Purna Warta – Militan dan komite kerakyatan Sanaa sedari awal telah memenangkan pertarungan melawan pendudukan koalisi Saudi di Yaman. Koalisi Saudi telah diselimuti kecemasan. Serangan Yaman telah membongkar kelemahan Arab Saudi lewat rudal dan manuver udara ke sejumlah titik urgen Riyadh. Runtuh sudah klaim sebagai negara terkuat Timur Tengah.
Media bernama 26 September (26sep.net) dalam salah satu analisanya tertanggal 6/3/2021 menjelaskan, “Kemenangan pejuang militer dan komite kerakyatan Yaman telah memaksa para pakar untuk melontarkan opini.”
Dua analis Barat menganalisa agresi Yaman ke beberapa titik nadi Saudi. Satu manuver yang menghantam Riyadh, Jazan dan beberapa pangkalan militer di kota Abha dan Khamis Mushait dengan rudal Cruz dan balistik, 9 drone Samad-3 dan 6 drone Qasef K-2.
Menurut analis Barat tersebut, operasi ini merupakan pembuktian militan Sanaa akan transisi bertahap dan penegasan eksistensi mereka di dua medan, Ma’rib dan Jazan. Dua medan ini memiliki urgenitas tersendiri bagi gerakan resistensi.
Untuk menguasai Ma’rib, menurut mereka, butuh pada perjuangan berat. Khususnya pasca terbuktinya usulan bohong AS dan NATO untuk menghentikan arogansi.
Dikutip dari surat kabar 26 September, pakar Barat tersebut menjelaskan bahwa 85% daerah Yaman telah dikuasai oleh kekuatan Sanaa. Untuk kesekian kalinya, drone-drone mereka telah menjawab agresi udara koalisi Saudi. Dengan demikian, maka militan Yaman hanya menunggu waktu yang tepat untuk memerdekakan Ma’rib, karena motor pembebasan telah menyala. Kabilah-kabilah Sanaa telah mengikat janji, sedangkan Riyadh berusaha memilah-milah mereka.
Kisas Senin malam dan Selasa kemarin ke pelabuhan minyak Jazan, yang terletak di barat daya Saudi dengan rudal balistik, telah membuka medan perang baru. Setelah 48 jam pengkhianatan Patriot, sistem pertahanan udara Amerika yang tertanam di kedaulatan kerajaan Riyadh, angkatan udara Yaman kembali menembus langit Jazan dan bikin cacat jadwal penerbangan bandara Riyadh.
Untuk menutupi aib ini, Staf Umum koalisi Saudi langsung mengumumkan bahwa mereka berhasil mendeteksi serangan. Setelah dua hari lewat, lalu lalang video dan foto di dunia maya yang menunjukkan bahwa sistem pertahanan Riyadh tidak bisa mendeteksi dan menggagalkan serbuan rudal Sanaa.
Para pakar tersebut tidak yakin dan menurut mereka sangatlah sulit sistem pertahanan Saudi yang dibeli dari Amerika itu mendeteksi dan menghancurkan rudal balistik sejenis Dzulfiqar. Karena rudal dzulfiqar telah sukses melewati beberapa titik pertahanan udara.
Baca juga: Mantan Menteri Israel Ungkap Pergantian Putra Mahkota Saudi