Beirut, Purna Warta – Michel Aoun, Presiden Lebanon, akhirnya menandatangani Kabinet susunan PM Najib Mikati pada hari Jumat, 10/9. Setelah satu tahun satu bulan, pemerintah baru Lebanon terbentuk.
Salah satu surat kabar analisis Lebanon, El Nashra, dalam salah satu catatannya hari Sabtu, 11/9, menuliskan, “Ketika Saad Hariri mengambil keputusan undur diri dari tugas penyusunan Kabinet, (dia) tidak pernah berfikir akan ada kesempatan lain bagi pihak Ahlu Sunnah selainnya. Secara khusus pasca dirinya tak juga berhasil dalam kurun waktu 9 bulan untuk mendapatkan lampu hijau asing. Sebelumnya, Hariri telah membakar nama-nama pihak yang mendaftarkan diri untuk menduduki kursi Perdana Menteri, akan tetapi hal ini tidak berlaku pada Najib Mikati. Karena Najib Mikati tidak menerima tugas ini kecuali mendapatkan jaminan-jaminan dalam upaya penyusunan Kabinet.”
Baca Juga : Rincian Operasi Skala Besar Angkatan Bersenjata Yaman Lawan Koalisi Saudi
Di tengah masa pembentukan Kabinet oleh Najib Mikati, Saad Hariri terus menunggu kegagalannya demi membuktikan kemustahilan mencapai kesepakatan dengan Presiden Michel Aoun, khususnya pasca dirinya memutuskan untuk kampanye versus partai Gerakan Patriot Pembebasan (pimpinan Michel Aoun) dan tuntutan mundur Presiden pasca insiden ledakan di Akkar.
“Situasi regional dan internasional saat ini mendukung tugas Najib Mikati. Setelah perseteruan AS-Iran di Lebanon menguak, terbuktikan bahwa setelah Lebanon memutuskan membeli minyak dari Iran, Amerika mulai mundur dari Beirut sedikit demi sedikit. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa semakin besar tekanan ke Lebanon, Iran akan semakin menancapkan hegemoninya melalui garis ekonomi,” tambah El Nashra.
Selain hal ini, situasi dalam negeri Lebanon juga menjadi saksi beberapa perubahan. Paling tampaknya adalah dampak terjun bebasnya sisi keuangan, ekonomi dan sosial yang bisa saja berakhir pada ledakan keamanan. Dan pihak siapapun tidak menantikan hal ini.
Baca Juga : Pelabuhan Al-Mukha di Yaman Barat Jadi Sasaran Rudal
“Dalam permainan ini, yang diminta Mikati dari Michel Aoun atau sebaliknya akan cepat terealisasi meskipun Saad Hariri yang menjadi Perdana Menteri. Akan tetapi persoalan akhirnya berkaitan dengan efek dan pesan politik setelah pembentukan Kabinet baru terhadap sosok Saad Hariri. Karena dia tidak mampu membuat perbedaan, apalagi dia tidak memiliki wakil di Kabinet kecuali hanya satu. Bahkan dimungkinkan pula dia kehilangan kartu kemenangan dalam Pemilu Parlemen,” hemat El Nashra.
“Pemilihan Umum Parlemen tidak akan mudah bagi Saad Hariri,” demikian El Nashra mengkalkulasi. Karena dalam analisis pengamat El Nashra, Saad Hariri akan memasuki medan tempur tanpa jabatan PM dan tanpa berada di baris oposisi. Saad Hariri telah kehilangan ‘kartu layanan’ dan ‘gerak versus Hizbullah’ yang selalu dijadikan kunci kemenangan dalam setiap Pemilu. Hizbullah yang berdiri menemani partai Amal dan mendukungnya di setiap saat.
“Setiap kesuksesan dalam pemerintahan baru merupakan pukulan telak kepada Saad Hariri. Dan Najib Mikati mengetahui bagaimana mengeksploitasi hal ini di wilayah Utara Lebanon di tingkat masyarakat. Dan masalah lebih besar bagi Saad Hariri adalah janji-janji Najib Mikati hanya memberikan sedikit celah bagi Saad Hariri untuk kembali ke tampuk Perdana Menteri,” tulis El Nashra menelisik.
Baca Juga : Demonstrasi Yaman Kutuk Kejahatan Para Agresor
Di akhir, website analisis Lebanon tersebut menuliskan catatan bahwa partai Future Movement (pimpinan Saad Hariri) adalah pihak yang kalah dalam sukses pembentukan Kabinet Lebanon. Satu hal yang akan menyulitkan mereka dalam Pemilu Parlemen mendatang. Dalam Pemilu depan, partai Gerakan Masa Depan akan bertarung tanpa dukungan regional, politik ataupun kartu layanan.