkatkan hagemoni AS melalui jalan diplomasi umum di mayoritas kedaulatan dunia.
Selain itu, menganalisa aktifitas sosial, politik dan ekonomi bahkan budaya sebuah negara juga menjadi agenda tertulis organisasi internasional Amerika ini. Dan tugas itu, mereka laksanakan di lebih dari 100 negara. Dengan kata lain, melalui abdinya ini, AS menyuntikkan kepentingan-kepentingannya di dalam sosial kemasyarakatan dunia dengan metode pengintaian di bawah struktur politik mendukung kepentingan bersama.
USAID juga berupaya mengembangkan kepentingan-kepentingan negaranya di bawah program bantuan kemanusiaan di negara-negara krisis. Demi memanipulasi kondisi sosial, budaya, politik serta ekonomi berbagai masyarakat dunia, mereka menggunakan metode spionase yang dituang dalam bentuk program pendidikan, budaya bahkan kesehatan dan alam.
Baca Juga : Perjuangan Panjang Maryam Khotun, Transseksual Pertama di Iran
Dengan penyimpulan bahwa target utama USAID adalah menguatkan dan mengaktifkan NGO di bawah pengembangan sosial sipil dan berupaya menabur nilai-nilai kemasyarakatan berdasarkan pada nilai-nilai diktean Amerika Serikat.
Banyak pakar yang meyakini bahwa bantuan finansial AS untuk program ini telah menghasilkan buah yang bertolak belakang. Hal inilah yang telah mendorong Iran menggunakan istilah ini untuk menuding para aktifis sosial sipil. Bahkan sebagian aktifis enggan untuk berpartisipasi dalam program dukungan AS.
Kekhawatiran akan program pengembangan demokrasi a la Amerika ini telah membuat Iran berubah. Akan tetapi Tehran masih menerima urusan yang berhubungan dengan sipil Iran, namun tidak berkaitan dengan politik terprogram, seperti di bidang kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan alam.
Kementerian Luar Negeri AS biasanya mengkhususkan agenda serta anggaran spesial untuk mendukung program atas nama demokrasi dikte Gedung Putih ini. Dengan berbagai alasan keamanan, mereka tidak menyebut nama-nama investor. Yang jelas, anggaran tersebut dipakai oleh kantor serta pusat demokrasi, HAM bahkan Kemenlu AS untuk pertukaran budaya, diplomasi umum dan program televisi versus Iran.
Baca Juga : Konferensi Wina, Demi Keputusan Akhir atau Kepuasan Israel?