Purna Warta – Di tengah serangan buta rezim Zionis ke Tepi Barat, Palestina dan adu senjata sengit versus para pemuda Palestina, salah satu Jenderal Israel mengungkapkan lepas kontrol Tel Aviv atas Tepi Barat.
Tor Wennesland, Wakil Khusus PBB untuk masalah perdamaian di Barat Asia, sambil menjelaskan jumlah martir Palestina yang sudah mencapai 100 orang lebih juga mengkritik keras kinerja rezim Zionis di wilayah Tepi Barat.
Al-Quds al-Araby dalam laporannya menuliskan bahwa pihak-pihak Israel memprotes kebijakan Tel Aviv di Tepi Barat dan mereka memperingatkan kemungkinan lepas kontrol daerah ini.
Terkait hal ini, surat kabar berbahasa Ibrani, Haaretz dalam jurnalnya menjelaskan, “Rezim telah mencatatkan rekor baru dalam pembunuhan orang-orang Palestina.”
Yitzhak Brick, salah satu Komando militer unit cadangan Israel dalam hal ini di tulisannya di Maariv menjelaskan, “Di sela operasi meredam ombak yang telah dimulai sejak musim semi dan terus berlangsung hingga sekarang dan di tengah intervensi militer di Tepi Barat yang semakin marak, akhir-akhir ini penyelidik militer dalam laporannya menuliskan bahwa pasukan Israel tidak memiliki kemampuan untuk mengoperasikan perang universal di Tepi Barat karena kondisi logistik. Dan setelah bertahun-tahun peringatan, topik ini sekarang menjadi jelas.”
Selain itu, dia juga memperingatkan penurunan kemampuan militer Israel dan menegaskan, “Pasukan ini tidak memiliki kemampuan untuk perang di segala sisi dan di berbagai medan.”
Yitzhak Brick yang terkenal dengan pendekatan pedasnya memperingatkan bahwa ketika dirinya bertugas di perekrutan tentara, dia mengakui telah menyaksikan semua yang telah dia katakan. Bahkan dirinya telah mempersiapkan satu laporan khusus nan sensitif tentang kesiapan angkatan bersenjata Zionis dan laporan tersebut telah dia serahkan kepada instansi-instansi terkait pemerintahan, seperti Kemenlu, Komisi Keamanan, Kabinet, Knesset dan Ketua Staf Umum militer.
“Hari ini juga saya masih menerima laporan dari banyak Komando senior militer dan prajurit, di mana di sana tertuliskan situasi buruk angkatan bersenjata dari segi logistik dan kondisi senjata,” ungkapnya.
Kemudian Brick menuliskan satu fakta pahit yang diungkap oleh bagian peneliti khusus pemerintahan dan menyatakan, “Di tengah pasukan cadangan ada satu instabilitas psikologis dan tanpa motivasi.”
“Penyediaan fasilitas di bidang kedokteran militer sangatlah lemah. Menu makanan sangat tidak bermutu, kapasitasnya sedikit dan tidak cukup. Kesempatan untuk latihan dan aktifitas di medan tempur untuk prajurit perempuan sangatlah sedikit dan semua hal ini merupakan situasi di pucuk gunung es pasukan bersenjata Israel,” tambahnya.
Yizhak juga mengungkapkan dalam jurnalnya, “Sejak tahun 2006 muncul satu kegagalan strategi di bidang rekonstruksi, penjagaan peralatan dan logistik, di mana dengan berjalannya waktu, tercipta satu ruang pengkhususan privasi logistik. Perkembangan masalah urgen ini telah menyebabkan lepas kontrol di situasi darurat.”
Pengakuan lepas kontrol militer Tel Aviv di Tepi Barat ini bersamaan dengan meningkatnya upaya sipil Palestina untuk melawan tentara Zionis. Terkait hal ini, Abdul Latif al-Qanuk, Jubir Hamas pada tanggal 3 Oktober kemarin menyatakan, “Operasi senjata di berbagai titik Tepi Barat merupakan reaksi masyarakat dan aksi pembalasan mereka dalam merespon aksi Zionis menyeruduk Masjid al-Aqsa dan provokasi mereka.”
5/10 kemarin, angkatan bersenjata Israel mengakui bahwa dalam konflik yang terjadi di Rabu malam di bagian timur Nablus, ada dua prajurit Zionis yang terluka.
Sementara beberapa hari setelahnya, tepatnya di tanggal 8 Oktober kembali militer Israel menyerang kota Jenin dengan target menangkap salah satu pejuang Palestina, namun menghadapi perlawanan kukuh sipil al-Quds.
Dalam serangan ini, pemuda Palestina menghancurkan satu kendaraan militer Zionis dan menggulingkannya sehingga melukai prajurit yang ada di dalam kendaraan, bahkan satu meninggal dunia. Menurut penuturan Garda Muqawamah Jenin, serangan membabibuta kami berhasil menggulingkan kendaraan militer Zionis.