Tehran, Purna Warta – Pembicaraan Wina pertama sampai keenam telah menghasilkan tiga masalah perundingan. Logika yang digunakan oleh tim perunding Iran ketujuh di Wina mampu membalikkan posisi yang bisa menguntungkan Republik Islam Iran.
Perundingan Wina pertama hingga Wina keenam berlangsung selama kepresidenan Hasan Rouhani. Konsesi dan komitmennya telah dibuat di zaman itu, tetapi setelah pergantian pemerintahan terjadi suasana dan negosiasi menjadi berubah. Masuknya pemerintahan Iran ke dalam pembicaraan Wina merupakan proses yang menarik karena dimulai dengan catatan yang kontroversial.
Baca Juga : AS Keluar dari JCPOA Hanya Berartikan Kalah Strategi, Tidak Selainnya
Sehari sebelum dimulainya pembicaraan Iran dan P4+1 selama pemerintahan baru Republik Islam Iran pada 30 Desember 2020, Liz Terrace dan Yair Lapid, menteri luar negeri Inggris dan Zionis menulis catatan bersama di Daily Telegraf Inggris.
Kata-kata paling tajam terhadap Iran tersebut berisi: “Tapi apa tujuan kita? Tujuan yang paling penting adalah menyerang tim perunding Iran dan untuk mengganggu konsentrasi dan mengurangi kemampuan negosiasi dari suasana yang aman dan logis menjadi kondisi yang tidak kondusif dan penuh dengan ketegangan.”
Persepsi dan perhitungan mereka tentang tim baru perundingan Iran itu salah total. Mereka mengira bahwa pemerintah yang berkuasa di Iran dengan slogan-slogan revolusionernya memungkinkan akan memasuki negosiasi dengan pendekatan yang kontroversial, tetapi tim perunding Iran kenyataannya duduk di meja perundingan pada hari berikutnya dengan tenang dan cara yang berbeda.
Baca Juga : Bukan Hanya Tolak Isolasi Tehran, Emirat Juga Nafikan Opsi Militer Vs Iran
P4+1 kaget dengan inisiatif tim perunding Iran
Iran menempatkan dua rancangan di atas meja perundingan: rancangan tentang masalah nuklir dan rancangan tentang masalah terkait sanksi.
Inisiatif Iran tersebut bagi negosiator pihak lain sangat mengejutkan, dan butuh beberapa waktu bagi pihak lain untuk menganalisis Kembali pada pertemuan selanjutnya.
Apa yang terjadi dari Wina pertama ke Wina keenam ?
Enam putaran pembicaraan antara tim Iran dan P4+1 berlangsung di Wina sebelum dimulainya pemerintahan baru Republik Islam Iran. Hasil dari negosiasi ini meninggalkan tiga permasalahan yang perlu dinegosiasikan:
Pertama, permasalahan terbanyak terjadi di perundingan Wina pertama dan kedua. Permasalahan tersebut telah disepakati, ditandatangani dan dokumen dipertukarkan. Apa yang disebut dalam masalah ini sudah menjadi jelas (clean) dan final.
Kedua: Bagian kedua adalah masalah yang disepakati secara lisan atau tertulis, tetapi tidak ada dokumen yang dipertukarkan. Masalah seperti itu disebut sebagai masalah yang bersih (clean).
Baca Juga : Israel Akui Perannya dalam Teror Qasem Soleimani, Lalu Apa Dampaknya?
Ketiga: beberapa soal yang dibiarkan dan tanpa hasil; Misalnya, Iran ingin mencabut embargo sekaligus, tetapi pihak lain menerimanya dengan syarat adanya tindakan yang sesuai. Agar tidak terjadi kebuntuan, kedua belah pihak telah merangkum masalah ini bersama dan memasukkannya ke dalam masalah yang ditunda sehingga mereka dapat menyepakatinya nanti. Itulah sebabnya mereka menuliskan apa yang paling diinginkan Iran dan apa yang paling sedikit dilakukannya, begitu juga sebaliknya, apa yang paling diinginkan pihak lain dan apa yang paling tidak dilakukannya, dan memasukkannya ke dalam masalah yang ditunda dan seterusnya.
Sebagian besar dari apa yang disajikan di Wina pertama sampai keenam adalah tentang masalah ketiga, dan masalah kedua lebih banyak pada optimalisasi komitmen Iran, akan tetapi lebih sedikit diskusi mengenai pencabutan sanksi di kedua masalah tersebut.
Kondisi yang mendasar dari negosiasi Wina 1-6 adalah bahwa setelah negosiator mendapatkan gambaran situasi dan kondisi, jika semua item kesepakatan diterima oleh semua pihak, maka kesepakatan akhir akan tercapai, dan jika satu saja item tidak diterima oleh pihak tertentu, maka pihak tertentu, maka tidak ada kesepakatan apa pun.
Iran mengubah medan perundingan
Apa yang telah dilakukan oleh tim perunding 1-6 Wina menghasilkan unsur komitmen lebih dari imbalan untuk negara Iran. Hal ini dikritik serius oleh tim perunding baru, sehingga tim baru menggunakan penuh logika berpikir. Setelah pemerintah baru berkuasa di Iran dan prosedurnya telah berubah, maka segala sesuatu yang telah diclear dan di clean harus dinegosiasikan kembali dari awal.
Baca Juga : Yang Seharusnya Dilakukan Negara-Negara OKI Terkait Krisis Afganistan
Sumber pemberitaan Eropa menggambarkan situasi baru sebagai berikut: Sejak awal, pembicaraan Wina seharusnya dilanjutkan sesuai dengan rancangan enam putaran sebelumnya. Tim perunding baru Iran mengajukan dua proposal tertulis. Pihak Iran menekankan bahwa proposal mereka didasarkan pada rancangan Wina keenam, tetapi berisi amandemen dan poin baru yang mencakup 80% dari tuntutan Iran.