Purna Warta – Pemilu ke-4 dalam waktu kurang dari 2 tahun di Israel baru saja berakhir. Pemilu parlemen telah dilangsungkan pada tanggal 23 Maret 2021 dan 13 partai berhasil memasuki gedung Parlemen Knesset.
Presiden rezim Zionis, Reuven Rivlin, pada tanggal 5 April mengadakan pertemuan dengan wakil 13 partai pemenang membahas kandidat Perdana Menteri di antara para anggota Knesset. Selasa, 6 April 2021, Presiden Rivlin kembali menunjuk Benjamin Netanyahu bertugas untuk membangun Kabinet baru.
Penurunan Jumlah Suara
Hasil penghitungan pertama memperlihatkan bahwa penurunan pengikutserta Pemilu, dari 71% pada pemilihan 2020 hingga 67.44% pada tahun 2021. Penurunan ini sebanding dengan 179 ribu person tidak meramaikan pemilihan umum.
Penurunan partisipan warga Arab mukim Israel dari 66% 2020 menjadi 44-45% pada bulan Maret 2021. Sementara penurunan jumlah partisipan warga Yahudi turun hingga 0.7%.
Kursi Knesset yang Dikuasai Sayap Kanan Ekstrim
Pemilu terakhir rezim Zionis berakhir pada pembentukan 7 aliansi Parlemen, yang memiliki asas sayap Kanan. Secara keseluruhan, kursi-kursi mereka berjumlah 72. Sementara pada tahun 2020 lalu, mereka hanya meraih 65 kursi.
72 kursi ini terbagi sebagai berikut: partai Likud pimpinan Benjamin Netanyahu meraih 30 kursi. Partai Shas pimpinan Aryeh Deri meraih 9 kursi. Partai Yudaisme Taurat pimpinan Jacob Liezman meraih 7 kursi. Partai Yamina (Rumah Yahudi) pimpinan Naftalli Bennet juga meraih 7 kursi. Partai Zionis Agama (Religious Zionist) pimpinan Bezalel Smotrich meraih 6 kursi. Yisrael Beiteinu party pimpinan Avigdor Lieberman meraih 7 kursi dan partai New Hope pimpinan Gideon Sa’ar mendapatkan 6 kursi.
Dalam Pemilu kali ini, partai Likud kehilangan ribuan suara, meskipun mereka meraih 11 ribu suara lebih dari warga Arab mukim Palestina Pendudukan.
Sedangkan koalisi partai sayap Kanan ekstrim, Yamina dan Religious Zionist, mengalami kenaikan jumlah suara raihan. Secara keseluruhan raihan suara koalisi ini naik dua kali lipat, dari 241 ribu suara pada Pemilu 2020 menjadi sekitar setengah juta suara pada Pemilu tahun ini.
Partai Harapan Baru (New Hope) meraih 209 suara. Statistik yang didapat partai Yisrael Beiteinu naik 15 ribu suara raihan. Sedangkan partai-partai Yahudi Haredi mendapatkan jumlah suara tak lebih dari 63 ribu.
Kerugian Yahudi Haredi
Koalisi dua partai, Shas dan Yudaisme Taurat, blok Yahudi Haredi hanya meraih 63 ribu suara: 37 ribu milik Shas dan 26 ribu suara milik Yudaisme Taurat. Namun karena penurunan jumlah partisipan secara universal, jadi mereka bisa dianggap mampu mempertahankan jumlah suaranya.
Sepertiga Kursi Parlemen Milik Dua Partai, Buruh dan Meretz
Hasil penghitungan suara rezim Zionis, selain membuktikan instabilitas politik, juga memperlihatkan gejolak lain dalam tubuh Zionis. Salah satunya mereka kehilangan 314 suara, yang pernah didapatkan oleh koalisi Biru-Putih pada Pemilu Maret 2020.
Pada Pemilu Maret 2021 ini, koalisi partai Yesh Atid dan partai Biru Putih kehilangan 314 suara. Dengan demikian mereka telah kehilangan 8 kursi Knesset. Partai Yehs Atid meraih 17 kursi, sedangkan Biru Putih meraih 8 kursi. Jika dijumlahkan, mereka meraih 25 kursi, sedangkan di Pemilu tahun 2020, mereka meraih 33 kursi.
Bisa dikatakan bahwa sepertiga suara dihasilkan oleh koalisi dua partai, Buruh dan Meretz. Dua partai ini bersatu sejak Pemilu 2020. Dan sekarang mereka sukses meraih 267 suara. Pada Pemilu Maret 2020, mereka meraih 6 kursi, sedangkan pada Pemilu tahun ini, raihan kursi mereka naik 13 kursi: 7 kursi partai Buruh dan 6 kursi partai Meretz.
Dapat disimpulkan bahwa penurunan jumlah partisipan Arab mukim Israel telah mengakibatkan peningkatan jumlah suara raihan sayap Kanan. Seandainya mereka aktif seperti Pemilu 2020, tentu jumlah raihan suara akan sangat berbeda.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memiliki waktu 28 hari untuk menyusun Kabinet. Jika tidak mampu dalam tempo 4 mingguan ini, PM bisa mengajukan permohonan perpanjangan hingga 14 hari.