Purna Warta – Operasi pembebasan Ma’rib semakin menyempurna dalam beberapa hari terakhir. Pasukan militer dan Komite Kerakyatan Yaman telah membebaskan sisa-sisa wilayah pendudukan untuk mengontrol Ma’rib secara keseluruhan.
Menurut laporan YNP (Yemen News Portal) tertanggal 3/8, disebutkan bahwa pasukan pemerintah Sanaa menargetkan kontrol pusat politik dan militer pemerintah Mansur Hadi di kota Ma’rib dengan serangan artileri dan rudal.
Mengutip dari YNP, koalisi Saudi dan partai Ikhwan al-Islah tidak mampu mencegah pasukan dan para petinggi Kabilah provinsi Ma’rib yang mau bergabung dengan pasukan Ansarullah. Pemerintah Sanaa juga menyambut mereka dengan tangan terbuka, bahkan memaparkan beberapa opsi dan pilihan untuk mengakhiri perang, yang terbarunya dijelaskan oleh Abdul Malik al-Houthi. Abdul Malik bertujuan untuk menjauhkan konfrontasi dari kota al-Atika.
Menurut analisa jurnalis Yemen News Portal, laporan beberapa media dan pihak koalisi Saudi tentang pertahanan koalisi di kota Ma’rib tidaklah jelas dan hanya klaim belaka. Adu senjata secara keseluruhan memihak pasukan Sanaa dan sebagian besar wilayah di provinsi-provinsi ini, bahkan basis dan pusat militer koalisi Saudi telah jatuh ke tangan militer dan komite kerakyatan Yaman. Pasukan pemerintah Sanaa juga bertebaran di mana-mana dengan kendaraan militer. Sejumlah besar pasukan juga berada di beberapa pinggiran kota dan sesaat lagi mereka akan mencapai jantung militer dan politik pemerintah Mansur Hadi di kota Ma’rib. Mereka hanya berjarak kurang dari 3 km dari kota Ma’rib.
Analisis YNP menunjukkan bahwa pembebasan kota Ma’rib oleh pasukan pemerintah Sanaa bisa disebut sebagai pemukulan paku terakhir ke jantung pemerintah Mansur Hadi. Urgennya kota Ma’rib bukan hanya dikarenakan evolusinya menjadi nadi militer dan politik Mansur Hadi, akan tetapi arti pembebasan Ma’rib memiliki sisi yang luas dan penting.
Kembalinya kota Ma’rib ke kontrol pemerintah Sanaa akan memotong tangan koalisi Saudi dari sumber paling kaya di Yaman. Satu sumber yang telah lama menjamin kerja pelengkapan militer dan pasukan untuk kelanjutan perang. Jika sumber tersebut lepas kontrol, bisa dikatakan bahwa ini adalah langkah besar dalam upaya mengakhiri perang di tahun ke-7 ini. Penduduk Yaman akan menemukan kembali harapan dan impian untuk mendapatkan kembali bayaran dan menjalani keseharian seperti biasa.
Dalam lanjutan analisisnya, YNP melaporkan bahwa pendapatan hasil dari minyak Ma’rib ke kantong-kantong tertentu dan antek Riyadh merupakan satu pencemaran. Di satu waktu, di periode Bin Dagher (Perdana Menteri Ahmad Obaid bin Dagher) pada Agustus 2018, Sultan al-Arada, Gubernur Ma’rib, tidak mau mentransfer pendapatan provinsi Ma’rib ke bank pusat pemerintah Mansur Hadi di Aden. Semua melihat bagaimana kekayaan provinsi ini raib.
Pendapatan minyak dan gas Ma’rib setiap harinya bisa mencapai 1 miliyar 800 juta riyal Yaman. Secara kasar perbulannya mencapai angka 54 miliyar riyal. Pendapatan ini lain dari pemasukan dari pajak.
Di sisi lain, pembebasan Ma’rib akan menyebabkan lepas kontrol pemerintah Mansur Hadi. Sedangkan militer Dewan Transisi Selatan lebih condong bergerak ke daerah selatan. Hal ini didasarkan pada pernyataan Aidarus al-Zoubaidi dalam wawancaranya dengan surat kabar Inggris, The Guardian bahwa Dewan Transisi Selatan siap berunding dengan pasukan Sanaa jika Ma’rib telah lepas dari pemerintah Mansur Hadi.