Purna Warta – Kunjungan resmi kenegaraan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan berkunjung ke Tehran pada Sabtu (17/6) menandai semakin meningkatnya hubungan baik dan normalisasi Arab Saudi dan Iran yang sebelumnya sempat meregang selama tujuh tahun
Lawatan Menlus Saudi tersebut sebagai tanggapan atas undangan resmi mitranya dari Republik Islam Iran, Hossein Amirabdollahian.
Baca Juga : Sayyid Ali Khamenei: Iran dan Uzbekistan Dengan Banyak Kesamaan Harus Perkuat Hubungan
Dengan dimediasi oleh China, Republik Islam Iran dan Arab Saudi sepakat pada 10 Maret 2023 di Beijing untuk melanjutkan hubungan diplomatik dan membuka kembali kedutaan besar dalam waktu dua bulan, dan sebagian kesepakatan tersebut telah dilaksanakan. Iran juga telah mengaktifkan kantor kedutaannya di Riyadh dan kantor konsulatnya di Jeddah.
Sejak saat itu, Menlu Iran dan Saudi bertemu sekali di Beijing dan kedua kalinya di Cape Town. Setelah itu, Menlu Saudi mengumumkan bahwa dia akan segera mengunjungi Tehran.
Selama periode ini, telah terjadi perubahan besar dalam perimbangan regional dan ekstra-regional terkait masing-masing dua negara, Iran dan Arab Saudi. Di antara perubahan ini adalah Arab Saudi memulihkan hubungannya dengan Suriah sebagai sekutu Iran dan mengintensifkan upayanya dalam bentuk dialog dengan pemerintah Yaman.
Pada saat yang sama, negara-negara Arab di kawasan mengumumkan keinginan mereka untuk meningkatkan hubungan dengan Republik Islam Iran. Saat ini, juga ada upaya untuk menormalkan hubungan Iran dengan Mesir dan Bahrain melalui saluran yang berbeda seperti Irak dan Oman.
Baca Juga : Ketua Parlemen Iran: Gerakan Muqawamah Jauh Lebih Kuat dari Sebelumnya
Hassan Hanizadeh, seorang pakar masalah regional mengatakan, kunjungan Menlu Arab Saudi ke Tehran setelah tujuh tahun ketegangan dalam hubungan kedua negara merupakan tanda pendekatan baru Riyadh untuk menciptakan integrasi regional.
Selama beberapa tahun terakhir, terutama selama ketegangan dengan Iran, Arab Saudi telah menanggung biaya keuangan yang besar, dan dalam perang di Yaman, Arab Saudi juga telah mengeluarkan biaya keuangan hingga 350 miliar dolar. Sementara dalam krisis Suriah, Riyadh telah menghabiskan 80 miliar dolar bantuan keuangan untuk kelompok-kelompok teroris yang berusaha menggulingkan pemerintahan Damaskus. Tentu saja, bantuan keuangan ini adalah pesanan dan perintah Amerika Serikat (AS).
Jelas bahwa peningkatan hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai dua kekuatan minyak besar dan juga dua negara Muslim dan Islam yang penting, selain membentuk interaksi politik dan ekonomi baru antara kedua negara, juga dapat mengarah pada perluasan stabilitas dan keamanan di kawasan, dan membantu penyelesaian krisis di negara-negara seperti Suriah dan Yaman.
Pemulihan hubungan antara Iran dan negara-negara Arab di kawasan, termasuk Arab Saudi, juga dianggap sebagai kegagalan kebijakan AS dan rezim Zionis Israel dalam mengisolasi Iran. Isolasi politik terhadap Iran adalah salah satu strategi AS dan rezim Zionis, yang telah diupayakan dengan penuh semangat dalam beberapa tahun terakhir di forum regional dan internasional.
Baca Juga : Mesir dan Iran Sepakat Bentuk Komite Bersama untuk Normalisasi
Isolasi politik dan pengucilan terhadap Iran sangat penting, bahkan disinggung oleh Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pidatonya pada Nowruz di Mashhad. Rahbar mengatakan, negara-negara Barat menekan untuk mengisolasi Iran, tetapi yang terjadi justru sebaliknya.
Poin penting lainnya adalah melemahnya posisi rezim Zionis di tingkat regional. Reaksi tajam Israel terhadap perbaikan hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi juga menunjukkan keprihatinan Zionis tentang melemahnya posisinya di kawasan, karena perkembangan ini mempersempit lingkaran mitra-mitra rezim ilegal ini.
Mantan Menteri Peperangan rezim Zionis Avigdor Lieberman menganggap pemulihan hubungan antara Iran dan Arab Saudi sebagai kegagalan kebijakan luar negeri Israel. Oleh karena itu, dimulainya kembali hubungan politik antara Iran dan Arab Saudi harus dianggap sebagai titik balik penting dalam perkembangan regional dan internasional.
Sekarang, Iran dan Arab Saudi sebagai dua kutub regional berada di jalur untuk mengurangi ketegangan di kawasan dan menentukan proyek bersama dalam hubungan bilateral, dan kunjungan Faisal bin Farhan ke Tehran dapat dievaluasi dalam kerangka yang sama. Kunjungan Faisal bin Farhan membawa pesan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz kepada Presiden Republik Islam Iran Sayid Ebrahim Raisi untuk memperluas hubungan kedua negara.
Baca Juga : Peringatan Yahya Saree tentang Situasi Tidak Perang dan Tidak Damai di Yaman