Pengembangan Senjata Nuklir Di Cina Menghadapi Upaya Dominasi Amerika

Purna Warta – Langkah-langkah yang diambil Amerika Serikat di ranah global tentu tidak akan membuat Cina tinggal diam, tentu saja mereka akan mengambil tindakannya sendiri termasuk di bidang militer dan pengembangan senjata nuklir. Hal ini membuat kedua negara sama-sama rentan terhadap senjata nuklir dan akan terus berhadapan namun kenyataan inilah yang harus dihadapi oleh Amerika dengan ambisi dominasinya.

Baca juga:Politico: Keamanan Eropa Akan Runtuh Tanpa Dukungan Amerika

Dengan menjabatnya Donald Trump untuk kedua kalinya di Gedung Putih, kini Cina menjadi faktor utama dalam penentuan kebijakan-kebijakan pertahanan dan luar negeri pemerintahan pria berusia 78 tahun tersebut. Para pemimpin dunia mulai dari Tokyo, Brussels hingga Moskow dan tentu saja Beijing itu sendiri akan menantikan langkah-langkah apa yang akan diambil Trump terkait hubungan keamanan negaranya dengan Cina.

Amerika Serikat dan Cina kini berada di persimpangan dominasi kekuatan militer. Menurut Pentagon, persenjataan Cina telah berkembang secara signifikan beberapa tahun belakangan yang memicu seruan peningkatan persenjataan Amerika.  Kendati persenjataan Amerika lebih besar dari Cina, namun Washington mengungkapkan kekhawatiran bahwa peningkatan senjata Cina ini memiliki kaitan dengan strategi nuklir mereka.

Cina dikenal dengan ketertutupannya mengenai persenjataan dan strategi nuklir mereka sehingga membuat para pemegang kekuasaan di Amerika ragu-ragu sembari membuka spekulasi lebih besar.

Terkait kendali senjata antar negara, sempat ada pembicaraan kendali senjata antara Amerika Serikat, Rusia dan Cina beberapa waktu lalu di Forum Ekonomi Dunia. Di masa jabatan pertamanya Trump mencoba hal ini namun gagal.

Cina selalu menegaskan bahwa persenjataannya yang lebih kecil dibanding Amerika tidak terlalu membutuhkan transparansi  dan pembatasan. Kendati Beijing tidak mengomentari klaim bahwa Cina sedang meningkatkan suplai senjata nuklir, Juru Bicara pemerintahan terus menekankan bahwa sifat persenjataan Cina adalah defensif atau bertahan.

Cina meyakini bahwa Amerika Serikat lah yang harus memulai pembatasan persenjataan dan mengurangi peran senjata nuklir dalam strategi defensif mereka bukannya menekan negara-negara lain untuk memulai.

Hal tersebut sudah menjadi konsensu para pakar di Cina, yaitu Amerika dan Rusia lah yang harus memulai mengurangi dan membatasi persenjataan dan peran nuklir dalam pertahanan. Pentagon memperkirakan Cina memiliki sekitar 600 hulu ledak nuklir sedangkan Amerika memiliki 5.225 dan Rusia memiliki 5.580 sehingga Cina semestinya tidak diposisikan untuk bergabung dalam perjanjian kendali senjata.

Baca juga: Kremlin: Program Nuklir Iran Akan Menjadi Topik Diskusi Rusia-Amerika Berikutnya

Amerika menuduh Cina memiliki ribuan hulu ledak nuklir yang membuat mereka memaksa Cina untuk membatasi persenjataan. Klaim tersebut ditolak oleh Cina dan menyebutnya sebagai tuduhan tak berdasar.

Berkembangnya kekuatan Cina meskipun dilihat dari jumlah persenjataan nuklir yang dimiliki masih belum mendekati Amerika tetap saja membuat Negeri Paman Sam itu khawatir akan dominasi global yang dimiliki sehingga bersikeras untuk melakukan pembatasan terhadap Cina.

Di sisi lain, Amerika tidak boleh keras kepala dan harus mengakui bahwa pengembangan senjata dan senjata nuklir Cina tidak terlepas dari peran Amerika. Amerika yang terus mengembangkan kekuatan militernya tentu harus siap menjumpai negara yang juga berusaha menjadi kuat supaya tidak tertinggal. Bukannya menerima kenyataan tersebut, Amerika justru berupaya menekan pengembangan senjata Cina dengan berbagai cara.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *