Purna Warta – New York Times, surat kabar kondang Amerika, melaporkan bahwa Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki, merasa sangat lemah di dalam Ankara. Oleh karena itu, dia banyak berulah di kancah internasional.
Carlotta Gall, Direktur Penanggungjawab New York Times di Istanbul, menjelaskan bahwa petinggi Skotlandia dalam konferensi tingkat tinggi perubahan iklim atau KTT Iklim Glasgow menolak tuntutan Turki yang ingin membawa segerombolan bodyguard di dekat Presiden Erdogan.
Baca Juga : Hello, Udah Sampai Mana Nih Penarikan Mundur AS dari Irak?
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan ingin berlagak seperti Presiden AS, Joe Biden yang membawa sekelompok security yang mengesankan dalam kunjungan ini, dengan tujuan promosi security keamanannya di dalam negeri Turki. Tapi ulah Erdogan ini membuat petinggi Skotlandia kebakaran jenggot.
Carlotta Gall dalam telisiknya tentang alasan di balik ulah Erdogan ini menuliskan, “Dia merasa sangat lemah politik baik di kancah dalam maupun luar negeri. Oleh karena itu, dia terus melakukan manuver kuno dan berulang-ulang demi meraih popularitas domestik.”
Absennya Erdogan dalam KTT Iklim ini, menurut pengamatan Gall, lebih dikarenakan polahnya untuk kampanye Pemilihan Umum 2023.
“18 tahun Erdogan menduduki kursi kekuasaan. Dari sini, dirinya sangat memahami bagaimana caranya bertingkah. Namun demikian, dia sangatlah lemah dari segi politik lebih dari massa-massa sebelumnya,” hemat Carlotta Gall.
Baca Juga : Siasat Saudi di Lebanon Akan Gilas Kepentingan Barat, AS-Prancis Harus Lawan
Kepala Pusat Analisis Ekonomi dan Politik Luar Negeri Istanbul kepada New York Times juga menyatakan bahwa Erdogan manipulasi politik luar negeri untuk memperbaiki popularitasnya di dalam negeri.
Pengamatan yang hampir sama juga dilontarkan oleh Director of the Turkish Desk at the Washington Institute yang menegaskan ketakutan Erdogan akan kehilangan kekuasaan dan menambahkan, “Erdogan sudah sangat lama di tampuk kekuasaan dan sekarang jelas bahwa dia kehilangan sedikit demi sedikit kekuatan dan sangatlah lelah. Dia tidak bisa lagi meneruskan kompetisi.”
Dalam beberapa tahun terakhir ini, Turki selalu mengoperasikan politik panas dengan para tetangganya. Politik nihilisme konflik telah bubar meskipun pernah menjadi senjata andalan partai Keadilan dan Perkembangan di awal-awal tahun kompetisi. Terakhir, manuver buta akan kepentingan tetangga Erdogan adalah peresmian bendungan Ilisu.
New York Times melansir laporan ini di tengah situasi buruk ekonomi dalam beberapa bulan ini. Dilaporkan bahwa nilai mata uang Ankara hanya berkisar di 9.85 Lira tunduk di hadapan Dolar.
Baca Juga : Ini Hasil Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping
Di sisi lain, partai berkuasa pimpinan Erdogan akan menghadapi Pemilu 2023. Berdasarkan survei terakhir, popularitas Recep Tayyip Erdogan menurun drastis dan krisis pemerintah pusat semakin meningkat versus etnis Kurdi dalam 3 tahun ini.
Berkembang kemarahan dalam sosial masyarakat Turki kepada Presiden Erdogan, menurut survei salah satu organisasi survei Ankara yang dilansir tertanggal 27 Oktober 2021. Lebih dari 42% warga menegaskan bahwa mereka tidak akan memilih Erdogan dalam Pemilu 2023 mendatang, sedangkan 37% lainnya masih mendukung.