Pawai Bendera di Yerusalem: Siapa yang Menang? Israel atau Palestina?

Pawai Bendera di Yerusalem: Siapa yang Menang? Israel atau Palestina?

Purna Warta Pemerintah pendudukan Israel, kelompok oposisi dan para pemukim Yahudi sayap kanan ekstrim semuanya ikut andil dalam pawai bendera beberapa hari terakhir di Yerusalem.

Aksi itu sangat provokatif dan menyebabkan pergolakan besar ketika para peserta pawai melewati area Muslim di Kota Tua Yerusalem yang diduduki. Para pemukim telah melakukan pawai semacam itu sejak 1967 untuk merayakan pendudukan Israel atas Yerusalem Timur.

Baca Juga : Joe Biden Menuju Saudi; Apa yang Dia Inginkan dari Bin Salman?

Pemerintah Israel yang dipimpin oleh Naftali Bennett dengan jelas menampilkan kebijakan rasisme terbuka yang aneh untuk menunjukkan kedaulatannya atas kota suci dan membuktikan bahwa Israel masih memiliki faktor pencegah terhadap perlawanan Palestina.

Pemimpin oposisi Benjamin Netanyahu, yang partai Likudnya memiliki jumlah kursi terbesar di Knesset, berusaha memanfaatkan peristiwa itu untuk memicu insiden yang bisa jadi akan merusak citra pemerintahan Bennett.

Para pemukim ekstremis di sisi lain bersikeras mengambil rute yang mereka usulkan untuk pawai dan menolak arahan lain yang mendesak untuk mengubahnya. Mereka bersikeras bahwa pawai harus berjalan sesuai dengan rencana mereka untuk membuktikan kedaulatan Israel atas kota suci yang diduduki.

Baca Juga : Benarkah Pemimpin Tertinggi Iran Memiliki Kekayaan Pribadi 200 Milyar Dollar AS?

Bennett dan perwira senior militer bersikeras bahwa pawai bisa terus berlanjut meskipun ada peringatan dari veteran militer dan politik, serta peringatan oleh kelompok perlawanan Palestina yang mengatakan akan merespons aksi Israel.

“Jika kami tidak melakukannya melalui rute normal, kami secara efektif tidak akan pernah bisa kembali ke sana. Itu bisa menjadi penarikan kedaulatan,” kata Bennett. “Kami membuktikan bahwa Negara Israel bertindak berdasarkan apa yang benar dan bukan berdasarkan ancaman.

Netanyahu mendorong partisipasi dua kelompok Yahudi Israel yang fanatik, La Familia dan Lehava, yang telah dikaitkan dengan kasus kekerasan terhadap orang Arab di Israel dan Tepi Barat yang diduduki selama beberapa tahun.

Pemerintah mengerahkan ribuan polisi militer untuk menjaga pawai tetap berjalan tanpa pelanggaran dan memastikan bahwa para pemukim tidak akan memprovokasi warga Palestina agar tidak memicu tanggapan dari kelompok perlawanan, atau memicu kritik internasional.

Baca Juga : Detail 10 Kesepakatan dalam Konferensi Putaran ke-4 Para Oposisi Erdogan

Meski demikian, Netanyahu memastikan bahwa beberapa anggota kelompok Yahudi paling ekstrem memang memprovokasi dan menyerang warga Palestina kemudian melakukan ritual keagamaan mereka di Masjid Al-Aqsha.

Apakah Pawai Bendera “membuktikan” kedaulatan Israel, seperti yang diklaim Bennett? Bagaimanapun, para pemukim membutuhkan ribuan personel keamanan dan jam malam untuk melindungi mereka di sepanjang rute.

Tak satu pun dari mereka akan berani mengibarkan bendera Israel dan berjalan di sepanjang rute mereka sendiri tanpa pengawasan aparat keamanan, meskipun pembatasan sudah diberlakukan pada orang-orang Palestina.

Para pemukim Yahudi berkumpul di Yerusalem di Gerbang Damaskus selama berjam-jam dan kemudian pulang, sementara orang-orang Palestina, meskipun sejumlah besar polisi pendudukan Israel dikerahkan untuk menangani mereka, mengibarkan bendera mereka dan masih ada di sana meskipun ada banyak polisi. Apa artinya kedaulatan jika negara tidak mampu mengendalikannya?

Baca Juga : Ini Alasan Iran Sita Dua Kapal Tanker Yunani

Menurut Amichai Attali, reporter urusan parlementer Yedioth Ahronoth “Tidak ada kedaulatan di Yerusalem selama era Naftali Bennett. Tidak ada kedaulatan seperti itu di bawah Netanyahu, Olmert, Sharon atau semua pendahulu mereka. Karena para pemimpin tidak berani membuat keputusan, Yerusalem tidak pernah bersatu.”

Terlebih lagi, setiap faktor pencegahan yang mungkin dimiliki Israel telah lama menghilang. Kehadiran polisi yang ketat, jam malam dan pembatasan pergerakan Palestina adalah bukti dari fakta itu. Seperti penyebaran sistem pertahanan rudal Iron Dome di seluruh negara pendudukan jika kelompok perlawanan menanggapi provokasi dan rasisme anti-Arab dari para pengunjuk rasa.

Koresponden militer untuk Saluran 13 Israel melaporkan bahwa tentara disembunyikan di sepanjang pagar perbatasan dengan Jalur Gaza dan kendaraan militer kosong diparkir di tempat-tempat terbuka untuk menarik tembakan dari orang-orang Palestina, membuat tanggapan apa pun dari orang-orang Gaza tidak efektif. Inikah yang dimaksud alat-alat pencegahan Israel?

Kelompok perlawanan Palestina mungkin belum menanggapi pelanggaran Israel di Yerusalem dan Pawai Bendera. “Perlawanan akan memutuskan bagaimana dan kapan harus merespons sesuai dengan informasi yang dimilikinya dan pada waktu yang tepat,” kata juru bicara Hamas untuk urusan Yerusalem Mohammad Hamada.

Baca Juga : Perpanjangan Genjatan Senjata Yaman; Perundingan Yordania Buntu

Kita juga tahu bahwa Israel mengirim mediator Qatar, Mesir dan PBB untuk meminta pemimpin Hamas Ismail Haniyeh untuk mengatakan bahwa gerakan itu tidak akan merespon dan kedua belah pihak bisa kembali ke kehidupan normal. Penasihat medianya menunjukkan bahwa Haniyeh menolak semua permintaan tersebut.

Hasutan Netanyahu terhadap kaum fanatik dan ekstrim gagal mencapai tujuannya. Tentunya ia saat ini merasa sangat kecewa. Kekecewaan itu ditambah lagi dengan pernyataan Menteri Pertahanan (baca: Meteri Perang) Israel Benny Gantz yang ingin menempatkan kelompok La Familia dan Lehava dalam daftar organisasi teroris.

Sejauh yang saya bisa pahami, para penyelenggara Pawai Bendera telah menelan kekalahan. Sebab mereka gagal menunjukkan kedaulatan Israel atas Yerusalem. Begitu pula para politisi Israel yang berencana mengambil ikan dari air keruh demi kepentingan politik mereka.

Baca Juga : Demonstrasi Bendera, Apakah Satu Deklrasi Perang di Hari Minggu?

Pemenangnya adalah orang-orang Yerusalem Palestina. Mereka berhasil menunjukkan lagi kepada dunia tentang penderitaan mereka di bawah “negara” pendudukan apartheid neo-fasis. Pemenang kedua adalah orang-orang Palestina di Gaza dan kelompok-kelompok perlawanan. Sebab mereka telah mengambil keputusan yang bijaksana untuk menghindari serangan terhadap Israel. Sebab Israel pasti sudah sangat mempersiapkan serangan balasan terhadap Gaza.

 

Tulisan ini disadur dari artikel Motasem A Dalloul di situs Middle East Monitor yang diterbitkan pada 1 Juni 2022

Pandangan yang diungkapkan dalam artikel ini adalah milik penulis dan tidak mencerminkan kebijakan editorial Purna Warta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *