Purna Warta – Salah satu majalah AS mengupas rencana kunjungan Presiden Joe Biden ke Arab Saudi dan menuliskan sukses Riyadh menjinakkan Presiden Negeri Paman Sam.
Joe Biden di masa pemerintahan Donald Trump merupakan oposisi dan kritikus keras pemerintah yang mengadakan hubungan dengan diktator seperti MBS. 3 bulan setelah menduduki kursi pimpinan Gedung Putih, badan intel AS mengungkap peran Bin Salman dalam teror Jamal Khashoggi dan Biden-pun langsung menegaskan keengganannya untuk bertemu dengan MBS.
Newsweek di awal analisanya menjelaskan, “Setelah janji manis berkaitan dengan kebijakannya versus Arab Saudi di kampanye, kini Joe Biden sama seperti pendahulunya tunduk demi mendapatkan minyak murah karena tuntutan Amerika.”
Gedung Putih menyatakan bahwa Joe Biden di pertengahan Juli akan mengadakan kunjungan ke Saudi untuk melakukan pertemuan dengan para petinggi Istana Riyadh.
Meskipun, menurut Newsweek, jadwal agenda Joe Biden sangatlah penuh, hanya ada satu alasan untuk meluangkan waktu demi kunjungan ini, yaitu upaya Washington untuk meyakinkan Saudi agar meningkatkan kapasitas produksi emas hitamnya sehingga harga energi di AS murah.
“Ini adalah kesalahan berbahaya, karena di saat yang sama ada kemungkinan pembebasan sejumlah minyak dalam kapasitas lebih atau paling tidak sama jika memenuhi syarat-syarat Iran dalam JCPOA baru,” Newsweek menganalisa.
“Kerja sama yang lebih mendalam dengan Saudi dan ketidakmauan untuk mencari opsi karena ketergantungan AS pada minyak Saudi hanya akan menyebabkan kemahalan modal politik,” tambahnya.
“Harga rekonstruksi kerja sama dengan Saudi sangat tinggi. Riyadh adalah salah satu kedaulatan paling kejam di dunia, di mana ideologi Salafi-nya merupakan faktor mendasar kemenangan radikalisme di Timur Tengah dan lainnya,” sindir Newsweek.
Pertemuan dengan Putra Mahkota Bin Salman semakin bernilai pasca Joe Biden menjadikan HAM sebagai senjata versus Riyadh setelah teror Jamal Khashoggi. Suksesor Donald Trump tersebut berupaya menggambarkan AS sebagai polisi HAM dunia yang tidak akan bersedia mengembangkan perdagangan dan kepentingan ekonominya dengan penjahat HAM.
Februari 2021, pemerintah Joe Biden menegaskan bahwa pembunuhan keji Jamal Khashoggi, jurnalis oposisi Istana sekaligus penulis di Washington Post, dilakukan sepengetahuan Putra Mahkota MBS pada tahun 2018 di Gedung Konsulat Saudi di Turki.
Sementara CNN, sebelum ditegaskannya kunjungan ini oleh pemerintah, mengutip pernyataan beberapa petinggi AS dan melaporkan kesiapan Gedung Putih mereformasi hubungannya dengan kerajaan Saud dan menghapus prioritas kasus Jamal Khashoggi.
Opini tentang perdamaian Joe Biden versus Bin Salman meluas di tengah peningkatan harga bahan bakar di AS. Sehingga untuk mengatasi krisis ini, Joe Biden membuka halaman baru dengan Saudi sebagai produsen terbesar minyak mentah.
Brett McGurk, Koordinator Urusan Timteng di Dewan Keamanan Nasional AS dan Amos Huchstein, Penasihat Senior di Kementerian Luar Negeri AS bidang Energi, merupakan dua wajah yang dalam beberapa bulan terakhir mengadakan dialog di balik layar untuk memformat ulang relasi AS-Saudi.