Beirut, Purna Warta – Banyak pihak dalam negeri Lebanon yang meyakini penembakan berdarah di wilayah selatan Beirut bukan satu insiden biasa. Akan tetapi itu adalah peristiwa terskenariokan dan merupakan bencana yang sangat berbahaya.
Penembakan pada Minggu (1/8), di acara pengiringan jenazah anggota Hizbullah, yang meninggal karena teror, Ali Shibli, di Khalde, telah memakan korban 4 nyawa dan melukai 10 sipil lainnya.
Baca Juga : Penembakan di Khalde, PM Lebanon: Jangan Beri Kesempatan Pemfitnah
Insiden berdarah ini terjadi di tengah upaya Beirut membentuk pemerintahan, dengan kata lain kosong pemerintahan. Najib Mikati baru saja ditunjuk bertugas menyusun Kabinet.
Hizbullah menanggapi peristiwa yang meranggut nyawa salah satu anggotanya ini dan menegaskan bahwa para pengiring jenazah Ali Shibli berada dalam rentetan senjata yang terencana.
Secepat mungkin, Hizbullah menuntut, pemerintah menangkap para pembunuh dan menghakiminya.
Ali Shibli adalah anggota Hizbullah yang meninggal dalam satu teror pembunuhan di salah satu acara pernikahan. Media-media Lebanon melaporkan terkait aksi berdarah ini bahwa si pelaku bernama Ahmed Zaher Ghosn yang merupakan anggota salah satu kabilah Arab wilayah Khalde.
Al-Akhbar melaporkan, “Kabilah ini menuduh Ali Shibli telah membunuh saudara Ahmed Zaher Ghosn setahun yang lalu karena perselisihan spanduk Asyura”.
Berdasarkan hal ini, sebagian media Beirut menganggap peristiwa teror Ali Shibli sebagai balas dendam. Akan tetapi ada pula wacana serta pendekatan berbeda dan menyebut bahwa ini adalah satu propaganda atau fitnah sistematik dan sebuah skenario.
Baca Juga : Kekerasan Taliban Meningkat, AS Perluas Program Pengungsi Afghanistan
Al-Akhbar dalam hal ini menuliskan bahwa pertumpahan darah tak berdosa di Khalde telah membakar api. Peristiwa Khalde bukan satu insiden biasa, tetapi itu adalah skenario tangan tak kasat mata.
“Ini bukan hanya satu aksi balas dendam, karena hukum Kabilah menyebutkan bahwa dengan tumpahnya darah lawan, maka selesai urusan. Tapi peristiwa kemarin bertujuan membakar api fitnah Syiah-Sunni,” hemat al-Akhbar mengamati.
Salah satu jurnalis media al-Jadeed Lebanon menuliskan bahwa yang terjadi kemarin bukanlah aksi balas dendam. Karena secara hukum Kabilah, dengan pembunuhan Ali Shibli, maka urusan telah selesai.
“Yang terjadi di Khalde adalah satu lonceng bahaya yang tak terprediksikan di Beirut,” tulis al-Jadeed.
Partai Amal pimpinan Nabih Berri, dalam salah satu tanggapannya, menyatakan, “Ini adalah propaganda dan kami peringatkan semua pihak untuk berhati-hati.”
Baca Juga : Yaman: Kami Memiliki Banyak Kejutan untuk Koalisi Saudi
Al-Manar, salah satu surat kabar kondang Timteng, melaporkan pernyataan partai pimpinan Nabih Berri dan memberitakan bahwa partai tersebut menuntut militer bersama pasukan keamanan berupaya untuk mengembalikan situasi ke semula.
Salah satu anggota fraksi Hizbullah di Parlemen kepada surat kabar al-Jadeed menyatakan, “Yang berlalu di Khalde adalah aksi kelompok-kelompok kecil yang bisa kami ungkap sampai ke akar-akarnya dalam waktu 5 menit. Namun kami lebih mengedepankan tindakan melalui tangan pemerintah.”
“Kami berada di tengah peristiwa besar yang sangat-sangat berbahaya dan ini bukan hanya mengincar Hizbullah,” tambahnya kepada media al-Jadeed.
“Hizbullah tidak mengambil tugas pengamanan acara pengiringan jenazah. Hizbullah menyerahkannya ke pemerintah. Seandainya masalah keamanan ada di pundak Hizbullah, para pelaku penembakan tahu apa yang akan terjadi,” tegasnya dan menambahkan bahwa pemerintah harus turun tangan secepatnya, jika tidak, kontrol akan lepas.
Baca Juga : Hizbullah Lebanon Tanggapi Insiden dalam Pengiringan Jenazah Anggotanya
Pasca peristiwa berdarah, militer langsung terjun ke Khalde. Mereka memeriksa kendaraan-kendaraan. Bahkan militer mengabarkan penangkapan salah satu pelaku penembakan.