Tel Aviv, Purna Warta – Partai yang dipimpin oleh Naftali Bennett, Yamina membentuk koalisi dengan Derech Eretz dan cenderung akan mendukung Likud di pemilu November 2022. Koalisi yang bernama Spirit Zionis itu dibentuk di bawah kepemimpinan Ayelet Shaked, asisten Bennett di Yamina. Hal ini dikarenakan Bennett mundur dari kancah politik pasca koalisinya dengan Lapid bubar dan ia turun dari jabatan Perdana Menteri.
Sebelumnya, Yamina berhasil meraup 6 kursi di Knesset pada pemilu Maret 2021 lalu. Namun survei menunjukkan bahwa Yamina telah kehilangan pendukungnya dan diprediksi tidak akan mampu menembus Knesset. Setelah membentuk koalisi Spirit Zionis, Yamina-Derech Eretz diprediksi mampu meraup 4 kursi di Knesset.
Baca Juga : Bin Salman dan Target Kunjungannya ke Yunani
4 kursi tersebut sangat krusial mengingat koalisi-koalisi besar hanya kurang 2 atau 3 kursi saja untuk mencapai mayoritas (61 kursi) pada pemilu-pemilu sebelumnya. Sama halnya dengan koalisi Arab yang berhasil memenangkan koalisi Bennett-Lapid atas Netanyahu pada pemilu Maret 2021 hanya dengan beda beberapa kursi.
Kali ini, media rezim Zionis memprediksi koalisi Spirit Zionis akan menjadi Kingmaker pada November 2022 sebagaimana koalisi Arab pada Maret 2021. Siasat yang diterapkan oleh koalisi ini bersifat terbuka dan ‘siap bergabung dengan siapa saja’ termasuk partai Likud yang dipimpin Benjamin Netanyahu.
Data menunjukkan bahwa suara-suara Partai yang dipimpin oleh Naftali Bennett berpindah ke Likud, Kahol Lavan dan Religious Zionism. Siasat politik terbuka Spirit Zionism memungkinkan mereka untuk bergabung dengan siapa saja, termasuk Likud yang notabene rival politik Yamina. Likud dengan koalisinya diprediksi dapat meraup 57 kursi. Tambahan 4 kursi dari Spirit Zionis akan mengembalikan Benjamin Netanyahu ke kursi Perdana Menteri Israel andai Spirit Zionis benar-benar bergabung dengan Likud.
Siasat tersebut juga berarti Spirit Zionis bisa duduk dengan rival Netanyahu. Pendekatan oportunis dan pragmatis Yamina memang bukan taktik lama. Namun taktik ini menjadi segar dengan keluarnya Bennett dari panggung politik sehingga Bennett tidak menjilat ludah sendiri dengan berkerjasama dengan Netanyahu.
Baca Juga : Masuknya Pasukan Amerika di Yaman Timur
Partai-partai anti-Netanyahu mewanti-wanti jangan sampai Netanyahu kembali berkuasa. Karena jika ia kembali, Netanyahu akan kebal hukum dan keluar dari proses pengadilan atas kasus korupsi yang menjeratnya. Kuatnya sosok Netanyahu di Israel membuatnya pengadilannya berlangsung alot, diwarnai dengan drama-drama penundaan sehingga ia tidak sampai dibui dalam pemerintahan oposisinya selama 1-2 tahun ini.
Di sisi lain, Spirit Zionis juga bisa menjadi batu sandungan bagi Netanyahu. Baik bersama Netanyahu maupun bersama rivalnya. Posisinya sebagai Kingmaker dapat memberi syarat-syarat tertentu kepada Netanyahu sebagai harga 4 kursinya di Knesset.
Hal ini dinyatakan oleh pimpinan Derech Eretz, Yoaz Hendel. Hendel menegaskan bahwa pihaknya takkan membiarkan Netanyahu berbuat sesukanya. “(Kami takkan biarkan Netanyahu) memecat jaksa penuntut umum (yang menuntut kasus Netanyahu) dan menghentikan pengadilan..” ujarnya.
Hadirnya Spirit Zionis menjadi sesuatu yang membuat pemilu Knesset November 2022 menarik. Pro dan anti Netanyahu bisa jadi akan dilematis dengan koalisi ini. Namun bukan mustahil dengan mundurnnya Naftali Bennett dan hadirnya Spirit Zionis, Netanyahu akan kembali menjadi orang nomor satu di rezim Zionis.
Baca Juga : Israel Jebloskan Pengacara Palestina-Prancis Ke Penjara Isolasi Berisiko Tinggi